“Dzulfiqar... asal kau tahu, dia sangat menyukaimu, dia benar-benar mencintaimu. Cepat kejar dia..!!!”
“Dan aku sangat menyukaimu... Aku mencintaimu...” sahut Akbar penuh kesungguhan.
DEG..... sontak mata putri Jodha seketika terbelalak mendengar perkataan Akbar yang berhasil membidik ulu hatinya. Sejenak ia terdiam mencoba mencerna ucapan Akbar yang tak terduga.
“TIDAK... Aku tidak bisa” sahut Jodha tegas.
Akbar yang tengah menundukkan kepala menunggu jawaban putri Jodha, seketika mendongak tersentak mendengar jawabannya.
“Apanya yang tidak bisa Harka? Kau sedang melamunkan apa?” Tanya Akbar pura-pura tak menyadari perkataan yang telah ia lontarkan.
“Aku..aku.. maksudku..aku tidak bisa mengejar Mothy karena kakiku sakit sekali” sahut Jodha seraya merunduk. “Ya Tuhan...apa aku salah mendengar? Kenapa aku bisa mengkhayalkan kata-kata itu keluar dari mulutnya?” batin Jodha berujar seraya menggelengkan kepala.
Akbar menatap tajam wajah Jodha yang tengah merunduk. “Akbar Khan tak menyukai penolakan Harka.. Aku akan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya hingga kau tak lagi mampu menolaknya” hati Akbar berujar seraya menyeringai licik.
“Dzulfiqar... aku mau pulang... tapi sebelumnya, kumohon... kejar Mothy dan bawa dia ke sini..!” pinta Jodha seraya mengatupkan tangannya.
Melihat Putri Jodha yang nampak diselimuti kecemasan, Akbarpun tak mampu menolak permintaanya.
“Baiklah.. aku akan memenuhi semua permintaanmu. Sekarang biar kubantu kau berdiri” ujarnya seraya membantu Putri Jodha berdiri dan memapahnya menuju sebuah batu dan mendudukannya di sana. “Kau tunggu di sini, aku segera kembali” pesannya pada putri Jodha yang dibalas anggukan kepala oleh Jodha.
Akbar lekas beranjak meninggalkan putri Jodha dan melangkah ke arah Mothy pergi. Ia berteriak memanggil-manggil nama Mothy seraya mengedarkan pandangan ke semua arah. Samar-samar ia melihat seseorang yang tengah duduk termenung di tepi kolam seraya melempar kerikil ke arah kolam itu.
Akbar lekas menghampirinya dan memintanya untuk kembali karena Jodha tengah menunggu dan mencemaskannya.
“Pergilah Dzulfiqar...! Aku masih ingin di sini” bantah Mothy tanpa menoleh ke arah Akbar.
“Mothy.. kumohon, jangan keras kepala..! Harka sangat mengkhawatirkanmu, dia sedang menunggumu di sana” bujuk Akbar sedikit jengkel.
“Dia tidak menungguku, dia hanya menunggumu” sahutnya masih terdengar kesal.
Akbarpun mengangguk-anggukan kepala seraya mendengus kesal “Kukira kau menyayanginya sama seperti dia menyayangimu, ternyata kau tak lebih dari seorang wanita egois” murka Akbar seraya beranjak meninggalkan Mothy.
Sontak hal itu membuat Mothy terkejut mendengar ucapan Akbar yang berhasil menembus dan menusuk hatinya. Ia lekas berdiri dan menyusul Akbar “Dzulfiqar tunggu.... tunggu aku Dzulfiqar...!” teriaknya dengan sedikit berlari menyusulnya.
Tak lama kemudian Akbar dan juga Mothy sudah nampak di hadapan Putri Jodha. Mothy langsung memeluk tubuh Jodha seraya mengucap kata maaf.
“Maafkan aku Harka... aku telah membuatmu cemas” ujarnya seraya memeluk erat tubuh Jodha.
“Sudahlah Mothy... kau hanya salah paham. Jangan kau ulangi lagi ya..!”
“Iya aku janji. Aku tak kan mengulanginya lagi” janji Mothy seraya melepas pelukannya.
Mothy kemudian menoleh ke arah Dzulfiqar yang masih memasang raut wajah kesalnya. Ia berdiri dan menghampirinya “Dzulfiqar... maaf, aku sudah bersikap kekanak-kanakan. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi” ujarnya dengan kepala menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DZULFIQAR - Sang Pedang Penakluk
RomansaPenulis cerita MAHAR ** Mengisahkan Dua kerajaan besar di tanah Hindustan saling bermusuhan memperebutkan daerah perbatasan yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Pada saat menjalankan misinya dalam merebut daerah perbatasan tersebut, "AKBAR" sang P...