Chapter 4. Konflik Dingin

2.1K 451 21
                                    

Kalau memang cinta harus dikatakan sebab, maka alasan adalah kontranya.

Baekha tidak diadili karena berbuat salah adalah kehidupan mereka. Akan sangat aneh bila penghuni dunia bawah tidak mencari gara-gara. Lagi pula... sejak kapan Baekha terusik hanya karena masalah sepele? Ah, sejak awal dia memang tidak suka dengan dewa dunia atas tersebut. Baekha tidak ingin ribut, namun dia tidak suka pada Chanyeo. Sejak awal kehadiran hakim dunia atas itu sangat membuatnya kesal. Dia adalah air. Dialah yang terkadang iseng menumpahkan air untuk dunia tengah. Sedangkan Baekha adalah api. Keduanya tidak akan pernah bisa bersama dan bersatu.

Mereka berdua mendapatkan sebuah peringatan, meskipun Baekha tidak keberatan dengan hukumannya. Hanya saja... lengannya terasa sangat sakit ketika dia melanggar aturan. Baekha merasa bosan mendadak.

"Seharusnya kau ada di dunia itu dan membawa jiwa baru. Kenapa kau ada di sini?"

Kay menatap Baekha ogah. Dia punya tugas lain dan sangat sibuk, namun Baekha terlihat sangat santai.

"Apa yang harus kulakukan? Semua sudah dilakukan oleh dewa itu."

"Dan kau hanya menunggu saja di sini?"

"Benar!"

"Kurasa kau akan segera melewatkan sesuatu, Baekha!"

"Apa lagi?"

"Bagaimana kau bisa percaya pada makhluk dunia atas begitu saja?"

"Kau tahu sendiri bahwa mereka patuh dan juga penuh dengan aturan membosankan?"

"Kau yakin?"

"Mereka bisa merekrut calon jiwamu!"

Baekha melongo. Kay tidak pernah mengkritiknya seperti ini, namun sekarang Baekha benar-benar penasaran. Benar, sejak kapan dewa dunia atas mengatakan kalimat kasar? Setahunya, makhluk dunia atas selalu mengatakan tiga hal. Maaf, terima kasih, dan tolong. Mereka tidak pernah mengatakan kata-kata jahat meski mereka marah.

Terlalu membosankan dan juga kaku. Hanya saja, hukuman tetap hukuman. Baekha menghindari Chanyeo karena dia tidak ingin kalah. Kekuatannya berkurang ketika mereka bertengkar. Sekarang harus bagaimana?

Baekha menatap Kay yang juga menatapnya sinis. "Angkat pantatmu dari sini dan pergilah ke dunia itu!"

"Untuk apa?"

"Mereka bisa mengambil jatahmu!"

"Apa dia bisa sepicik itu?"

"Kau yang mengajarinya! Cukup tawarkan kebaikan padanya, lalu putar memori kebaikan dalam jiwa itu. Maka dia akan meminta maaf, dan... Chanyeo akan menariknya ke dunia atas!"

Baekha spontan berdiri dan melotot. Kay benar. Kenapa dia tidak memahami ini sebelumnya? Kalau dia bisa membawa orang lain dalam keburukan, seharusnya Chanyeo juga bisa mengajaknya kembali pada jalan yang baik. Baekha menelan ludah gugup, lantas melangkah dan melebarkan sayapnya.

"Aku harus pergi!"

"Ya! Dan... Hyung, akan kuberitahu sesuatu."

Kay adalah dewa dunia bawah yang bertanggung jawab untuk menebarkan nasib buruk. Dia bisa melihat masa depan yang akan terjadi, terutama dalam hal keburukan. Dia adalah pemegang kuasa atas nasib sial di dunia tengah.

"Apa?"

"Mungkin hari ini kau tidak akan bisa tenang. Akan ada masalah besar yang terjadi. Aku melihat sebuah garis hitam..."

Baekha mengedikkan bahu. "Kau tahu kalau aku penuh dengan warna hitam?"

Kay menatapnya cemas, namun Baekha tidak ingin penglihatan Kay merusak harinya. Kay tidak ingin membuat orang lain susah karenanya.

Amor (Chanbaek Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang