Chapter 7. Boom!

1.8K 416 59
                                    

"Sebut tiga nama yang ada dalam ingatanmu. Pertama, dia adalah orang yang kau sayangi. Kedua, adalah orang yang ingin kau temui. Ketiga, adalah alasan yang sengaja kau cari..."

Sayap mereka patah dan mereka terkapar pada sebuah gedung, dengan sebuah pintu yang terbuka. Chanyeo bangun dan sadar lebih dulu. Punggungnya sangat nyeri, namun dia tidak melihat di mana sayapnya. Di sebelahnya, Baekha masih memejamkan mata. Dia tidak bergerak, namun bernapas! Chanyeo menggeleng kencang, mencoba membangkitkan apa yang dia rasakan. Dia mencoba mengingat sesuatu, namun ternyata dia tidak bisa mengingat apa pun selain lelaki tua yang mendorongnya jatuh.

Lalu lelaki ini...

Chanyeo mengerjap. Lelaki di sebelahnya juga sama dengannya, dalam keadaan separuh telanjang dengan tubuh memar di kanan dan kiri. Namun Chanyeo melihat ada sesuatu yang mengusiknya. Dia juga memiliki tanda aneh di lengan, sepadan dengan miliknya. Chanyeo mencoba menyentuh lelaki di sampingnya.

Dan lelaki itu membuka matanya. Dia tidak tersenyum, tidak bicara. Chanyeo mencoba mengajaknya bicara, namun dia tidak menjawab.

"Kau ingat sesuatu?" tanya Chanyeo sesaat. Lelaki itu tidak bergerak. Dia menoleh ke sekeliling, mencari sesuatu. Dan dia menemukan sebuah kapur kecil di sudut pintu.

Aku tidak ingat apa pun. Dan suaraku tidak bisa muncul.

Chanyeo melongo. Dia mencoba menyentuh lelaki itu, dan sebuah ledakan baru dalam hatinya seolah tercipta. Dengan alasan apa pun, Chanyeo tidak ingin kehilangan lelaki ini. Entah apa alasannya, namun Chanyeo tidak mencoba untuk mencari tahu. Dia bingung kenapa ada di tempat ini. Yang dia tahu, namanya. Juga ada seorang lelaki tua yang mendorongnya.

Dan lelaki ini...

"Aku tidak mengerti apa pun. Aku bahkan tidak mengingatnya." Chanyeo menghela napas. Dia berdiri, menarik lengan Baekha untuk masuk ke dalam sebuah ruangan. Chanyeo tidak tahu kenapa begitu yakin bahwa ruangan tersebut adalah tempat tinggal mereka yang baru.

Dia tidak tahu apa pun!

Baekha juga tidak mengerti. Semuanya terasa sangat membingungkan, dan dia tidak bisa bicara. Bagus, sekarang dia harus mencari cara agar bisa menyampaikan apa yang dia pikirkan. Tidak ada tanda-tanda apa pun, kecuali sebuah tatto aneh yang ada di lengan mereka. Tatto itu terlihat sangat serasi dan pas, seolah tercipta dan ditakdirkan untuk terhubung.

Sebuah ketukan terdengar di luar. Chanyeo berdiri, membuka pintu, dan menemukan seorang wanita tua dengan wajah yang sangat aneh. Wanita itu terlihat... licik. Ketika melihat keduanya, wanita itu terkekeh, lalu tersenyum dan masuk ke dalam ruangan mereka tanpa izin.

"Kenapa kau masuk tanpa izin, Nek?"

Wanita itu menoleh dan tersenyum masam. "Aku tak punya urusan denganmu!" bentaknya.

Baekha tidak bergerak. Meskipun dia ingin mengatakan banyak hal, namun suaranya tak bisa muncul juga. Tenggorokannya terasa sangat sakit. Dia... bisu.

"Kau lebih indah daripada yang mereka ceritakan padaku sebelumnya," bisik wanita itu pelan. Chanyeo waspada. Dia bersiap untuk melindungi Baekha bila wanita tua mencurigakan ini berniat macam-macam.

"Siapa kau sebenarnya?" Chanyeo bertanya tajam.

"Aku? Pemilik tempat tinggal ini! Kalian jatuh kemari dan aku membiarkan kalian tinggal dengan gratis. Mulai sekarang kalian harus akur."

Chanyeo menautkan alisnya. Baekha menyentuh lengan wanita itu dan menekan tenggorokannya.

"Benar, kau kehilangan suaramu. Namun aku tidak bisa membantumu apa-apa. Terimalah apa yang kaudapatkan di sini, dan hiduplah hingga mereka mencabut hukuman kalian."

Amor (Chanbaek Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang