Memori 4

33 11 1
                                    


Venya berjalan tergesa-gesa sembari melihat jam tangan miliknya. Waktu sudah menunjukan pukul 6.50 itu artinya 10 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Dia bangun terlambat pagi ini.

Sebenarnya mau berangkat ataupun tidak, itu tidak masalah baginya. Masalahnya hari ini akan ada ulangan harian. Dan dia tidak mau jika harus menghadapi ulangan susulan. Bukan karena tidak bisa mencontek, bukan karena itu. Hanya saja setiap ulangan susulan harus dilakukan dia ruang guru. Dia tidak mau, karena disana  akan sangat membosankan. Apalagi ditambah tatapan menyelidik dari para guru yang ada disana nantinya. Dia sangat malas kalau nanti akan menghadapi berbagai pertanyaan dari para guru.

Oleh karena itu, dia segera berangkat setelah melakukan ritual mandi ala kadarnya, dengan rambut yang disisir secara asal, baju seragam yang dikeluarkan, serta tas yang hanya disampirkan di salah satu bahunya. Venya bahkan melewatkan sarapan paginya.

Setelah keluar dari komplek rumahnya, Venya memandang ke penjuru jalan. Berharap akan ada kendaraan umum yang berhenti.

Tiba-tiba saja ada mobil yang dengan sengaja melintas di depan Venya, lebih tepatnya di genangan air sisa hujan kemarin depan Venya. Hal itu menyebabkan genangan air tersebut mengenai seragam milik Venya.

"Ahh, sialll." batin Venya. Ingin rasanya dia mengumpat pada pemilik mobil yang melewati genangan air tanpa berhenti untuk meminta maaf padanya.

Kalau kalian melihat penampilan Venya kali ini, dirinya tidak cocok disebut pelajar. Penampilan yang acak-acakan ditambah noda dari genangan air yang mengenainya tadi.

Venya tetap berjalan sembari menoleh berharap ada angkutan umum yang berhenti, tak memperdulikan beberapa tatapan dari orang-orang yang berpapasan denganya.

Venya mengerutkan keningnya saat melihat motor yang berhenti tepat didepanya. Venya menyipitkan matanya, memastikan pengendara tersebut. Ternyata dia Aidan. Pria yang mengantarkannya kemarin.

Aidan menolehkan pandanganya ke arah Venya dan menjajarkan posisinya disebelahnya. Awalnya dia mengerutkan keningnya saat melihat penampilan Venya yang acak-acakan.

"Hai Venya, mau bareng?" Tawar Aidan sambil tersenyum.

Venya bimbang mendengar tawaran Aidan. Dia melirik ke arah jam tangannya. Kurang 5 menit lagi gerbang pasti ditutup. Dengan mengesampingkan egonya, Venya menerima tawaran Aidan dengan menganggukkan kepalanya.

Saat ingin menaiki motor milik Aidan, tiba-tiba saja Aidan menahanya. Dengan gerakan cepat Aidan melepas jaket miliknya lalu mengikatkanya ke pinggang Venya.

Venya awalnya tersentak kaget atas perlakuan Aidan. Namun dia membiarkanya. Toh, Aidan juga menolongnya.

"Kamu pake jaket aku ya. Rok kamu kotor tuh. Daritadi diliatin banyak orang. Ayo naik." Ucap Aidan lalu memberikan helm pada Venya.

Tanpa banyak bicara Venya memasang helm milik Aidan, lalu menaiki motor Aidan. Aidan sempat tersenyum pada Venya sebelum melajukan motornya.

Aidan mengendarai motornya dengan kecepatan diatas  rata-rata. Itupun atas paksaan dari Venya. Akhirnya mereka tiba tepat saat gerbang akan ditutup. Venya segera turun dari motor Aidan dan memberikan helm miliknya.

"Makasih tumpanganya. Jaket lo nanti gue balikin." Ucap Venya lalu meninggalkan Aidan.

Setelah melepas helm miliknya, Aidan segera menyusul Venya. Dia mensejajarkan langkahnya dengan Venya. Tiba-tiba Dira dan Valdo datang menghampiri Venya.

"Baru dateng mbak, kenapa ngga sekalian bolos aja." Sindir Dira sambil menahan senyumanya.

"Kok telat nya?" Tanya Valdo

My memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang