DSPP - 4

140 13 0
                                    

Tanpa basa basi, putri Jodha langsung merebut selendang yang tengah dikenakan Mothy lalu dipakainnya dan bergegas menghampiri Farhad yang tertatih-tatih hendak beranjak menuju tendanya.

Putri Jodha berteriak meminta Farhad untuk menghentikan langkahnya, sayangnya Farhad tak menghiraukannya. Akhirnya putri Jodhapun memutuskan untuk menyusulnya.

“Hey, berhenti..! kembalikan selendangku. Kau mengintipku mandi hemm..??? dasar tak tahu malu!!!” ujar sang putri penuh kekesalan.

Dengan wajah meringis, Farhad membalikan badannya kearah seseorang yang tengah mengoceh di belakangnya.

DEG.... Farhad merasa jantungnya berhenti berdetak saat melihat seorang gadis cantik jelita bak seorang putri berdiri di hadapannya. Ia sedikit tertegun dan untuk sesaat ia bisa melupakan rasa sakit pada lukanya.

Sementara Pangeran Akbar, ia terkekeh di balik pohon seraya mengamati tingkah putri Jodha dan Farhad.

“Hey, cepat kau lepaskan selendang ini, ini milikku..!!!” ujar sang putri sambil menarik selendangnya yang melilit di tubuh Farhad. Farhad meringis kesakitan saat putri Jodha menarik selendang itu, namun putri Jodha tak menghiraukannya. Ia terus berusaha melepas paksa selendang itu dari tubuh Farhad.

Sontak putri Jodha terperanjat saat mendapati bahu Farhad terluka saat selendangnya itu berhasil dilepas. Farhad lekas menutup luka itu dengan tangannya.

“Kau terluka???” tanya sang putri seraya menutup mulutnya yang sedikit terbuka.

“Aku..aku korban salah sasaran. Prajurit istana telah melepaskan anak panahnya padaku” jelas Farhad menutupi kebenaran.

“Siapa kau sebenarnya? Dan bagaimana hal itu bisa terjadi???” tanya Jodha penasaran.

“Aku seorang pengembara dari Mewar. Mereka mengira aku orang Ghazna, hanya karena aku memiliki koin Ghazna. Aku mendapatkan koin itu memang dari orang Ghazna yang bersedekah pada setiap pengembara” lagi-lagi Farhad berbohong.

“Sebentar, kau tunggu di sini...!!!” ujar sang putri seraya menoleh ke kiri dan kanan seperti mencari sesuatu.

Ia lekas menghampiri sebuah pohon yang tak jauh dari sana dan memetik beberapa lembar daunnya serta meremas daun itu hingga mengeluarkan air. Ia tempelkan remasan daun itu di luka Farhad. Nampak Farhad meringis kesakitan saat daun itu menempel di bahunya.

Sementara pangeran Akbar, perlahan tawanya hilang dan untuk kedua kalinya ia dibuat tertegun melihat gadis jelita di hadapannya yang lagi-lagi telah berhasil menarik perhatiannya.

“Daun ini akan sedikit menghentikan pendarahannya” jelas Jodha seraya menempelkan daun itu di bahu Farhad.

“Terima kasih nona” ujar Farhad seraya membungkukan badan. Farhadpun pamit dan beranjak dari sana hendak melanjutkan kembali perjalanannya menuju tenda.

“Tunggu...!!!” putri Jodha menghentikan langkah Farhad. Farhad kembali menoleh ke belakang dan dilihatnya Jodha menghampirinya.

“Ini... kamu boleh mengambilnya dan mengikatkan selendang ini pada lukamu agar obat itu tidak lepas” ujar Jodha seraya menyodorkan selendangnya. Farhadpun bergegas menerimanya dan mengikatkan kembali selendang itu di tubuhnya.

=====

Malampun tiba... pangeran Akbar dan Farhad sudah berada di tendanya. Akbar meminta Farhad untuk menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya siang tadi. Farhadpun lekas menceritakannya panjang lebar termasuk kejadian sewaktu Jodha mengobati lukanya.

Ada perasaan iri di hati Akbar saat mendengar Farhad telah bertemu dan bertutur sapa dengan gadis jelita yang telah berhasil menarik perhatiannya itu.

“Farhad.. untuk sementara, kau tetaplah diam di tenda dan jangan keluar sampai lukamu sembuh. Setelah itu, kau boleh pulang kembali ke Ghazna demi keselamatanmu. Aku yakin, pasukan sindh pasti sudah mengenalimu dan aku tidak ingin rencanaku gagal hanya karena kebodohanmu” perintah Akbar tegas.

Farhad pun menyetujuinya walaupun hati kecilnya enggan sekali untuk meninggalkan hutan karena ia berharap bisa bertemu lagi dengan gadis jelita yang telah dijumpainya.

Sementara di tempat Jodha, terlihat mereka sedang bercengkrama di luar tenda dengan api unggun sebagai penerang dan penghangat bagi mereka. Terdengar gelak tawa dari mereka saat Jodha menceritakan kejadian siang tadi saat ia sempat kehilangan selendangnya. Namun tidak bagi Todhar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Jodha setelah mendengar penuturan Jodha mengenai orang yang telah terkena anak panah para prajurit istana.

“Harka... kau harus lebih berhati-hati, paman sangat mengkhawatirkanmu. Paman takut dia benar-benar orang Ghazna seperti yang ayahmu ceritakan” nasehat Todhar.

“Paman tenang saja, aku bisa jaga diri. Aku yakin orang itu bukan orang Ghazna, dilihat dari dialek dan bahasanya sepertinya dia memang benar-benar orang Mewar” sahut Jodha yakin.

“Syukurlah.. paman berharap itu benar. Dan kau Mothy.. jangan biarkan Harka keluar sendirian..!!!” seru Todhar.

“Tentu saja paman, aku akan selalu mendampinginya kemanapun Harka pergi” sahut Mothy mantap.

=====

Sang Ratu siang sudah kembali menampakan dirinya. Terlihat para penghuni hutan sudah bersiap melakukan aktivitasnya.

Todhar yang telah berhasil mengumpulkan banyak kayu, mulai menggarap kayu-kayu itu untuk membuat sebuah gubuk. Tampak di kejauhan, seseorang tengah berjalan menghampiri persinggahan mereka dengan sebuah gerobak didorongnya.

“Salam Panglima Todhar...!!!” sapa pria itu seraya mengatupkan tangannya di dada.

“Ssssttttt....” sahut Todhar seraya menarik lengan pria itu masuk ke dalam tenda.

“Jangan sekali-kali memanggilku panglima, karena mata-mata bisa ada di mana-mana. Bahkan ranting-ranting sekalipun bisa saja mendengarnya” Todhar memperingatkan pria itu yang tak lain adalah salah seorang prajurit Istana.

“Maafkan saya tuan... saya tidak akan mengulanginya lagi” ujar pria itu seraya menundukkan kepala.

“Tuan... Yang Mulia Raja mengutus hamba untuk menyerahkan ini....” ujar pria itu seraya menghampiri gerobak bawaannya yang berisi beberapa perbekalan makanan, obat-obatan dan juga pakaian.

“Baiklah... terima kasih, kau boleh menaruhnya di sana” ujar Todhar sambil menunjuk ke arah pojok tenda.

Pria itupun segera mendorong gerobaknya dan meletakannya di pojok tenda.

Sementara Jodha dan juga Mothy, seperti biasa mereka telah berada di sungai melakukan rutinitas mandinya. Mereka sangat menikmati tiap kali mereka berada di sana. bagaimana tidak, suasana pengunungan yang sejuk ditambah pemandangan alamnya yang mempesona membuat mereka betah berlama-lama di sana.

Seperti halnya Jodha dan Mothy, Pangeran Akbarpun berniat pergi ke sungai untuk mengambil air dan membersihkan diri sambil menikmati pesona alam yang sejuk dan asri.

Pangeran Akbar berjalan menyusuri pinggiran sungai seraya menghirup udara segar khas pegunungan. Kemudian ia mulai mengambil air dan menumpahkan air itu ke wajah tampannya.

Ia nampak memejamkan mata seraya tersenyum meresapi dinginnya sentuhan air sungai yang jernih dan juga segar.

“Harka... tunggu sebentar, aku mau mengisi dulu kendinya” ujar Mothy sambil beranjak ke darat untuk mengambil kendi.

Jodha yang tengah asyik memainkan air, mengangguk mengiyakan tanpa menoleh ke arah Mothy. tampak ia sangat menikmati cipratan air di wajahnya hingga tiba-tiba, luapan air sungai berubah deras dan menyeret tubuh Jodha yang tengah asyik bermain air.

“Harka....” teriak Mothy penuh ketakutan.

“Mothy.... tolong aku... Mothy....” teriak Jodha yang tengah terhanyut terbawa arus sungai.

“Tolong....Tolong....” teriak Mothy sambil berlari-lari mencari bantuan. “Harka....” kembali Mothy memanggil Jodha seraya menangis tak karuan.

“Mothy... Mothy....” Perlahan suara Jodha mulai menjauh dan semakin menjauh hingga tak terdengar lagi.

***TBC***

DZULFIQAR - Sang Pedang PenaklukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang