ayah dan anak

3.2K 317 3
                                    

"Dia yang nembak lo waktu itu?" Tae berusaha menjaga nada suaranya supaya Ara tidak merasa ketakutan, namun ia salah. Gadis itu kini tidak berani menatapnya sedikit pun.

Ara mengangguk, dengan wajah yang masih tertunduk.

Tae marah, ya tentu saja. Sehun menyentuh kepala Ara, pacarnya, ditambah fakta bahwa Sehun menyukai Ara, normal saja jika Tae marah.

Mengingat mereka pernah bertengkar karna laki-laki yang bernama Sehun ini, Tae berusaha menahan emosinya. Ia tidak ingin bertengkar lagi dengan alasan yang sama.

"Lo bisa jelasinnya sekarang." Tae menepikan mobilnya, ia tidak suka menyetir sambil ngobrol.

"Maaf." Itu kata pertama yang mampu Ara ucapkan.

"Gak perlu minta maaf, gue tau ini cuma salah paham. Bisa lo jelasin sekarang?" Tae menarik tangan Ara, lalu menggenggamnya lembut, tidak seperti yang sebelumnya.

"Gue cuma mau bilang makasih sama dia karna nemenin gue di uks pas sakit, gue gak tau kalo dia bakalan kayak tadi." Ara mendengar Tae menghembuskan napasnya panjang.

"Nemenin lo di uks? Berdua?" Tae memiringkan badannya menghadap ke Ara. Tae menangkap ekspresi wajah Ara yang mulai gugup.

"Waktu itu jam belajar, penjaga uks lagi gak ada."

Entah kenapa, mendengarnya membuat Tae bertambah marah.

Kalian berduaan di uks, romantis banget Ra.

"Lo sakit apa? Kenapa Sehun yang nemenin lo? Kenapa bukan temen cewek? Kenapa harus dia Ra?" Tae tidak pernah menang melawan emosinya. Ia terlalu mudah cemburu, itu lah salah satu sifat buruknya.

"Maaf." Tae sadar ia sudah berlebihan.

"Nggak, lo pantes marah. Lo pacar gue." Ara mempererat genggaman tangannya.

"Tapi lo gak perlu cemburu sama Sehun, sedekat apapun gue sama dia, yang gue sayang cuma lo."

Sayang. Ara cukup jarang mengucapkan kata itu. Dan kata itu sukses membuat perasaan marah Tae menyurut.

"Waktu itu gue ngejar dia, buat jelasin kenapa gue nolak dia. Gue terpeleset trus keseleo. Dia bantu gue ke uks, karna penjaga uks gak ada, jadi dia nemenin gue. Dan tadi, gue cuma mau bilang makasih ke dia, gue gak nyangka dia bakalan kek gitu. Maafin gue." Jelas Ara.

Tae tersenyum. Benar, ini hanya salah paham. Ara tidak mungkin selingkuh darinya.

Tae melepas genggaman tangannya, lalu ia mengacak puncak kepala Ara. Ara mendengus, rambutnya kusut lagi.

"Udah gue hapus sidik jarinya." Kata Tae dengan senyum kotaknya.

"Dah yok pulang, ntar kesorean."

***

Seperti yang mereka rencanakan kemarin, kini Tae dan Ara sudah berada di taman.

Mereka menyewa dua sepeda. Sebenarnya Tae menyarankan untuk menyewa sepeda gandeng, supaya lebih romantis katanya. Namun Ara menolak, katanya ia ingin mengajak Tae untuk balapan.

"Kalah teraktir makan ya!" Seru Ara bersemangat.

"Nggak perlu balapan Ra, ntar gue traktir lo makan." Tae tak habis pikir, Ara kelewat unik.

"Nggak seru lah, gini kan seru. Lo kalah, bayarin gue makan, gue kalah, bayarin lo makan. Gak nerima penolakan. Kekuasaan tertinggi berada di tangan Ara."

"Iya iya, asal lo seneng."

Tae pasrah. Ara mulai mengatur letak sepeda. Karna jalan taman ini membetuk sebuah lingkaran, jadi siapa yang kembali lebih dulu, dia yang menang.

brengsek -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang