Chapter 10. Konklusi

1.9K 385 48
                                    

"Karena kau tak akan sanggup tanpa hatimu."

Chanyeo terpaku. Setelah hampir seharian menangis, sekarang ingatan demi ingatan kembali terurai, lalu terajut membentuk sebuah pola rumit. Aku tidak mengerti bagaimana kalian mengatur kembali jalannya, namun yang kutahu dia tidak mungkin mau hidup dalam kepasrahan. Chanyeo protes, dan dia marah. Wanita tua pemilik apartemen itu jelas disalahkan.

Dan sampai kapan pun Chanyeo tidak ingin kembali atau berbaik hati lagi padanya.

Alasan wanita itu cukup masuk akal, namun Chanyeo masih tidak mengerti kenapa wanita itu tidak menceritakan semua rencananya dari awal. Tidak ada jaminan dia akan menerima usul dan pendapat wanita itu, namun Chanyeo benar-benar patah hati. Dia tidak sanggup lagi berada di sini.

"Mau ke mana kau?" Wanita itu marah. Dia tidak akan membiarkan Chanyeo bertingkah seenaknya karena itu sangat berbahaya.

"Membawanya kembali."

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa kau membawanya kembali? Dia tidak bisa kaubawa. Dia tercipta di sana. Kalian berdua tidak akan bisa memilih salah satu."

"Aku akan tinggal di tempat ini."

"Dan menghancurkan semua berkat yang telah diberikan padamu?"

"Tak masalah. Kau juga demikian. Tidakkah kau ingat?"

Wanita itu bungkam.

"Seharusnya kau bersama dengan dewa di atas sana, tertawa, dan bersenang-senang setiap hari."

Wanita itu masih bungkam.

"Kau memilih dunia ini karena ada hati yang tak bisa kautinggalkan, Nenek!"

Bibir wanita itu bergerak. Banyak hal yang seharusnya dia sembunyikan, namun Chanyeo berhasil mengetahuinya lebih dalam. Lalu wanita itu mengembuskan napas.

"Aku tidak ingin nasib kalian sama dengan nasibku."

"Nenek..."

"Kami seharusnya tidak memulai ini dari awal. Kami berbeda, Nak. Seharusnya dia masih ada di sini, berkumpul dengan keluarganya dan bahagia. Namun karena aku begitu egois, aku mempertahankannya."

"Kau menyesal?"

"Tidak. Aku tidak pernah menyesal telah mengenali seorang lelaki yang luar biasa selama hidupku."

Chanyeo bungkam. Benar, seharusnya itu yang menjadi alasan. Kalau memang dia ingin bersama dengan Baekha, mereka bisa bertemu lagi di dunia itu. Bukankah sekarang hidup mereka jauh lebih damai? Namun dadanya yang sakit adalah bukti bahwa dia tak ingin melepaskan Baekha sedetik saja.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" Chanyeo beralih pada hal yang lebih penting.

"Dia terkurung."

Chanyeo membeku. Baekha di bawah sana, terkurung. Dia tak bisa keluar dengan bebas. Chanyeo sangat mengerti betapa senangnya dia dengan kebebasan. Sekarang dia tak bisa apa-apa.

"Apa dia baik-baik saja?"

"Tentu, dia sangat baik. Di sana adalah dunianya, napas kehidupannya."

"Tetapi dia terkurung."

"Aku tahu, namun dia tidak terluka dan tidak dilukai."

"Tetapi tetap saja..."

Wanita itu menatap mata Chanyeo lurus-lurus. Ada bayangan kesedihan, kecemasan, dan rasa kehilangan dalam hatinya.

"Lalu apa maumu?"

"Membawanya kembali."

"Kenapa?"

Amor (Chanbaek Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang