Memori 5

21 8 0
                                    

"KERREN, apa-apaan kamu?"ucap orang itu sambil berjalan menghampiri Kerren yang mematung mendengar teriakan orang itu.

Orang itu adalah Gyan. Lebih tepatnya Abercio Gyan, yang merupakan Most Wanted di SMA Adhi Bakti. Juga kakak dari Katherine Mycola atau lebih akrab dipanggil Kerren.

Gyan berdiri diantara Venya dan Kerren. Venya menatapnya dengan sinis, sedangkan Kerren hanya memasang tampang sebalnya.

"Kerren, ada masalah apa lagi kamu sama Venya? Bisa ngga sih kamu itu ngga cari masalah?" Ucap Gyan.

"Apaan sih kak. Aku tuh ngga cari masalah. Dia aja tuh yang cari masalah sama aku. Lagian dia aja yang ikut campur urusan aku."

"Kalo kamu ngga cari masalah, mungkin Venya ngga akan ikut campur urusan kamu."Ucap Gyan datar

"Belain aja trus, emang aku selalu salah kalo berurusan sama Venya." Ucap Kerren sinis. Dirinya segera pergi dari hadapan kakaknya, dan dengan sengaja menabrakkan diri pada bahu Venya. Venya sedikit terhuyung ke belakang.

"Maafin Kerren ya." Gyan berucap dengan tulus. Namun hanya dibalas tatapan datar oleh Venya.

"Mendingan lo ngga usah sok belain gue deh. Ngga butuh."

Venya segera berlalu meninggalkan kantin. Tatapan penghuni kantin masih tertuju padanya. Dia hanya diam, bersikap tidak peduli.

"Oiiii Venya. Mau kemana lo?" teriak Dira yang masih setia ditempatnya saat Venya mulai meninggalkan kantin. Namun tidak digubris oleh Venya. Saat Dira ingin beranjak menyusul Venya, tanganya dicekal seseorang.

"Apaan sih Do? Gue mau nyusulin Venya." Dira menunjukan wajah sebalnya pada Valdo karena menghalanginya.

"Jangan diganggu, Venya butuh waktu buat sendiri." Ucap Valdo yang hanya dibalas anggukan oleh Dira.

Sedangkan itu, Aidan mengikuti Venya yang ternyata kembali ke kelasnya. Dilihatnya Venya yang sudah duduk di bangku miliknya sambil bermain ponsel. Aidan segera duduk di bangku sebelah Venya. Aidan ingin sekali berbicara dengan Venya, namun dia urungkan karena melihat Venya yang bersikap tidak peduli dengannya.

"Makasih." Ucap Venya datar tanpa mengalihkan pandanganya.

"Hah? Gimana?" tanya Aidan dengan senyumnya, sengaja menggoda Venya. Ada sedikit rasa bahagia karena Venya mau bicara dengannya.

"Ngga"

"Ternyata kamu gengsi juga ya buat ngucapin makasih.  Kalo gitu aku beruntung ya, bisa denger kata makasih dari kamu." Aidan masih memandang Venya dengan senyumnnya. Venya menghela nafasnya mendengar perkataan Aidan.

"Oh iya Nya, tadi cowok yang bela kamu siapa sih?" Venya hanya diam tak menanggapi perkataan Aidan.

"Bukannya dia cowok yang kemarin di depan rumah kamu ya?" Venya masih tak bergeming menanggapi perkataan Aidan.

"Dia mantan kamu yang masih ngejar-ngejar kamu ya? Atau dia suka kamu tapi kamu tolak? Yah, kalo gitu dia saingan aku dong." Aidan memasang muka melasnya. Venya memanas mendengar perkataan Aidan.

"Lo bisa diem ngga sih. Dan satu lagi, ngga usah kepo sama kehidupan gue." Venya membentak Aidan, namun Aidan menunjukan wajah manisnya.

"Lucu." Venya mengerutkan keningnya mendengar perkataan Aidan.

"Kamu lucu kalo lagi marah." Aidan menyubit pipi Venya.

"Apaan sih lo!! Ngga usah pegang-pegang." Venya segera menyingkirkan tangan Aidan di pipinya.

"Dan satu lagi, bisa ngga sih lo ngga ganggu gue. Emangnya ngga ada cewek lain yang bisa lo ganggu?" Aidan hanya menunjukan senyum tipisnya.

"Ngga bisa dan ngga akan bisa. Lagian kalo aku gangguin cewek lain nanti kamu cemburu."

My memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang