Taera pt.3

2.7K 270 10
                                    

Line

K.SJin: dek
K.SJin: gue gak bisa jemput lo
K.SJin: gue udah nyuruh Tae
K.SJin: gue ada urusan
K.SJin: dah adekku sayang

K.Ara: setan kau

Yah, itu lah pesan yang Ara terima pada jam istirahat tadi. Jin sedang ada urusan.

Baik, urusan.

Nyatanya Jin kini sudah di depan gerbang dengan mobil hitamnya yang tampak habis di cuci.

Ara segera menghampiri Jin. "Kata lo Tae yang jemput gue."

"Emang."

"Lah terus?"

"Gue jemput Tzuyu."

Ara melotot. Sejak kapan???

"Hah?"

"Ha ho ha ho. Udah sono jangan nutup." Usir Jin.

Kerutan di kening Ara masih belum pudar. "Lo sakit bang?" Tanyanya khawatir.

"Mana temen lo?"

Ara berkedip berkali-kali. Ia tidak salah dengar kan?

JIN NORMAL.

ASTAGA.

Jin suka cewek. Jin tidak homo.

Ara menatap Jin penuh haru. "Ya ampun abang gue normal."

"Apaan sih Ra? Buat malu."

"Tzuyu ada ekstra kulikuler. Agak sorean pulangnya."

Jin menghela. "Lama banget ya?"

"Emang lo gak nanya dulu ke dia?"

Jin menggeleng. "Gue kira kalian pulang barengan."

"Salah sendiri sih bego." Gumam Ara kecil.

Tidak lama, Ara mendapati mobil Tae yang berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Pacar gue jemput." Ara menoleh pada mobil di sebelahnya. "Dadah abang gue. Semangat pdkt nya, Tzuyu agak goblok jadi susah ngerti kode." Pesannya.

"Tapi anaknya baik kok." Sambungnya setelah itu beranjak pergi meninggalkan Jin.

***

"Itu tadi Jin kan?"

Ara mengangguk sebagai jawaban.

"Ngapain dia? Katanya gak bisa jemput lo."

Ara menghela. "Ya namanya juga abang kurang ajar yah, jemput adek gak bisa jemput gebetan kenceng."

"Maksud?"

"Dia lagi naksir cewek. Untung bukan cowok, gue kira dulu dia homo."

"Heh mulut." Tegur Tae. "Naksir siapa dia?"

"Temen gue." Ara diam sejenak. "Ini kapan jalan mobilnya?"

"Eh iya." Tae pun segera menghidupkan mesin mobil dan pergi dari sana.

Mobil terus melaju membelah jalanan ibu kota. Cuaca yang sedang bagus sangat sayang jika dilewatkan begitu saja.

"Nyesal gue bawa mobil." Celetuk Tae tiba-tiba.

Ara menoleh, "Kenapa memangnya? Gak macet juga."

"Lo jadi gak bisa meluk gue."

"Gue kira apaan." Ara memiringkan tubuhnya menghadap Tae. "Kalo naik motor, gue gak bisa liatin muka lo kayak gini."

Tae berdeham kecil. "Jangan liatin gue terus."

"Gue anaknya suka khilaf." Tae menambahkan. "Mana kacanya hitam."

brengsek -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang