Beautiful Karma - 5

106K 4.3K 129
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Maaf ya lumayan lama gak update karena lagi sibuk hehe *sok sibuk*
Aku harus kuliah dan lagi ngerevisi The Piano Teacher makanya jadi jarang up😄

Anw, enjoy and happy reading💙
Sorry for the typos.

***

"Bro, nanti sore kita ada latihan ya." Seseorang yang Dominic yakini adalah teman satu timnya merangkul dirinya tiba-tiba.

Kelas baru saja selesai dan pria itu langsung membereskan barang-barangnya. Berencana untuk langsung pulang.

"Pass." Ia melepaskan rangkulan temannya dan pergi meninggalkannya begitu saja.

Tapi ternyata teman setimnya itu belum juga menyerah. Pria itu mencegat Dominic dengan menampilkan ketidaksukaan yang jelas.

"Lo kenapa sih? Akhir-akhir ini aneh banget dan selalu gak ikut latihan."

Dominic menggeram dan mengepalkan tangannya dengan kesal. "Minggir sebelum kesabaran gue habis."

"Kenapa sih? Gara-gara cewek jelek itu?"

BUG!

Satu bogem mentah mendarat dengan sempurna di tulang pipi pria itu. Dominic mencengkram kerah baju temannya itu. Matanya menghujam dengan tajam.

"Lo berasa cakep?" Ia melempar temannya itu dengan kuat hingga terhempas ke lantai. "Gue keluar dari tim. Jangan ganggu gue lagi."

Kemudian Dominic langsung pergi meninggalkan temannya yang sedang meringis. Ia memang mengeluarkan seluruh emosinya yang sudah bercampur aduk menjadi satu pada pukulannya tadi.

Pria itu berhenti sejenak saat melihat lorong gelap di hadapannya. Tempat dirinya dan Kayla terakhir kali bertemu. Napasnya memburu ketika mengingat kembali apa yang sudah ia lakukan pada gadis itu.

"Sial!" Ia meninju dinding di sebelahnya dengan sangat keras. Jika bisa ia ingin mematahkan tulangnya atau memecahkan kepalanya sendiri.

Dominic terus memukul dinding dihadapannya seakan dinding tersebut sudah berbuat kesalahan kepadanya.

Tangannya berdarah dan napasnya memburu. Ia memejamkan matanya dengan pedih saat wajah manis gadis yang sudah ia sakiti itu kembali terlintas di kepalanya.

Kata maaf atau tindakan apa pun tidak akan cukup untuk membuat gadis itu memaafkannya. Ia memang bajingan yang bahkan seluruh kata-kata kasar tidak akan cukup untuk mendeskripsikannya.

Kayla bisa membunuhnya jika gadis itu mau. Hanya saja, bisakah setidaknya ia bertemu gadis itu untuk terakhir kalinya? Ia sangat merindukan gadis manis itu hingga membuat kewarasannya semakin menipis.

Berharap jika gadis itu setidaknya sudi untuk mau bertemu dengannya lagi.

***

"... Hamil?" Mario membeo dengan wajah yang nampak amat sangat terkejut.

Gadis yang sudah menjadi sahabatnya selama beberapa tahun itu tidak menjawab. Kepalanya tertunduk dalam dan air mata terus menetes membasahi tangan dan jok mobilnya.

"Aku tidak tau dan aku takut untuk memeriksanya. Hanya saja aku sudah telat beberapa hari, hampir seminggu. Aku takut, Rio." Kayla terisak hingga tubuhnya tergoncang hebat. "Kenapa Tuhan terus menghukumku? Apa kesalahanku?"

Mario menggelengkan kepalanya dan kembali mendekap gadisnya. "Jangan takut, Ky. Aku ada di sini. Aku akan menemani dan membantumu. Apa pun yang terjadi."

Ia menatap mata sembab gadis itu dengan lekat. Seulas senyum lembut namun juga penuh kesedihan terulas di wajahnya yang dibingkai oleh kaca mata. "Baik itu jika kamu hamil atau tidak. Aku akan selalu bersamamu." Pria itu mengecup pelipis Kayla dengan penuh kelembutan. "Aku akan mengembalikan senyumanmu apa pun yang terjadi."

Karena aku sangat mencintaimu, Kayla.

Setelah berhasil menenangkan gadis itu, ia pun kembali melajukan mobilnya namun bukan untuk mengantar gadis itu pergi bekerja. Ia akan mengantar Kayla ke dokter kandungan.

***

BUG!

"Arghh!"

Mario meringis saat buku-buku tangannya terasa perih dan berdenyut. Gila, ia baru tau ternyata menghajar seseorang akan sesakit ini. Mulai sekarang ia berjanji akan rajin berolah raga ataupun pergi ke gym untuk membentuk otot dan menjadi kuat.

Jika keadaan Mario saat ini sedang kesakitan, berbeda dengan pria yang sudah ia hajar barusan.

Pria itu hanya terdiam tanpa menunjukan ekspresi apa pun. Tak ada amarah ataupun kesakitan. Dominic terlihat sangat kosong. Seperti hanya sebuah tubuh tanpa nyawa.

"Bajingan. Apakah kau puas sudah membuat Kayla sengsara?" Mario mendesis dengan penuh emosi. Tangannya terkepal sangat kuat dan siap menghajar kembali pria di hadapannya.

"Apa yang pernah dilakukan Kayla hingga dia harus kau siksa seperti itu, hah?!" Sekali lagi Mario melayangkan tinjunya ke perut berotot pria di hadapannya dan kembali meringis. Namun lagi-lagi pria itu tidak bereaksi.

Sebenarnya apa saja yang dilakukan Dominic hingga seluruh tubuhnya bisa terasa keras? Mungkin sebentar lagi tangannyalah yang akan patah karena sudah menghajar tubuh yang sangat liat itu.

"Dan bisa-bisanya setelah melakukan itu, kau malah bilang jika itu perbuatan suka sama suka?" Kali ini ia tidak lagi menghajar pria itu. Tangannya sudah benar-benar berdenyut kesakitan.

"Kau boleh tampan, berkuasa, populer, kapten tim, digilai banyak gadis tapi kau tidak lebih dari pecundang besar. Hatimu busuk dan otakmu kosong."

Perkataan itu memukul Dominic dengan telak. Ia sudah tau itu semua tanpa perlu diberitahukan.

"Kayla hamil."

Dengan cepat pria itu menoleh dengan penuh keterkejutan ke arah Mario. Ia memandangi pria di hadapannya itu seakan ia sedang melihat sesosok hantu. "A-apa?"

Mario bersedekap dan mendengus melihat keterkejutan yang ditampilkan pria bajingan itu. "Seharusnya kau tidak perlu terkejut. Kau yang melakukannya berarti kau juga tau risikonya, kan?"

"Di mana dia?" Dominic menatap pria itu dengan nyalang. "Di mana dia?!"

"Di apartemennya, sedang meratapi nasib. Kamar 15 KK."

Setelah mendengar itu, Dominic pun langsung berlari meninggalkan Mario sendirian di sana. Tersenyum miris karena sudah kehilangan cinta pertamanya sebelum berusaha sama sekali.

Tidak apa-apa, selama gadisnya bahagia. Ia berjanji akan membuat Kayla terus berbahagia dan ia juga akan terus menjaganya sampai kapan pun.

--TBC--
9 Februari 2019

Beautiful Karma ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang