"Apa yang di miliki pria itu yang tidak aku miliki Ri?" tanya Langit sambil menatap Riana tsajam, membuat nafas Riana tercekat
"Hah?" tanya Riana berusaha mengartikan kalimat yang barusan keluar dari mulut Langit
"Suamimu, apa yang dia miliki sehingga kamu memilih menghilang bersama dia? Apa yang suamimu miliki yang tidak aku miliki Ri?" tanya Langit lagi, Riana mengerutkan keningnya bingung, tidak mengerti kenapa Langit harus bertanya tentang apa yang tidak Langit miliki
"Radika" jawab Riana akhirnya setelah menimbang jawaban cukup lama, yah Radika yang mereka miliki sehingga Riana memilih untuk meninggalkan semua kehidupan di masa lalunya dan menghilang tanpa jejak, Langit tampak mengepalkan tangannya erat dengan rahang yang mengeras dan kilatan kemarahan di matanya
Riana kembali mengerutkan ekspresi herannya saat melihat tingkah Langit yang seolah sedang menahan kemarahan
"Langit, begini, aku agak bingung, kenapa kamu harus menanyakan hal seperti itu, aku rasa kita tidak punya kenangan sebagai pasangan yang spesial, seingatku, hubungan kita itu hanya sebatas teman jauh" jelas Riana mengingatkan, Langit meresponnya dengan senyuman sinis
"Oh, hanya teman jauh ya?" ujar Langit
"Yah, sebenarnya sih tidak seperti itu juga, karena yang menjadi teman mu itu kan Sania, bukan aku, jadi sebenarnya kita hanya dua orang asing yang tidak ada hubungan sama sekali" jelas Riana membuat Langit mendengus jengkel
Riana tiba-tiba meringis pelan karena tiba-tiba ssaja perutnya terasa perih"Kenapa?" tanya Langit nampak cemas melihat Riana yang meringis pelan, Riana berusaha untuk tersenyum
"Tolong kamu awasi Radika terus ya, aku mau ke toilet dulu" pinta Riana
"Oke" jawab Langit, Riana beranjak berdiri dan bergegas menuju toilet
Sesampainya di toilet Riana mengecek keadaanya, karena Riana yakin nyeri pada perut yang ia alami sekarang bukan karena ingin buang air besar, tapi karena hal yang sering terjadi pada seorang wanita tiap bulannya
"Arghh, kenapa harus sekarang sih! Aku tidak membawa persediaan di tas" gerutu Riana jengkel, inilah hal yang paling membuat Riana jengkel tiap bulannya, tamu bulanan yang selalu datang dengan jadwal yang berbeda tiap bulannya
Riana menghembuskan nafas lelah, Riana keluar dari toilet dengan lesu
"Ini" ujar sebuah suara mengagetkan Riana, Riana sontak menoleh ke arah suara, tampak Langit sedang berdiri bersandar di samping pintu toilet dan menyodorkan sebuah plastik hitam, Riana mengerutkan kening bingung sambil meraih plastik hitam itu dan melihat isinya, seketika kedua bola mata Riana membelalak sempurna, Riana langsung menoleh ke arah Langit dengan tatapan kaget sekaligus tidak percaya
"Kamu?" Riana tidak mampu berkata-kata lagi karena terlalu kaget
"Kamu pasti sangat memerlukan itu kan" ujar Langit sambil tersenyum pelan, Riana mengangguk perlahan, Riana memang sangat memerlukan benda ini, tapi Riana masih terlalu kaget jika Langit membeli benda itu untuknya, dan lebih takjub lagi kenapa Langit langsung membeli benda itu untuknya, seolah-olah tau bahwa tadi Riana meringis kesakitan bukan karena ingin BAB, tapi karena haid
"Bagi kamu, aku ini memang orang asing, tapi bagi ku, kamu adalah orang yang spesial" jelas Langit sambil tersenyum lembut membuat Riana terpana
Flashback
Tahun 2010
Motor yang di kendarai Riana berhenti di parkiran sebuah gedung kafe, Sania yang duduk di boncengan motor Riana segera turun
"Tungguin sampai selesai ya kak, tidak lama kok, palingan jam 5 an ssudah selesai acaranya" jelas Sania membuat Riana mengangguk pelan
"Iya iya kakak tungguin" jawab Riana patuh membuat Sania tersenyum senang, Sania pun bergegas memasuki gedung cafe itu, gedung cafe yang ssudah di booking salah satu temannya Sania untuk ulang tahun, cafe yang tidak tembus pandang seperti kebanyakan kafe yang lainnya
Riana mengamati area pakiran yang ssudah penuh dengan jejeran motor berbagai merk yang menandakan pesta ulang tahun itu ssudah di datangi banyak tamu, Riana mengamati ke sekeliling kafe berharap ada warung pinggir jalan yang bisa Riana kunjungi sambil menunggu adiknya selesai berpesta, tapi namanya area kafe, pasti tidak ada warung bertenda di kawasan itu, hanya ada telpon umum dan sebuah toilet umum.
Riana menghembuskan nafas jengkel karena terpaksa harus menunggu di area parkiran, karena tidak menemukan tempat tongkrongan untuk sementara waktu Riana terpaksa tetap duduk manis di atas motornya.
Kalau bukan karena kedua orangtua nya yang memaksa Riana untuk mengantar jemput adiknya, Riana juga tidak akan sudi sendirian di area parkiran seperti ini, jika saja Sania mau membawanya masuk ke dalam pesta, Riana tidak akan segalau itu, tapi seperti orangtuanya yang malu punya anak yang tidak pintar seperti Riana, Sania juga sepertinya malu punya kakak tidak cantik seperti Riana, sehingga tidak mengsajak Riana untuk bergabung di pesta
"Sedang apa sendirian di sini" sebuah suara khas seorang cowok mengagetkan Riana, Riana yang tengah berpangku dengan sebelah tangannya di stang motor hampir saja jatuh karena tangannya yang tergelincir akibat kaget, tapi untung ssaja sebelah tangan kekar menahan pinggangnya sehingga tubuh Riana tidak jadi terjatuh dengan posisi memalukan, tapi malah kondisinya sekarang lebih berbahaya dari pada jatuh, Riana berada dengan jarak yang sangat dekat dengan tubuh seorang pria berkaca mata yang Riana kenali sebagai salah satu teman Sania, cowok itu menatap Riana tajam
"Jangan melamun kalau lagi sendirian, bahaya" tegur pria itu sambil membenarkan cara Riana duduk agar tidak jatuh, Riana pun memperbaiki posisi duduknya, Langit menjauhkan tangannya dari pinggang Riana, tapi tidak dengan jarak tubuhnya
"Sedang apa sendirian di sini?" tanya Langit lagi membuat Riana menyadari bahwa Langit lah yang menegurnya tadi
"Oh, lagi nungguin Sania" jawab Riana berusaha untuk tidak terlihat gugup, Riana bukannya gugup karena berdekatan dengan seorang cowok, tapi gugup karena hampir ssaja jatuh dan mempermalukan diri di hadapan teman adiknya. Langit tampak mengerutkan kening bingung
"Kenapa menunggunya di sini? Kenapa tidak di dalam saja?" tanya Langit lagi
"Ya tidak cocok lah" jawab Riana sambil tersenyum geli, selain karena tidak di sajak Sania, Riana juga sadar diri bahwa dirinya tidak cocok berada di acara pesta anak muda seperti itu, bagaimana mungkin seorang wanita berusia 22 tahun ikut-ikutan bergabung dalam pesta remsaja-remsaja 17 tahun, pastinya sangat aneh
"Siapa yang bilang tidak cocok? Cocok-cocok saja kok" jawab Langit mantap membuat Riana tertawa geli
"Ya tidak cocok lah, umur kakak sudah 22 tahun, tidak cocok lah bergabung di pesta remsaja 17 tahun seperti kalian" jelas Riana membuat Langit menaikan sebelah alisnya
"Umur kamu 22 tahun?" tanya Langit nampak tidak percaya
"Iya, sudah tua kan? Pastinya tidak cocok di acara kalian" jelas Riana
"tidak, kamu cocok-cocok saja jika mengikuti acara-acara remaja umur 17 tahun, dengan wajah kamu ini, aku yakin siapapun bakal menyangka kamu masih umur belasan tahun, aku juga bakal menyangka seperti itu kalau tidak tau kamu kakaknya Sania, dan karena kamu kakaknya Sania, aku pikir umur kamu kemungkinan paling tua pasti 20 tahun, tidak menyangka juga dengan wajah seimut ini umur kamu sudah 22 tahun" jelas Langit panjang lebar membuat Riana nyengir
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanted! Be Mine! (You Make Me Pregnant 2)
RomanceAlasan Riana berlibur di bali adalah untuk menghabiskan waktu liburannya bersama putri semata wayangnya, tapi siapa sangka jika keputusan Riana untuk berlibur di bali malah membuatnya kembali bertemu seseorang dari masa lalu yang sama sekali tidak i...