4 | Gikwang

25 3 0
                                    

Siang ini aku dan member EAST sangat bahagia. Kami baru saja medapat kabar bahwa album kami sudah terjual lebih dari lima juta copy dalam kurun waktu kurang dari satu Minggu! Satu Minggu!!!

Aku benar-benar tak menyangka respon publik akan sebaik ini. Apalagi banyak fans yang sangat menantikan karya terbaru EAST group.

“Selamat atas keberhasilan kalian” ucap seseorang yang baru saja masuk ke ruang latihan kami.

Orang itu adalah Jaewook, CEO agensi kami. Aku sangat bersyukur dapat bekerja dibawah naungannya. Sesuai janji yang ia tawarkan, EAST group kini mendulang kesuksesan yang semakin luar biasa dibanding sebelumnya.

Jaewook menghampiri dan menyalami kami semua. Raut kebahagiaan tersirat dari wajahnya.

Aku senang setiap melihatnya tersenyum lebar seperti itu. Jujur saja, aku merasa lega karena keberhasilan grup kami setidaknya bisa mengurangi beban yang harus ia pikul beberapa minggu kebelakang.

Ya, masalah dua artis GO entertainment yang terlibat skandal.

Entahlah, aku tak mengerti bagaimana kabar masalah itu, yang pasti masalah itu membuat kantung mata Jaewook  semakin besar dari hari ke hari.

Kadang aku merasa kasihan melihatnya seperi itu, tapi mungkin begitulah kehidupan sebagai petinggi sebuah perusahaan besar. Semakin tinggi pohon maka semakin besar angin yang menerpa.

“Bagaimana? Kami berhasil kan, hyung?”

Bukannya menjawab, Jaewook malah  berdehem sambil melemparkan tatapan tajam. Sejenak aku mengernyitkan dahi untuk memahami apa maksudnya.

Astaga! Aku lupa ini masih di lingkungan kantor.

Aku kadang lupa kalau dia adalah atasanku di kantor. Sebenarnya dia juga tidak gila hormat dan bersahabat dengan seluruh artis di agensinya, tapi tetap saja jika sedang dilingkungan kantor aku harus tau diri.

Lagipula, setahuku hanya aku yang memanggilnya hyung. Hanya aku artis dari agensinya yang bisa sedekat ini. Aku juga tidak tahu kenapa hanya aku.

“Nanti malam aku akan mengajak kalian makan malam sebagai hadiah atas kesuksesan kalian. Sampai jumpa nanti, karena masih ada urusan lain yang menungguku sekarang” ucap Jaewook sambil meninggalkan kami dengan senyum tipis khasnya.

Dia memang selalu berlaga dingin jika di kantor.

*

Piring-piring diatas meja sudah habis tanpa sisa sedikitpun. Enam buah botol bir kosong tersimpan acak dengan gelas yang menyisakan sedikit bir didalamnya. Malam ini benar-benar pesta yang luar biasa.

Aku dan grupku benar-benar merasa begitu kenyang karena hidangan yang Jaewook belikan untuk kami. Lihat saja Eunhyuk, dia sudah tertidur karena terlalu kenyang dan banyak meminum bir.

Seperti biasa, jaewook hanya menatap kami dengan senyum khasnya kemudian kembali meneguk segelas bir ditangannya.

Anggota lainnya berpamitan pulang, kini hanya aku dan Jaewook yang masih terduduk di restoran ini.

“Mau tambah bir nya?” tawarku.

Jaewook menggeleng sambil mengangkat tangannya.

“Aku masih tau diri untuk tidak menyetir dalam keadaan mabuk. Kecuali kalau aku mau menambahkan masalah lagi dalam agensiku” candanya.

“Hahaha, baiklah. Tumben sekali, kemana supirmu?”

“Aku menyuruhnya istirahat” jawabnya enteng.

Aku menatapnya untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Tapi sudah kuduga, ia tak akan memberikan penjelasan apapun lagi. Dasar tukang sok misterius!

Sudah hampir jam setengah sebelas malam. Dan aku masih belum beranjak dari restoran ini, begitu pula dengan Jaewook. Tak lama hujan turun begitu deras seperi sengaja menahan kami ditempat ini lebih lama.

Drrrrt… Drrrrt…

Ku ambil ponselku yang bergetar dari balik saku jaketku. Eh? Jinhee noona?

“Oh, ada apa noona?”

“Kau sedang dimana, kwang?” tanyanya dari balik telepon. Suaranya terdengar panik.

“Aku sedang di restoran dekat kantor, ada apa? Kau terdengar panik”

“Jinhwa terus menangis sejak tadi dan suhu tubuhnya sangat panas. Aku mau membawanya ke dokter tapi kakakmu sedang keluar kota”

“Tunggu lah sebentar, aku akan segera kesana. Aku tidak jauh dari rumahmu”

“Baiklah, terimakasih. Aku mohon datang segera mungkin”

Aku menutup telepon dan segera mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja.

“Ada apa?” Tanya Jaewook yang heran melihatku nyaris pergi meninggalkannya tanpa pamit.

Maklum, aku begitu panik sampai lupa kalau aku sedang bersamanya saat ini.

“Kakak iparku menelepon, katanya anaknya sakit, jadi aku akan mengantarkannya ke rumah sakit”

“Disaat hujan begini kau akan mengantarnya menggunakan motormu?”

Benar juga. Bisa-bisa Jinhwa malah semakin sakit. Apa kupanggilkan taksi saja ya?

“Ayo pakai saja mobilku. Biar ku antarkan. Ayo tunggu apalagi?” tawar Jaewook.

Aku mengangguk kemudian berlari mengikutinya ke mobil.

ProeliumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang