DSPP - 10

139 12 0
                                    

Setelah dirasa semua barang yang dibutuhkannya selesai di kemas, Akbarpun lekas mengambil alat tulis dan mulai menggoreskan sesuatu. Ia menggambar sebuah pohon yang pada salah satu dahannya ditempeli sebuah pelita yang cukup besar serta di bawah gambar pohon itu ia menuliskan :

Jiwamu bak pelita
Lenyapkan gelap dan menyala
Asaku, langkahku, semua hal tentang aku
Kembali terang, api semangatpun datang

Sepintas, makna tulisan itu seperti menggambarkan peran seseorang yang kehadirannya mampu membangkitkan semangat hidupnya. Sayangnya makna tulisan itu bukanlah demikian.

Jika diambil satu kata pada akhir kalimat di setiap barisnya, tulisan itu berbunyi “PELITA MENYALA AKU DATANG”. Dan tulisan itu merupakan sebuah pesan rahasia Akbar yang hanya dapat dimengerti oleh para prajuritnya.

Akbar berpesan agar jika ada suatu Informasi penting, Ia meminta agar para prajuritnya menyalakan pelita yang terletak di atas pohon tinggi di dekat tendanya sebagai mercusuar.

Jika pelita itu menyala, artinya ada hal penting yang mengharuskan Akbar untuk segera datang ke tempatnya itu.

=====

Langit timur terlihat telah memerah... siulan burung terdengar merdu saling bersahutan di atas pepohonan bersukaria menyambut datangnya pagi. Tampak Pangeran Akbar berdiri dan melipat sajadahnya setelah ia menyelesaikan munajatnya. Ia melangkah menghampiri pedang kesayangannya seraya menyeringai.

“Dzulfiqar... mulai sekarang kau bisa melihat wajah gadis cantik itu setiap detik kapanpun kau mau...” gumamnya seraya mengelus pedangnya itu dan meyeringai penuh misteri.

Pangeran Akbar bergegas meraih gendongan pakaian dan beberapa barang yang mungkin akan dia butuhkan kemudian melangkah keluar tenda.

Sejuknya udara pagi membuat Pangeran Akbar bersemangat melangkahkan kaki menuju tempat persinggahan Putri Jodha. Hingga setelah melewati padang ilalang yang masih tergenang beningnya embun pagi di setiap ujung daunnya, akhirnya Akbarpun tiba di tempat tujuan.

Ia mendapati Saraswati yang tengah menyalakan tungku hendak menyiapkan sarapan bersama Mothy di dalam gubuknya yang pintunya terbuka.

“Ehhmm.... selamat pagi bu... Mothy..!” sapa Akbar ketika tiba di sana.

“Nak Dzul... mari silahkan masuk...!” sahut Saraswati mempersilahkan.

Sementara Mothy, ia sedikit terperanjat saat mendapati Akbar benar-benar berdiri di hadapannya. Senyum penuh kebahagiaanpun tersungging di sudut bibirnya.

Mothy lekas berdiri mempersilahkan Akbar memasuki gubuknya dan duduk di atas dipan. Kemudian ia lekas mengambilkan secangkir teh hangat untuknya. Mothy duduk di samping Akbar seraya menyodorkan teh itu kepadanya dengan tingkahnya yang gugup.

“Si..silahkan diminum tehnya Dzulfiqar, mumpung masih hangat!” ujarnya dengan salah tingkah. Akbarpun hanya menyunggingkan senyum lembut sebagai jawaban.

“Mothy... dimana Harka? Dari tadi aku tidak melihatnya?” tanya Akbar seraya mengedarkan pandangannya ke kiri dan kanan. Seketika raut wajah Mothy berubah kesal dan lekas menunduk tak menjawab.

“Mothy... apa semuanya baik-baik saja?” tanya Akbar mencoba memastikan.

“I..iya, semuanya baik saja” jawabnya singkat.

“Lalu dimana Harka?” kembali Akbar bertanya.

“Dia sedang keluar bersama paman Arjun, sebentar lagi juga datang” sahut Mothy sedikit kecut.

“Syukurlah kalau dia baik-baik saja” ujar Akbar seraya menarik nafas panjang merasa lega.

“Kau mencemaskannya?”

DZULFIQAR - Sang Pedang PenaklukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang