DSPP - 7

136 15 0
                                    

Terlihat Akbar meringis perih saat telapak tangannya terkena air yang tengah dibasuh oleh putri Jodha, namun seketika rasa perih itu seolah hilang saat ia pandangi wajah cantik putri Jodha yang tak sedetikpun melepas senyumnya. Tatapan teduh mata sang putri berhasil menghipnotis Akbar untuk tak mengedipkan matanya walau sedetikpun. Akbar benar-benar terpesona dengan kecantikan paras sang putri raja itu hingga untuk sesaat ia melupakan siapa dirinya dan juga misinya.

“Kalian...???”

Suara seseorang berhasil mengejutkan mereka. Sontak keduanya terperanjat dan lekas menoleh ke arah suara.

“Mothy... ke..kenapa kau lama sekali? Aku menunggumu dari tadi” ujar putri Jodha gelagapan.

“Harka, justru aku yang seharusnya bertanya, kenapa kalian bisa ada di sini? Tadi aku cari kalian cukup lama di sana” ujar Mothy balik bertanya.

“Mothy... Tuan ini terluka, tangannya terkena goresan pedang” ujar putri Jodha menjelaskan.

“Ya Tuhan... kau tidak apa-apa?” Tanya Mothy seraya memeriksa tangan Akbar.

“Tidak, aku baik-baik saja. Nona ini sudah menolong membasuh luka di tanganku” jelas Akbar sambil menoleh ke arah putri Jodha.

“Syukurlah.. sini, biar kubalut lukamu” ujar Mothy seraya menyobek ujung selendangnya dan lekas membalut luka di tangan Akbar.

Akbar tersenyum geli, menyayangkan harapannya agar putri Jodha yang melakukan itu, kenyataannya malah Mothy yang melakukannya.

“Tuan... ibuku mengundangmu untuk datang ke rumah kami, dia sudah membuatkan makanan lezat khusus untukmu. Jadi tolong... jangan menolak” ujar Mothy setengah memaksa.

Pangeran Akbarpun tersenyum menanggapinya. Ia lekas menoleh ke arah putri Jodha seolah meminta persetujuan. putri Jodha hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.

“Baiklah... aku terima” ujar Akbar tampak berbinar.

Merekapun lekas berdiri dan beranjak meninggalkan tempat itu. Entah lupa atau apa, Akbar hampir saja meninggalkan Dzulfiqar yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Namun berbeda dengan kali ini, sejenak pedang kesayangannya itu terlupakan.

Beruntung putri Jodha sempat menoleh kearah pedang itu dan lekas menghampirinya. Ia ambil pedang itu yang tergeletak di atas bebatuan. Ia terkagum-kagum melihat pedang yang terlihat sangat mengkilat dan salah satu mata pedang itu nampak sangatlah tajam. Iapun melihat tulisan yang terukir indah pada salah satu sisi pedang itu dengan jenis tulisan Urdu.

“DZUL-FI-QAR” ujar putri Jodha mengejanya.

Sontak Akbar dan Mothy yang telah berjalan beberapa langkah dari Jodha menoleh ke belakang. Akbar terbelalak tak percaya, ia bisa meninggalkan pedang kesayangannya itu yang sedetikpun tak pernah lelah menemaninya. Di samping itu, ia juga merasa heran melihat putri Jodha yang ternyata bisa membacanya.

Pangeran Akbar lekas menghampiri putri Jodha dan memintanya untuk menyerahkan pedang kesayangannya itu padanya. Putri Jodhapun menatap tajam wajah Akbar.

“Sepertinya kau bukan bangsa Sindh. Siapa kau sebenarnya?” selidik Jodha.

“A..aku asli bangsa Sindh, aku dari Mewar” ujarnya seraya merapikan pakaiannya berusaha meyakinkan.

“Lalu.. pedang ini... kau mengukir namamu di pedang ini dengan tulisan Urdu” kembali Jodha melontarkan kata-kata penuh selidik pada Akbar.

“Aku... euhh.. sebenarnya pedang itu pemberian ayahku. Dulu ayahku pernah menyelamatkan orang Ghazna dari kebakaran. Satu-satunya benda yang terselamatkan dalam kebakaran itu hanyalah pedang itu. Dia memberikan pedang itu pada ayahku sebagai tanda terima kasih karena telah menyelamatkan nyawanya. Dan ukiran di pedang itu adalah nama putera kesayangannya. Pada saat itu, ibuku tengah mengandungku dan orang itu meminta ayah dan ibuku memberiku nama Dzulfiqar sesuai nama yang terukir di pedang itu untuk mengenang putera kesayangannya yang tewas dalam kebakaran” jelas Akbar panjang lebar yang semuanya murni kebohongan belaka.

DZULFIQAR - Sang Pedang PenaklukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang