8 | Donghae

20 2 0
                                    

Pagi yang cerah hari ini membuatku semakin bersemangat untuk bekerja. Aku mengemudikan mobilku dengan santai. Karena aku masih memiliki cukup waktu, ku tepikan mobilku didepan sebuah minimarket untuk membeli sarapan. Sebotol air mineral dan dua buah nasi kepal menjadi pilihanku untuk sarapan pagi ini.

Ketika aku keluar dari minimarket, aku melihat seorang lelaki yang berjalan ke arah ku dengan wajah yang terlihat lelah. Ia terus menundukkan kepalanya, jadi sepertinya ia tidak melihatku. Ku tepuk pundaknya ketika ia berjalan tepat di hadapanku.

“Gikwang?” tanyaku.

“Eh, ah.. Donghae Hyung

“Sedang apa kau disini? Kenapa kau terlihat lelah seperti ini?”

“Aah Hyung, ceritanya panjang, yang pasti aku harus segera ke studio latihan”

“Kalau begitu biar ku antarkan, kebetulan kita searah kan”

Senyuman lebar tergambar dari wajahnya yang kekanakan itu. Lucu sekali melihat ekspresi wajahnya yang berubah begitu cepat membuatku ingin tertawa. Ku ajak ia masuk ke mobilku.

Ia menceritakan semua yang terjadi sampai akhirnya ia harus berjalan kaki dari stasiun kedua. Sekali lagi aku tertawa setelah mendengar ceritanya. Jaewook Hyung benar-benar tidak berubah, selalu saja senang mengerjai anak orang.

Tak lama kemudian, kami sampai di studio tempat Gikwang berlatih dengan grupnya. Ia berpamitan kemudian masuk ke dalam studio. Aku pun segera melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.

*

Hari ini cukup banyak pasien yang masuk. Sudah hampir jam tiga sore, dan aku belum sempat istirahat sedikit pun. Pantas saja perutku sudah berteriak minta makan.

Setelah memastikan tidak ada lagi pasien yang harus ku tangani, aku meninggalkan ruangan untuk membeli makanan di kantin. Baru saja aku membalikan badanku setelah menutup pintu ruangan, tubuhku menubruk seseorang hingga ia nyaris terjatuh jika aku tak menahannya.

Adegan yang begitu singkat dan benar-benar seperti sebuah drama televisi. Mataku dan wanita yang tak sengaja ku tubruk tadi saling bertatapan. Aku masih menahan tubuhnya tetapi bibirku terasa kelu. Tak sedikitpun kata bisa terucap dari bibirku. Jantungku berdegup kencang.

“Ah maaf” ucap wanita itu yang segera melepaskan peganganku dari tubuhnya.

“Oh, a.. aku yang harus minta maaf” ucapku gelagapan.

Wanita itu tersenyum. “Sudah lama ya kita tidak bertemu, apa kabar?”

Entah kenapa kata-kata itu membuat hatiku terasa sakit. Ya, sudah lama kami tidak bertemu. Hampir 3 tahun lebih. Dan aku masih belum lupa dengan wanita ini.

“Baik, bagaimana denganmu?” tanyaku kembali.

Sejujurnya aku sedih bercampur bahagia bertemu dengannya kembali. Aku sedih ketika teringat saat ia pergi tiba-tiba tanpa sedikitpun pesan untukku, dan ketika ia menghilang tanpa kabar. Tapi aku sangat bahagia bisa kembali bertemu dengan wanita ini, cinta pertamaku.

“Aku sangat baik” jawabnya dengan senyuman indahnya yang masih selalu kuingat.

“Ah, ada apa kamu di rumah sakit ini?”

“Kau tau, mulai sekarang aku dipindahkan praktek di rumah sakit ini. Dan aku tak menyangka ternyata kamu adalah dokter spesialis anak disini”

“Benarkah? Sungguh kebetulan yang luar biasa. Oh ya, sudah tau ruanganmu dimana?”

Kulihat ia tersenyum malu kemudian menggelengkan kepalanya perlahan. Benar-benar tingkah imutnya selalu membuatku tersenyum. Aku menawarkan diri untuk mengantarkannya menuju ruangannya.

“Nah ini ruanganmu, dokter Jaekyung”

“Terimakasih banyak, dokter Donghae” ucapnya sambil tersenyum.

“Sama-sama. Ah, apa kau sudah makan? Kebetulan aku akan ke kantin untuk membeli makan”

“Terimakasih, tapi aku baru saja makan. Lagipula aku harus merapikan berkas-berkas ini di ruangan”

Aku cukup kecewa mendengarnya, tapi yasudah lah. Toh aku masih bisa bertemu dengannya lagi. Kami sekarang bekerja di rumah sakit yang sama kan. Kemudian aku pamit dan meninggalkannya. Tiba-tiba ia kembali memanggilku.

“Donghae!”

“Ya?”

“Lain kali temani aku makan di kantin ini ya” ucapnya kemudian masuk ke ruangan.

Benar-benar tingkah lucunya yang tidak pernah berubah. Aku berjalan menuju kantin dengan senyuman yang terkembang lebar. Astaga rasanya aku sudah gila hanya karena bertemu Jaekyung kembali dalam beberapa menit. Apakah ini artinya kami memang ditakdirkan untuk bersama? Astaga! Apa yang kupikirkan? Terlalu cepat untuk menyimpulkan hal semacam ini! Sadarlah Lee Donghae!!

*

Drrrrt… drrrrt…

Kuambil ponselku, nama Gikwang terlihat di layar. Ada apa dia menelepon ku? Apa ada hubungannya dengan keadaan Jinhwa?

“Yaa? Ada apa Kwang?”

Hyung, apa kau sudah kau sudah selesai?” tanyanya di sebrang telepon.

“Aku baru saja mau pulang, ada apa?”

“Aku dan Jaewook Hyung berencana ke café mu, apa kau bisa ikut?”

Baru saja aku mau menjawab pertanyaan Gikwang, tiba-tiba saja terdengar seseorang mengetuk pintu ruanganku. Aku meminta Gikwang untuk menunggu sebentar, dan aku ku telepon ia kembali nanti.

Ku persilahkan orang tersebut untuk masuk. Ternyata itu adalah Jaekyung.

“Oh, masuklah Kyung. Ada apa?”

“Kau sudah makan malam?” tanyanya dari ambang pintu.

Aku menggelengkan kepalaku.

“Kalau begitu mau temani aku? Aku masih belum hafal dengan kota ini” ucapnya sambil tersenyum malu. Benar-benar menggemaskan.

Aku menganggukkan kepalaku kemudian memintanya untuk menunggu sebentar. Ia tersenyum kemudian meninggalkan ruangan ku. Mimpi macam apa ini? Akhirnya setelah sekian lama aku akan makan bersama lagi dengannya.

Aku segera membereskan meja kerjaku. Ku ambil jaketku yang tergantung di belakang kursi. Aah, sampai lupa, aku harus menghubungi Gikwang kalau aku tidak bisa bergabung dengan mereka malam ini.

*

Kami berjalan ke café yang tidak jauh dari rumah sakit. Aku memilih tempat yang dekat karena Jaekyung masih harus praktek malam.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, akhirnya kami sampai di sebuah café bernama Amore. Sebuah café bergaya Italia dengan hiasan lampu kelap-kelip di kacanya. Kami memilih duduk didekat kaca agar kami bisa melihat pemandangan di luar.

“Wah, Seoul memang kota yang luar biasa! Sudah bertahun-tahun aku tidak pulang ke Korea” ucapnya sambil menyeruput secangkir latte kesukaannya.

“kau terlalu sibuk di Jerman sampai lupa pulang ke negara sendiri”

“ya mau bagaimana lagi, menjadi spesialis bedah jantung kan memang sulit. Makanya aku tak bisa kembali kesini secepat kamu”

“Iya iyaa deeh. Ah ya bagaimana bisa kamu ditempatkan di Rumah Sakit Seoul?”

“Kebetulan temanku memiliki kenalan di Rumah Sakit ini, dan memang sedang membutuhkan dokter bedah jantung, jadi yaa akhirnya aku ditempatkan disini”

Aku mengangguk. Kami pun menyantap makanan kami sami bercanda dan membicarakan kenangan di masa lalu ketika kami sama-sama menjadi mahasiswa kedokteran di Jerman.

Tanpa terasa sudah satu jam lebih kami di tempat ini, dan Jaekyung harus kembali ke Rumah Sakit. Aku mengantarnya kembali.

Di depan rumah sakit, ternyata aku bertemu dengan Jaewook Hyung dan Gikwang. Sedang apa mereka disana? Aku menghampiri mereka.

“Sedang apa kalian disini?” tanyaku.

Tiba-tiba satu kata yang meluncur dari bibir Jaekyung membuatku terdiam tak mengerti.

Oppa?” ucapnya.

ProeliumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang