Suaranya benar-benar indah. Sampai kini aku belum bisa melupakan nyanyiannya yang begitu merdu dan menenangkan. Rambut panjang ikalnya yang berwarna coklat dibiarkan terurai. Alunan gitar mengalun indah dari setiap petikan jarinya. Sepertinya ia bukan orang asli Korea karena wajahnya terlihat seperti orang asing. Kuharap aku bisa bertemu dengannya lagi.
“Yaaak! Lee Gikwang!” teriakan itu memecah lamunanku.
“Astaga hyung, kau mengagetkanku saja”
“Mau sampai kapan kau melamun disitu, eoh? Kita sudah sampai”
“Dimana ini?” tanyaku karena merasa asing dengan suasananya.
“Ini Rumahku”
Eh?? Rumah Jaewook hyung? Tapi kenapa aku disini?
“Ayo masuk”
“Eh? Tunggu, hyung. Kenapa aku disini?”
“Ah anak ini masih belum sadar juga rupanya. Aku sudah mengantarkanmu kerumahmu, tapi kau terus saja melamun. Karena aku lelah, jadi kubawa kau kerumahku. Kalau kau mau pulang, pulang saja sendiri. Kau bisa pakai motorku” ucapnya sambil berlalu.
Sebegitu parahnya kah aku melamunkan gadis itu? Ya ampun, gadis itu benar-benar membuatku gila!
Aku segera mengekor Jaewook hyung masuk kerumahnya. Whoa! Rumah yang sangat besar! Jadi seperti ini kah tempat tinggal seorang CEO perusahaan terkenal? Aku berjalan sambil mengamati ruangan. Beberapa lukisan pemandangan karya pelukis terkenal terpajang di dinding.
Sebenarnya mungkin rumah ini tidak begitu besar jika dibandingkan dengan rumah-rumah pengusaha lainnya, rumah ini hanya terdiri dua lantai. Berdesain bangunan kuno disertai perapian khas zaman dahulu. Semakin terasa hangat karena rumah ini di dominasi warna cokelat.
Pekarangan yang begitu luas, mungkin bisa menampung seribu orang untuk mendirikan tenda disini? Ah ya mungkin terlalu berlebihan, tapi pekarangannya benar-benar luas. Dan, tunggu… sepertinya rumah ini berada di atas bukit dan cukup jauh dari perkotaan.
“Hyung, apa ini benar rumahmu?”
Jaewook hyung terlihat mengernyitkan dahinya. Sepertinya pertanyaanku terlalu aneh.“Tentu saja, memang kenapa?” jawabnya sembari membuka pakaiannya dan berganti dengan kaos santai. Saat ini ia terlihat sangat berbeda dengan penampilannya ketika di kantor.
“Tidak, tapi kenapa tempat ini rasanya jauh dari kantor?”
“Aku sengaja membeli rumah di bukit seperti ini agar bisa beristirahat dan menenangkan diri” jawabnya santai. Ia berjalan ke dapur kemudian melemparkan sekaleng bir dingin padaku.
Aah, benar juga. Hidup sebagai seorang CEO perusahaan terkenal pasti dipenuhi banyak tekanan. Tempat seperti ini benar-benar bisa membantunya untuk menyegarkan pikirannya kembali. Aku merebahkan tubuhku di atas sofa yang begitu empuk ini. Sejenak aku memejamkan mata. Rumah ini ternyata benar-benar memberikan kenyamanan dan ketenangan yang luar biasa.
“Bukankah tadi kau mau pulang?”
Pertanyaan Jaewook hyung benar-benar menganggu ketenanganku. Padahal baru saja aku akan terlelap.“Yaaak! Kau mengusirku?”
“Tidak” jawabnya dingin sambil membaca sebuah buku yang sepertinya sebuah novel.
Jawabannya yang begitu tenang mengapa terasa menyebalkan di telingaku? Aah, kalau saja hyung-ku ini bukan atasanku di kantor, sudah ku cabik-cabik rasanya setiap ia bersikap dingin. Lihat saja, kau pasti tidak akan bersikap dingin lagi setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Proelium
Fanfiction"karena hanya didepannya kau bisa memperlihatkan dirimu yang sesungguhnya" * Kisah perjuangan tiga orang pria yang selalu terlihat sempurna walaupun sebenarnya terluka. Mereka melakukan itu semua demi berusaha mendapatkan cinta sejati. *Cerita ini...