Beberapa saat berlalu... baik Mothy maupun Akbar, tampaknya mereka tak kunjung datang setelah sekian lama Jodha menunggunya. Hingga akhirnya setengah berlari Jodha bergegas kembali memasuki hutan untuk menyusul Akbar yang sekian lama tak kunjung menghampirinya.
Dilihatnya samar-samar Akbar tergeletak di atas tanah tak berkutik. Setengah berlari Jodha lekas menghampirinya dan memeriksa keadaan Akbar.
Sontak Jodha terkejut bukan main saat ia mendapati kaki Akbar nampak membiru dan terdapat bekas gigitan ular.
“Dzulfiqar....!!!” pekik Jodha nampak sangat kepanikan saat melihat Akbar terkulai lemah dan hampir kehilangan kesadaran.
“Dzulfiqar, bangun...! ayo bangun...! buka matamu..!” ujar Jodha seraya mengguncang-guncang tubuh Akbar agar tetap sadar.
Jodha lekas meraih tubuh Akbar dan segera membangunkannya serta menyandarkannya di pohon. Ia segera melepas selendangnya dan mengikatkanya di kaki Akbar berusaha untuk memperlambat peredaran darah yang sudah terkena racun agar tidak cepat menyebar ke jantung.
Jodha nampak menoleh ke kiri dan kanan berusaha mencari sesuatu yang iapun tidak tahu dengan apa yang sedang ia cari. Namun pandangannya berhenti saat matanya tertuju pada Dzulfiqar, pedang kesayangannya Akbar yang hampir tidak pernah lepas kemanapun Akbar pergi.
Jodha lekas meraih pedang itu dan menariknya kasar dari sarangnya. Kemudian ia arahkan ujung pedang itu tepat pada bagian luka bekas taring ular di kakinya. Sedikit demi sedikit Jodha sayatkan ujung pedang itu membentuk sayatan vertikal untuk membuat luka baru di kaki Akbar. Akbar tampak meringis kesakitan namun Jodha memintanya untuk tetap bertahan.
Setelah ia berhasil melukai kaki Akbar, Jodha segera mengurut bagian kaki Akbar yang nampak sudah membiru bahkan sebagiannya menghitam berusaha agar darah yang sudah terkontaminasi racun itu keluar.
Cukup lama Jodha melakukan hal itu hingga darah Akbarpun keluar cukup banyak dan tampak warna biru agak menghitam di kakinya itu sedikit memudar.
Setelah itu Jodha lekas merengkuh tubuh Akbar yang lemah dan tersandar di pohon seraya menyeka keringatnya yang membasahi dahinya.
Kali ini, tangis Jodhapun pecah tak lagi dapat menahan perasaannya yang kalut saat melihat Akbar terpejam tak berdaya. Rasa panik yang memenuhi ruang hatinya bercampur dengan rasa menyesal telah meninggalkan Akbar serta rasa jengkel atas kekonyolan Akbarpun berhasil mengguncang hatinya dalam waktu bersamaan.
“Kenapa kau menangis?” tanya Akbar tiba-tiba mengejutkan Jodha. “Kau menangisiku Harka? Apa kau takut kehilanganku?” tanya Akbar seraya tersenyum lembut di ambang kesadarannya.
“Diamlah Dzulfiqar, jangan banyak bicara” ujar Jodha seraya menyeka pipinya yang basah. Sesaat kemudian Akbarpun tak mampu lagi mempertahankan kesadarannya dan luruh di dekapan Jodha.
“Tolong...tolong...!!!” teriak Jodha berusaha mencari bantuan.
Samar-samar Arjun dan juga Mothy yang tengah menunggu kedatangan Jodha dan Akbar di pertigaan jalan, tiba-tiba mendengar teriakan Jodha yang meminta tolong. Arjunpun segera berlari menuju arah sumber suara diikuti Mothy dari belakang.
“Harka...” pekik Arjun saat mendapati Jodha tengah mendekap Akbar yang tak sadarkan diri.
“Paman... tolong, Dzulfiqar terkena gigitan ular” sahut Jodha penuh kecemasan.
Arjun bergegas memeriksa kaki Akbar dan kemudian ia meminta Jodha untuk membantu Akbar menaiki punggungnya. Merekapun lekas beranjak dari sana untuk kembali pulang.
Sesampainya di rumah, Jodha lekas mengambil segenggam garam dan melarutkannya ke dalam gelas yang sudah terisi air sebagai penawar racun ular. Kemudian ia meminumkannya pada Akbar yang masih tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DZULFIQAR - Sang Pedang Penakluk
RomancePenulis cerita MAHAR ** Mengisahkan Dua kerajaan besar di tanah Hindustan saling bermusuhan memperebutkan daerah perbatasan yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Pada saat menjalankan misinya dalam merebut daerah perbatasan tersebut, "AKBAR" sang P...