Chapter 9. Dia Milikku

2.2K 410 32
                                    

"Kau adalah nada, yang telah menjelma jadi keheningan dalam hatiku."

Christ terbang dan menghilang. Dia tahu bahwa dia lebih kuat daripada Chanyeo saat ini, namun jiwa dan kondisi tubuh Chanyeo tidak seperti dulu. Dia akan berbuat kesalahan bila membuat Chanyeo terluka. Baekha membisu. Chanyeo membisu. Dia tidak bicara apa pun. Bahkan meski bayangan sayap putih seperti berkeliaran di sekitarnya, atau ketika dia merasa menjadi orang paling memuakkan – terlalu baik hingga terlihat seperti lelucon – dalam bayangannya. Chanyeo tidak mengerti dari mana dia berasal, namun hatinya seperti terpaku.

"Hei, Baek... Bangunlah...! Kumohon!" Dan nama itu menjadi alasan Chanyeo menjadi kacau seperti ini.

Baekha tidak bergerak.

"Hei, Baek... Baekha..."

Tidak ada jawaban.

Hal terburuk dari sebuah kenyataan adalah ketika Chanyeo tidak paham dan tidak mengerti kenapa hatinya sakit sekali. Dadanya berdenyut, seolah ada hal penting yang dirampas paksa darimu. Chanyeo ingin menyelesaikan rasa sakit ini, namun dia tak paham atau sedikit pun tak mengerti.

Kalau sudah begini, lalu bagaimana?

Chanyeo tidak mengerti harus bagaimana, jadi dia hanya membawa Baekha, menggendong lelaki yang lebih pendek darinya itu untuk menemui wanita pemilik apartemen yang sangat misterius. Wanita itu menatap wajah Baekha, lalu mengerjap.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

Chanyeo menggeleng tak tahu, karena memang demikian benarnya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia hanya ingin Baekha. Ingin lelaki ini membuka matanya. Tidak bicara pun tak apa. Dia hanya ingin Baekha baik-baik saja.

"Dia... tidak bisa berada di sini semakin lama..."

Chanyeo mendongak spontan.

"Apa maksudmu?"

"Jiwanya bangkit, Chanyeo..."

"Aku tak mengerti."

"Sebentar..." Wanita tua pemilik apartemen itu mendekat, lalu menyentuh Baekha. Pendaran api berkobar. Chanyeo mundur spontan. Lalu di depannya, Baekha terbujur kaku. Mata Chanyeo melongo.

Hal menakjubkan yang pernah dia lihat adalah ketika sesosok makhluk berambut merah dan bersayap hitam tergeletak tak berdaya di depannya.

"Seperti ini, Chanyeo..."

"Dia..."

Chanyeo mendekat, menyentuh jemari Baekha. Lalu dia memekik. Tubuh ini seperti terbakar. Chanyeo tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Dia harus membangunkannya. Dia ingin makhluk tidak, lelaki kesayangannya ini membuka mata.

Tunggu, sejak kapan kau begitu sentimentil, Chanyeo?

Aku tidak mengerti kenapa kau berubah. Bahkan kau meletakkan rasa terlarang yang dulu bahkan tak ada dalam benakmu. Tunggu, Chanyeo! Kau... kau memiliki jantung dan hati. Itu adalah komponen manusia, Chanyeo! Kau adalah dewa, yang sudah terlepas dari urusan duniawi. Setahuku kau adalah dewa yang sangat kaku dan tidak ada hal yang bisa merusak tatanan hatimu.

Sekarang...

Kenapa kau memiliki komponen itu?

Chanyeo, dan kau menangis! Kau menangis! Kau bisa menangis! Bolehkah aku tertawa?

Hei, kalian tenang saja! Tidak perlu menuduhku macam-macam! Aku tidak membuat Baekha mati. Setidaknya belum. Ah, aku tidak tahu bagaimana harus bersikap! Kalau kubiarkan Baekha begitu, dia akan semakin terluka. Bila kubiarkan, maka kalian akan semakin menghujatku. Chanyeo juga sepertinya ingin sekali melahapku!

Amor (Chanbaek Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang