Ice 7

4.3K 210 0
                                    

Assalamualaikum wr.wb
I'm comeback!

     Senja tak seperti biasanya, terlihat gelap dan muram. Seolah menyiratkan luka mendalam yang membekas di setiap hati penikmatnya.

     Rumput yang semakin tinggi seakan menjadi saksi bahwa sang penghuni sedang tidak enak hati.

     Dedaunan yang berserakan seakan menjadi pertanda bahwa sang pemilik sedang mengemban beban.

      Sudah berlalu. Ya memang sudah berlalu, namun duka masih menyelimuti. Menerbangkan segala semangat, menyiratkan kenangan pahit, kelabu sudah hidup mereka saat ini.

     Terasa sepi, kosong, hampa. Seperti kepingan pecahan kaca yang hendak dirangkai kembali, namun ada bagian yang hilang. Sulit dan mustahil seperti semula.

     Hidup mereka berubah 180º. Sempat mereka hidup tidak rukun hanya karena emosi sesaat, sesaat merasa kehilangan. Mereka hidup seperti orang asing yang tinggal serumah.

     Namun keluarga yang baik tetaplah baik, serenggang apapun hubungan mereka di waktu yang lalu mereka kembali akur. Rasanya seperti de javu dengan ending yang sama walaupun pemainnya berbeda.

      Sulit memang menerima kenyataan bahwa orang yang terkasih harus pergi mendahului. Rasanya sangat sulit dideskripsikan apalagi hanya sekedar rangkaian kata. Yang amat jelas terasa adalah sakit.

     Ada sakit yang begitu mendalam, menusuk ke relung hati, menghilangkan beberapa bagian yang entah itu apa. Begitu membekas, namun sekali lagi perlu diingat ini semua takdir Allah.

      Rezeki, jodoh, maut semua rahasia Allah. Tidak seorangpun tau dan tidak seorangpun yang bisa meramalkan. Tetapi saat ini tampak banyak orang keliru, banyak orang justru berbondong-bondong datang ke tempat orang yang diyakini bisa meramal masa depan.

     Mereka menanyakan banyak hal di sana, mulai dari pendamping hidup, nasib, bisnis, karir dan usia. Itu sama saja mendahului takdir, tidak seharusnya manusia ikut campur dalam hal ini. Biarlah Allah yang menuntun jalannya, tinggal kita yang menyusuri jalannya sejauh dan seterjal apapun.

     "Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tak diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih besar perkataan (nya) daripada Allah?"
(Q.S an-Nisa' : 87)

      Masihkah kalian lebih percaya ciptaannya dibanding penciptanya? Naudzubillah...semoga kita semua dijauhkan dari segala hal yang mengundang murka Allah dan selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin..

**

     Allah tidak akan mengujikan sesuatu terhadap manusia diluar kemampuan manusia itu sendiri. Begitupun Aisyah, ia meyakini kalimat tersebut. Ia yakin semua yang terjadi pastilah ada hikmahnya.

     Allah tidak akan mendatangkan/menimpakan sesuatu terhadap manusia tanpa adanya suatu alasan. Dan dibalik alasan tersebut seringkali ada makna yang terabaikan.

     Contoh saja. Ketika Allah menimpakan sakit kepada manusia, Allah ingin hikmahnya tersampaikan. Apa hikmah ketika manusia diberi sakit? Allah ingin manusia lebih bisa mensyukuri keberadaan yang dinamai sehat.

     Bersyukurlah Allah masih memberi rasa sakit, Allah masih mengijinkanmu merasakan sakit. Tanda bahwa Allah masih memperhatikanmu dan menyayangimu. Sebab disetiap helaan nafas lemahmu, tubuh lemasmu, dan disetiap semangatmu yang hilang Allah sedang mengangkat dosa-dosamu.

**

   Acara pelepasan siswa kelas 9, digelar hari ini. Aisyah masih dalam tahap pemulihan baik secara fisik maupun jiwanya. Bahkan Arman sampai mendatangkan psikiater kenalannya untuk menyembuhkan Aisyah.

     Aisyah belum bisa datang ke acara pelepasan siswa kelas 9. Wali kelasnya pun memaklumi, karena beliau tahu apa yang telah terjadi terhadap salah satu siswinya ini.

     Seusai acara pelepasan kelas 9 selesai, teman-teman Aisyah berbondong-bondong datang ke rumahnya. Mereka sangat bahagia ketika mendengar keadaan Aisyah yang semakin membaik.

     Menurut psikiater, Aisyah mengalami trauma mendalam yang menyebabkan munculnya hormon stress berlebihan. Tidak hanya mentalnya, namun raganya pun membutuhkan perawatan yang telaten. Aisyah disarankan dokter Marwah, dokter pribadi keluarga Adiwijaya untuk bedrest selama 5 hari lamanya.

     5 hari ke depan bertepatan dengan hari Jumat dan 2 hari sisanya untuk membiasakan diri melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa. Hari Seninnya merupakan awal pendaftaran SMA/SMK secara online.

      Sebelum 5 hari, tepatnya hari Rabu Aisyah sudah mulai beraktivitas. Meskipun itu kegiatan-kegiatan ringan. Arman merasa sangat lega melihat putrinya sehat, yang masih ia tunggu adalah senyuman manisnya.

    Seperti halnya pagi ini, Aisyah mulai merancang kegiatan ringan. Pagi ini ia berencana berkeliling halaman belakang rumah. Sekedar melepas penat karena sudah berhari-hari ia habiskan di atas ranjang.

     Segar. Itulah kata pertama yang ingin Aisyah ungkapkan untuk saat ini. Begitu sejuk udara pagi menyambut paru-parunya.

"Hmm..terima kasih ya Allah, engkau masih mengizinkan hambamu ini menikmati udara yang sejuk ini secara cuma-cuma." Gumamnya lirih.

"Kamu dudukan aja nduk, jangan banyak jalan nanti pusing." Perintah Arman.

"Tidak yah, Aisyah ingin menikmati segarnya udara pagi ini"

"Baiklah kalau capek duduk sini samping ayah"

     Aisyah mengangguk begitu saja sebagai jawaban. Arman sendiri sedang duduk menikmati hidangan secangkir teh sambil memperhatikan tingkah polah putrinya.

     Begitu leganya hati Arman melihat pemandangan di depannya. Sudah jarang ia lihat dan sulit ia dapat. Tanpa sadar, seulas senyum terukir di bibir pria paruh baya itu.

     Arman kembali menyesap teh hangatnya hingga tak terasa matahari mulai menyilaukan mata. Aisyah juga tampaknya sudah lelah mengelilingi halaman belakang rumahnya.

Mereka duduk di gazebo, berbincang hangat mengenai banyak hal, misalnya rencana kuliah Aisyah. Dan ada yang lebih penting lagi, tentang diri Aisyah selanjutnya.

**

     Perbincangan tadi pagi masih terngiang di kepala Aisyah. Masih berputar-putar di otaknya seolah mencari jawaban. Apa benar dirinya bisa menjadi wanita yang seperti dikatakan ayahnya?

     Jauh di lubuk hati Aisyah, ia ingin sekali menjadi wanita seperti itu. Tapi logikanya kembali berpikir, apakah ia bisa? Ia mampu? Ia hanyalah wanita biasa yang hidup di akhir zaman.

     Namun detik ini juga Aisyah bertekad untuk menjadi wanita seperti yang diinginkan ayahnya. Aisyah ingin membuat ayahnya bahagia, karena hanya ayahnya lah yang tersisa sebagai orang tua.

     Meski begitu niat Aisyah untuk berubah bukanlah karena ayahnya, melainkan karena Allah ta'ala. Agar tidak salah ke depannya, mestilah niat harus benar ditujukan pada siapa dan untuk apa.

     Niatnya sudah karena Allah ta'ala, tujuannya tak lain dan tak bukan ialah untuk mencapai ridho-Nya.

**

Pendek? Udah 1k kata kayak biasanya kok😌 cuma lebihnya gak banyak😭
Kalo ceritanya makin gak enak maaf ya😫

Tbc

Lafal Cinta untuk Aisyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang