Chapter 8. Kau Adalah Buku yang Rumit

1.8K 425 44
                                    

"Kau bukan buku yang sampulnya terbuka. Kau adalah buku yang ingin kubaca berulang kali."

Baekha dibawa pulang kembali ke apartemen setelah lelaki bisu itu mengatakan dengan sangat keras – dengan buku catatan kecilnya – kalau dia ingin pulang dan kembali. Chanyeo ingin memperbaiki semuanya. Dia ingin mengucapkan maaf karena sudah membiarkan lelaki manis ini sendiri. Sayangnya... sekali lagi Baekha tidak ingin membahas itu.

Ketika Chanyeo ingin mengatakan maaf dan mengajak Baekha bicara, lelaki manis itu memalingkan wajahnya tak acuh. Chanyeo ingin memperbaiki semuanya dari awal, ingin mengatakan betapa dia sangat peduli pada lelaki ini. Namun Baekha tidak peduli. Mendengarkan pun tidak. Dia hanya akan sibuk seharian dengan kucing liar yang mampir untuk mencuri sisa makanan di tong sampah. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa dia berubah seperti itu. Bahkan Chanyeo pun tidak tahu. Dia bingung bagaimana harus menghadapi Baekha yang terlihat dingin.

Juga sunyi.

Ah, maksudku... bukan karena dia tak bisa bicara. Tetua sudah mengambil suaranya, namun kali ini auranya juga terlihat sangat suram. Chanyeo tahu, dia paham, dia mengerti. Baekha mungkin...

Trauma.

Seharusnya dia berasal dari api dan tidak akan pernah takut dengan api. Namun, kalian pernah tahu sesuatu? Manusia yang berasal dari tanah akan mati bila ditimbun dengan tanah. Api pun begitu kurasa.

"Kumohon, jangan begini!" Chanyeo lelah mengatakan itu, bahkan meski dia tahu Baekha mendengar namun tak merespon. Sayangnya, Chanyeo tahu dia ingin Baekha mengerti, bahwa masih ada seseorang yang peduli dengannya. Baekha mengerjap dalam diam, lalu jemarinya bergerak.

Dia menulis sesuatu di atas catatan kecilnya.

Aku takut.

Chanyeo membisu. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa hatinya terasa sangat sakit. Mungkin karena dia sudah terikat sebelumnya, dalam mantra aneh yang menjadi bukti perjanjian kedua dunia. Atau mungkin karena beberapa hari ini dia sudah berhasil hidup dan mengerti bagaimana lelaki bisu manis yang misterius ini.

"Apa yang harus kulakukan agar kau tidak takut lagi?"

Baekha tidak bergerak. Jemarinya gemetar. Chanyeo melihat itu, namun dia takut. Dia takut bila menyentuh jemari itu hatinya tidak akan kuat. Chanyeo benar-benar tidak mengerti kenapa Baekha harus jadi seperti ini.

"Aku akan melakukan segalanya. Kau bisa marah, kau bisa memukulku..."

Baekha masih tak tertarik.

"Namun, jangan begini..."

Terusik pun tidak. Baekha hanya membisu. Di depannya, piringnya masih penuh dengan makanan. Dia tidak menyentuh makanannya sedikit pun.

"Aku ingin memperbaiki semuanya..."

Baekha menggeleng. Dia menulis lagi.

Tidak ada yang bisa diperbaiki. Kau tak akan mengerti.

Jantung Chanyeo terasa sangat sakit. Dia tidak tahu kenapa lelaki asing yang bisu ini membuatnya semakin terusik. Chanyeo berjanji tidak akan marah ataupun membentaknya lagi. Chanyeo akan baik padanya, akan menjaganya. Alasan? Kalian tanya padaku apa alasannya?

Mungkin karena Chanyeo tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Ah, jangan tanya aku!

Cinta? Tidak, kalian tidak berhak memberikan label seperti itu! Belum saatnya kalian paham dan tahu. Aku tidak akan pernah bisa mencari jawaban bila Chanyeo masih ragu dan bingung dengan perasaannya sendiri.

"Makanlah!"

Baekha menggeleng enggan.

"Aku tidak tahu dari mana asalmu, atau asal kita. Namun, aku tahu kalau kau harus makan bila masih ingin hidup!"

Amor (Chanbaek Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang