Memori 3

58 11 26
                                    


Brakkk....

Venya menutup pintu rumahnya dengan keras. Tidak peduli dengan pria yang ada di depan rumahnya. Dengan tertatih dia menuju kamarnya lalu membanting tubuhnya dengan kasar di ranjang miliknya.

" Arrrgghhh, sial banget sih gue hari ini." gerutunya. Membayangkan kembali apa yang terjadi hari ini. Dia sangat kesal, bagaimana bisa dia bertemu dengan dua orang yang sangat ia hindari dalam satu hari.

Venya beranjak menuju kamar mandi dan mengganti seragamnya dengan pakaian rumahan. Kemudian mengganti plester miliknya saat mengingat perkataan Aidan tadi lalu merebahkan dirinya di kasur. Dia cukup lelah, lelah batin lebih tepatnya.

Venya menatap dinding kamar milik nya sambil bergelut dengan pikiranya. Hingga tak lama kemudian dia jatuh terlelap.

****

Sedangkan Aidan, setelah memasuki rumah dia segera menuju kamarnya. Merebahkan diri di kasurnya sambil asik memikirkan gadis yang telah menyita pikirannya selama beberapa jam ini. Entah kenapa dia bisa tertarik pada gadis yang baru ia temui beberapa jam lalu.

Saat Aidan masih bergelut dengan pikiranya tentang Venya, tiba-tiba bundanya memasuki kamarnya. Menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu.

"Aidan, ayo makan dulu. Bunda udah selesai masak." Ajak bunda sambil tersenyum

"Iya bunda, Ai mau ganti baju dulu. Bunda duluan aja ke meja makan." jawab Aidan

"Yaudah, cepet ya. Jangan lama-lama." Jawab Bunda kemudian beranjak keluar dari kamar Aidan menuju meja makan.

Aidan segera beranjak dari kasur nya dan mengganti pakaianya. Lalu segera turun menemui bundanya yang sudah ada di meja makan.

"Bagaimana sekolah kamu Ai?" tanya Bunda disela-sela makannya.

"Lancar kok bun. Teman-temanya juga menyenangkan. " jawab Aidan sambil tersenyum pada bunda

Mereka berdua makan disertai obrolan ringan, saling menanyakan aktivitas keduanya. Setelah selesai makan, Aidan segera pamit menuju kamarnya.

Sesampai di kamar, Aidan menuju balkon kamarnya. Dia duduk di kursi yang ada di balkon. Aidan bersyukur pada Tuhan dirinya diberikan hidup yang dipenuhi kasih sayang di sekitarnya.

Tiba-tiba saja pikiranya melayang pada sosok Venya. Gadis dengan mata bulat, hidung mancung, bibir tipis yang mungkin hanya tersenyum pada orang tertentu. Gadis dengan sikap judes, namun lucu menurut Aidan. Menurutnya hanya Venya yang bersikap judes dari beberapa orang yang ia temui di sekolah barunya tadi.

Aidan segera mengambil ponsel miliknya. Entah pikiran dari mana, Aidan menstalking beberapa akun sosial media milik Venya. Dia tersenyum saat melihat sebagian foto milik Venya. Venya terlihat sangat cantik.

Saat asik menstalking akun Venya, tiba-tiba ada pesan dari Kano.

KANO.

Aidan
temenin gue kuy

AIDAN.

Kemana?


KANO.

Gue disuruh nyokap nih ke supermarket, buat beli belanja bulanan.

AIDAN.

Kok ngajaknya aku sih, emang yang lain ngga bisa?

My memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang