P r o l o g

57K 2.4K 70
                                    

 Ini aku repost yaa ... tapi semampuku aja.

tambahan cuma prolog ini doang sih hahahah ... aku repost sampai chapter terakhir yg aku up di wattpad, jelas beda ya sama versi cetak atau ebooknya hahhaha ... 

banyak yg belum baca sih katanya ...

*** 

Kau adalah bahagia yang ingin kujaga

Semesta yang berencana

Namun kita yang membuatnya nyata

Kau dan aku ibarat kepingan yang sama

Satu-satunya yang berbeda,

Adalah kita tidak lagi ada di masa yang ingin kujelajah ...

Tapi tak apa

Asal kau dan aku tetap bersama

Di bawah payung cinta

Ayo kita melukis nirwana yang indah ...

Ah ... cinta ...

Tak kah kau rasa ...

Bahwa benang merah kita, sudah terjalin sejak lama ...

Prolog

Bertahun-tahun telah berlalu, ketika kusadar, tak akan ada lagi cinta yang tersisa. Jutaan waktu sudah terlewat, saat aku yakin dia tak lagi bisa kutatap. Namun takdir Tuhan bukan kuasa yang dapat kuprediksi. Karena tahu-tahu saja, dia yang aku anggap cinta yang telah musnah, datang memberiku perisai.

Entah ini ilusi atau bagian dari lara paling sempurna yang bersemayam di jiwa. Sebab hal berikutnya yang kulakukan adalah menutup mata. Berharap setelah mata ini terbuka, dia yang aku anggap pelita akan musnah serupa khayalanku lainnya.

Oh Tuhan ... tolong buat semua ini mudah.

"Bangun."

Aku tak mau membuka mata, berniat menikmati khayalan indah yang dibuat gendang telinga. Suaranya masih sama. Terasa dalam dengan getar yang mampu membuatku gemetar.

"Aku sudah membayar semuanya."

Dentam keriuhan dari tempat hiburan malam yang kupijak, segera menyadarkanku. Membuatku terpaksa membuka mata dan menyaksikan sendiri, bahwa hal ini bukanlah sekadar delusi.

Dia nyata.

Bernyawa dan berdiri menjulang di depan tubuhku yang hina.

"Aku sudah membelimu."

Setajam apa yang dia ucap, sedalam itulah aku terluka.

"Kamu milikku."

Namun dia bukanlah jenderal yang memerdekakanku dalam perjudian. Bukan juga dewa dari langit dengan tugas melindungi manusia. Kali ini pula, dia bukan pemuda itu. Bukan pemuda pendiam yang mencintaiku dengan tegas.

"Bangun. Lalu ikut aku, akan kutunjukan dunia baru di mana hanya ada aku sebagai pemilik duniamu yang baru."

Tubuh janggungnya menjulang. Rahang kokohnya mengetat. Lalu cengkramannya pada lengan kurusku membuatku sadar, dia bukan lagi milikku.

"Hentikan ekspresi itu," kecamnya menakutkan. "Aku bukan pemuda itu. Bukan pemuda yang mencintaimu sampai mati. Karena kamu sendirilah yang sudah membunuh jiwanya."

Hatiku mencelos pilu, "Ken," desahku rindu.

Dan seringai kecilnya tak lagi sama. "Namaku masih itu. Namun jiwaku tak lagi sama."

Lalu aku tahu, dia bukan datang untuk memperbaiki masa depan. Sebab kini, dia berperan sebagai hantu masa lalu yang menuntut pembalasan. Kemudian, mampukah aku bertahan?

***

Mungkin kau hadir, tetapi tidak untuk singgah.

Mungkin kau ada, tetapi tidaklah nyata.

Lalu kebersamaan kita, kusebut neraka.

PASSION TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang