15#

455 68 1
                                    


Sesekali Aga melirik.

"Kau harus membantuku."
"Tidak, bicara sendiri," bisik Darpa yang meninggalkan Aga.

 

Aga memegang kepala. "Bagaimana aku harus mengatakannya?" gumam Aga.

"Dia mulai gila sendiri," ucap Vineet yang melihat Aga dari kejauhan.

"Vineet," panggil Taki yang memberikan selembar kertas.
"Apa ini?"
"Tempat biasa kita bermain sedang diskon."
"Ayo kita pergi." Yuza datang dengan wajah yang kusut.

"Ada apa denganmu?"
"Abaikan saja aku, aku sedang ingin mencari tempat untuk mencurahkan kekusutan ku ini."

Vineet tertawa. "Yuza ... Yuza, baiklah besok saja."
"Hee? Kenapa?"
"Hari ini aku sedang sibuk di klub ku. Aku harus mempersiapkan diri untuk ikut turnamen."

Taki dan Yuza mengangguk. Aga menggigit bibir.

"Tentu saja dia tidak bisa," ucap Aga yang memilih untuk kembali ke bangkunya.

(....)

Seseorang yang tidak dikenalnya, mendadak mendekat. Aga hanya melirik sedikit lalu melanjutkan membaca buku yang sudah dia keluarkan."A-aga," panggilnya dengan nada bicara yang gemetar.

"Apa?"
"B-bisa bicara s-sebentar?"
"Ada apa?" Aga kembali bertanya tanpa melihat wajahnya.
"A-Ano ... aku tidak mungkin mengatakannya di sini."
"Cih, katakan saja di sini. Aku sedang sibuk."

"Salam kenal, nama ku Elena. Aku dari kelas sebelah. Jadi begini ... itu ...." ucap Elena dengan wajah yang mulai memerah.

Aga masih saja memandang sinis tanpa bicara.
"Ha salam kenal juga. Aku Aga. Selamat tinggal." Aga

"Tunggu." Elena menarik ujung baju Aga.

Seisi kelas melihat ke arah mereka.
"Lepaskan." Aga menepis tangan Elena.

Dia berbalik dan menatap tajam Elena. "Begini ya, aku sedang tidak mood untuk bicara dengan orang lain."
"Jika kau ingin mengatakan sesuatu ..." sambungnya. "..., katakan dengan jelas. Jangan buang-buang waktuku."

Elena mengangguk, dia perlahan menarik nafas. "BERPACARANLAH DENGAN KU!" Elena berteriak dengan wajah yang sudah memerah.

Heeeee?

Heeee?
Heeeee?

"HEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE?!" Seluruh orang yang mendengar teriakan Elena seolah mematung. Terutama Vineet- mulutnya menganga dengan lebar.

"Vineet?" Taki menepuk pundak Vineet.
"Cepat tutup mulutmu." Yuza menaikkan dagu Vineet. "Nyawa kau akan keluar jika menganga terlalu lebar."

Aga menyipitkan matanya, buru-buru dia tarik Elena dan meninggalkan kelas dengan langkah yang berat. "Ayo ikut aku." Aga menarik tangannya Elena dengan sedikit kencang.

"Vineet? Vineet?"
"Sadarlah Vineet,"  kata Taki yang terus menggoyangkan tubuh Vineet. Sedangkan Vineet masih mematung.


____________

Aga melepaskan tangan Elena hingga sedikit terdorong. "Apa maksudmu tadi?"

"A-ano, Aga. Sebenarnya aku ingin ... itu ... begini," ucap gadis itu yang terbata-bata.

"Apa maksudmu tadi?!"tanya Aga dengan suara meninggi.


"Hoh."
"Vineet, akhirnya kau sadar."
"Dimana Aga?"
"Keluar."
"Yosh." Vineet langsung pergi mencari Aga.

Vineet bertanya dengan semua murid yang ada di koridor, dari lantai 3 sampai ke lantai bawah. Vineet berdiri bersedekap. Berhenti sebentar lalu mencari lagi.

"Dia ke sana."
"Dengan perempuan?"
"Iya, Aga menarik tangannya," jelas siswa lain yang baru saja ia temui di koridor. Vineet menuju ke arah yang dimaksud.

"Berpacaranlah denganku." Kalimat itu terdengar lagi dari kejauhan. Kali ini Vineet menggigit bibirnya. "Berani sekali dia!!" gerutu Vineet.

"Lebih baik tidak ke sana." Darpa muncul dari balik dinding, ia menahan Vineet. "Aku sudah ada di sini daritadi. mencari kesempatan untuk masuk ke dalam pembicaraan mereka. Tapi kau lihat, tatapan Aga sedikit menyeramkan." Darpa menunjuk Aga yang masih diam.

"Apa yang sedang dia pikirkan?"


Gadis itu mencium pipi Aga, Aga yang terkejut langsung mendorong Elena. Dari sorot matanya- ia seperti melihat sesuatu yang- "Menjijikkan."

Elena terdiam. Matanya memerah. "M-maaf. Aku tidak bermak-"
"Kau sangat menjijikkan." Aga menggosok pipinya menggunakan saputangan yang ia simpan du saku celana.

"Aga?"
"Diam! Aga terus menggosok pipinya. "Apa-apaan kau ini?! Apa kau sudah gila? Apa kau kehilangan akal sehatmu? Tiba-tiba kau yang tidak ku kenal berdiri dan menembakku. Lalu kau menciumku."

"Aga, aku benar-benar minta maaf."
"Aku tidak ingin melihatmu lagi. Pergi kau dari sini."
"Tapi-"
"PERGI!" pekik Aga yang membuat Elena mundur, dia menutupi wajahnya. "A-Aku sangat memalukan." Elena berlari meninggalkan Aga. Aga menggeretakkan giginya dan menatap benci ke arah Elena.

"Oi .. Oi apa maksudnya ini?" tanya Darpa yang salah tingkah- Ia terperangah melihat kejadian tadi. Tiba-tiba Vineet melepaskan tangan Darpa dari pundaknya. Ia mendekati Aga secara perlahan.

Aga berbalik, ia terkejut- Vineet hanya berjarak tiga langkah darinya. "Vineet."

"Ha ... tentu saja akan seperti ini."
"Tunggu, aku tidak tahu siapa dia."
"Seharusnya aku sadar, tidak mungkin seorang laki-laki berpacaran dengan laki-laki."
"Vineet, apa kau-?" Aga menundukkan kepalanya, Darpa juga ikut muncul dari balik dinding. "Tentu saja kalian melihat semuanya bukan?"

"Darpa lebih dulu berada di sini. Aku baru datang." Suara Vineet mulai bergetar. "Menurutku sangat wajar kau menolakku tanpa memikirkannya."
Vineet  memaksakan untuk tersenyum. "Aku kalah." Vineet berbalik dan berencana meninggalkan Aga.

"Kau membiarkan dia menciummu?!" tanya Darpa yang salah satu tangannya menarik lengan tangan Vineet.

"Aku tidak tahu jika dia akan menciumku. Kenapa kalian tidak percaya? Aku sedikit pun tidak kenal dengan dia."

Darpa menghela nafas. Dia menepuk pundak Aga. "Jangan dipikirkan. Lebih baik kau katakan pada Vineet apa yang harus katakan."

"Heh? Ha itu."
Darpa sedikit mendorong Aga hingga mendekat ke Vineet.

"A-aku ingin mengajakmu m-makan malam di rumah ku." Aga terbata mengatakannya, ia memainkan jarinya yang ia sembunyikan dibalik tubuhnya.

"Kapan?"

"Besok ... malam."

"Hm. Baiklah." Vineet menjawab tanpa ekspresi dan meninggalkan mereka. Ia lebih memilih untuk berlalu daripada tetap ada di sini.

------

"Mudah sekali dia menjawabnya." Aga sedikit bingung setelah mendengar Vineet menerima ajakannya.

"Kau ini." Aga langsung melihat ke arah Darpa yang terlihat santai.
"Ada apa denganku?"

Aga menyipitkan matanya
"Darpa, kau yang menyuruh gadis tadi kan?"

"Hah? Aku tidak tahu dengan apa yang kau bicarakan."


Darpa menyipitkan matanya, ia mengambil ponsel dan mencari kontak Adena. "Apa yang sedang kau rencanakan, Adena?"

Hold My Hand - Αγαπώ τον άνθρωπο μουTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang