Chapter 6. Titik Awal

2K 419 53
                                    

"Kita bergerak pada sebuah ketetapan hati yang mereka sebut insting alami, dan kujadikan itu alasan..."

Baekha benar-benar terkejut ketika para dewa di dunia atas bergosip tentangnya. Baekha jelas tak peduli dengan apa yang orang lain katakan, namun kali ini dia harus peduli karena Chanyeo, hakim dunia atas itu juga ikut terseret masalah karenanya. Baekha tidak tahu kalau mereka akan bergosip dan menyebabkan masalah semakin runyam. Biasanya kaumnyalah yang sering berbuat onar, namun kali ini dewa dunia atas sepertinya punya peran yang sangat penting dalam menciptakan gosip tidak benar.

Baekha dan Chanyeo diikat, dan kudengar Baekha sengaja membuat mereka dihukum seperti itu!

Karena kelakuan Baekha, Chanyeo tidak dapat menarik satu jiwa pun ke dunia atas.

Baekha harus dihabisi!

Baekha benar-benar lelah dengan tatapan dewa dari dunia atas yang selalu mengulitinya. Dia tidak ingin mengurusi hal tersebut dan menjalankan tugasnya. Hukuman dan peringatan Tetua membuatnya enggan untuk mencari masalah, namun itu bukan berarti dia menyerah pada keadaan semudah itu. Dia masih memiliki tugas untuk merekrut jiwa agar ditarik ke dunia bawah.

"Apa kau akan bertahan di sana?" Para iblis kecil bertanya, berkeliling di sekitar Baekha dengan wajah ingin tahu. Baekha mengangguk. Sebenarnya mereka adalah iblis tua, namun menjelma jadi iblis kecil menakutkan. Tidak ada jiwa sekecil ini yang bisa masuk ke dalam dunia bawah. Semua jiwa kecil selalu saja direkrut dunia atas.

Karena mereka masih suci.

"Aku harus."

"Kau diikat oleh mantra?"

Baekha mengangguk. "Setidaknya aku harus menjalani banyak hal agar bisa menguasai pemikiran mereka."

"Mereka suci, dan kau tidak. Apa kau tahu apa yang akan terjadi kalau kau selalu bersama dengan hal bersih itu, Baekha?"

"Aku tahu. Dia air, aku api."

"Dan kau ingin menyerah?"

Baekha menggeleng. Dia tidak ingin menyerah. Menjadi hakim pada dunia fana memang menyebalkan karena dia harus berhadapan dan bekerja sama dengan Chanyeo, namun Baekha tidak punya pilihan lain. Dia kira Chanyeo akan jatuh dengan mudah padanya, namun ternyata dewa dunia atas yang itu sangat kuat dengan hatinya.

"Kau baik-baik saja? Aku tahu Tetua sangat tidak adil padamu. Dia menggunakan tiang penyiksaan yang menyakitkan."

Baekha tahu. Pergelangan tangannya masih terasa sangat sakit. Mantra di lengannya juga masih menyisakan rasa perih yang teramat besar hingga Baekha harus pura-pura baik-baik saja.

"Padahal aku tahu Chanyeo yang lebih dulu membuatmu marah."

Baekha menggeleng. "Iya, kau benar. Dia menyebutku terkutuk."

Iblis kecil itu melongo, lalu memekik. "Kenapa kau marah? Bukankah sudah biasa disebut begitu?"

Baekha menggeleng untuk kesekian kalinya. "Tidak oleh dewa dunia atas. Kata itu sangat terlarang untuk mereka."

"Dan dewa itu?"

"Dia tidak dihukum untuk itu. Dia dihukum karena bertarung denganku dan membuat kekacauan."

Iblis yang lain memekik protes. Mereka tidak terima dengan perlakuan tidak adil ini. Ternyata mereka memang tidak boleh berbaik hati dan bertingkah manis pada banyak dewa dunia atas. Mereka tidak dapat dipercaya.

"Dan kau tidak protes pada Tetua untuk ini?"

Baekha menggeleng lagi. "Aku dibungkam untuk apa yang kulakukan, namun lelaki tua itu seolah tutup telinga dengan alasan apa yang ingin kukatakan."

Amor (Chanbaek Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang