hujan

3K 265 6
                                    

Pandangan Tae menerawang. Ia masih memikirkan perkataan Ara dan username Suga.

Tae iri? Tentu saja!

Marah? Tidak, lebih tepatnya tidak bisa.

Ara memiliki hak untuk menyukai siapapun termasuk Suga dan Sehun. Tapi ntah kenapa Tae membenci kalimat barusan.

Bukankah itu faktanya? Kenapa Tae berusaha menepis itu. Tae terus-terusan mencari celah bahwa Ara memang menyukainya.

Mungkin saja Ara hanya berpura-pura membenci Tae. Hati orang siapa yang tahu.

Bisa jadi, ya bisa jadi.

Tae tertawa sinis. Ia terlalu memaksa. Untuk apa Ara berpura-pura. Bahkan ekspresi Ara sangat serius tadi.

Tapi mungkin saja Ara memang berbakat akting, mungkin saja ia memang menyukai Tae.

Bodoh! Ara tidak sedang main drama.

"Kenapa cobaan cogan berat banget ya Tuhan."

"Pake emot love segala lagi."

"Segitu sukanya lo sama dia? Suka sama gue nya kapan?!"

"Lo nyium sambil bilang suka ke gue, trus meluk dan bilang sayang ke gue. Sumpah ini gue bego banget."

Tae masih terus bermonolog. Ia tidak pernah menyangka jika Ara berhasil membuatnya bodoh seperti sekarang.

Ini pertama kalinya Tae merasa dibuang. Ara memang luar biasa, dia berhasil membuat seorang Kim Taehyung merasakan sakit hati yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Bodoamat lo suka sama siapa. Gue suka lo, dan gue bakal perjuangin lo."

Tekad Tae sudah bulat. Ia sangat menyayangi Ara. Ia tidak akan melepaskan Ara. Mau berapa kali Ara menolaknya Tae tidak peduli.

Karna jatuh cinta bisa membuat orang menjadi sangat bodoh.

***

"Jin..." Entah sudah berapa lama Ara terjebak di sini. Dengan seragam sekolah yang sudah basah diguyur hujan.

Ara tidak tau kapan hujan akan berhenti, yang pasti ia sangat kedinginan saat ini. Namun sepertinya ini akan lama.

Ini baru jam empat sore, tapi langit sudah tampak gelap karna tertutup awan hujan.

Perut Ara telah berbunyi minta diisi, ini sudah lewat jam makan siangnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menyebut nama Jin berkali-kali, berharap orang itu dapat membawanya pergi dari tempat mengerikan ini.

Lagi-lagi perut Ara berbunyi. Ia sangat lapar, dan juga kedinginan, seluruh pakaiannya telah habis diguyur hujan.

Kuku jarinya memutih, bahkan Ara tidak bisa merasakan ujung jarinya. Ia sangat kedinginan mengingat hampir dua jam ia telah diguyur hujan lebat.

Ara menyilangkan tangannya di depan dada, berusaha memeluk tubuhnya sendiri untuk mengurangi rasa dingin.

Angin yang lebat membawa air hujan membasahi tubuh Ara. Bahkan air hujan terasa begitu menyakitkan saat menyentuh permukaan kulitnya. Ia mencoba menghangatkan jarinya yang sudah mengeriput bak nenek-nenek.

"Jin..." lirihnya pelan.

Rasa laparnya telah tergantikan oleh kedinginan yang menusuk. Bibirnya berubah menjadi biru, giginya pun saling beradu dikarenakan getaran kecil mulutnya.

Tubuh Ara terasa sangat lemas, bahkan kakinya sudah tidak mampu menahan bobot tubuhnya. Ara sangat sensitif dengan rasa dingin, tubuhnya tidak mampu bertahan.

brengsek -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang