21# Vineet's POV - Pengakuan

289 59 1
                                    

Jika kau bertanya tentang alasan aku jatuh cinta pada dia.

Alasan terbesar adalah karena cinta pandangan pertama.

Aku membuka mataku, menatap kosong langit kamar. "Bernafas saja sulit."


"Aku pergi," teriakku dari depan rumah.
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk tiba di stasiun, aku menyalakan musik.


Apa aku melakukan kesalahan?
Apa menyatakan perasaan adalah hal yang salah?
Apakah jatuh cinta sesakit ini?

Pertanyaan itu pun muncul jika mengingat kejadian kemarin. Jika kalian menganggap aku rapuh, ya benar. Aku rapuh jika seperti ini.

Jujur saja, ini kali pertama aku jatuh cinta.
Jika orang bilang itu bohong, aku akan menegaskannya sekali lagi.


INI KALI PERTAMA AKU JATUH CINTA.


Berawal sejak musim semi tahun lalu- biar ku kenang dulu.
Saat itu aku baru saja mengambil formulir pendaftaran klub sepak bola.
Aku kegirangan sendiri, karena akhirnya aku bisa meneruskan Bakatku di sepak bola.


[Lalu bagaimana aku bisa suka dengan Aga?]


Aku ingat saat di hari yang sama, Taki bicara tentang orang di kelasnya yang sangat lemah di pelajaran olahraga. Aku melirik ke arah orang yang dia bicarakan.

Duduk menyudut, dengan buku di tangannya.
Tidak peduli berisiknya kantin sekolah, dia tetap makan bekal siangnya sambil membaca.
Saat itu, aku kira dia salah seorang siswi yang berpakaian laki-laki.
Bukan melecehkan, tapi dia sangat menawan.

"Namanya Aga, Agapito Wanandra."

Taki memberitahu nama siswa itu.


Jujur saja, sejak saat Taki mengatakan bahwa dia sangat jelek di pelajaran olahraga- aku jadi sering mengambil jam bolos saat mereka di lapangan.
Dari ujung gedung teknologi, aku mengintip sedikit.

Sesekali aku terkekeh jika melihat Aga berhenti memegang lutut dan beberapa siswa sibuk menyemangatinya.
Aku sempat berpikir untuk dekat dengannya- tapi bukankah itu aneh.

Jika tiba-tiba aku mengajaknya bicara dan langsung menyatakan perasaanku?

Aku memang baru pertama kali jatuh cinta, tapi bukan berarti aku tidak menyukai wanita. Hanya saja dari dulu pun aku jarang untuk mendekatkan diri pada siswi di kelas. Meskipun dekat, itupun hubungan kami hanya sebagai "orang yang bertemu di kelas."

Aku mengernyitkan dahi ketika melihatnya di rangkul oleh siswa lain.
"Siapa?" tanyaku dalam hati.

Sial, sejengkal pun kami tidak dekat.
Aku sering melihatnya menyendiri duduk di perpustakaan. Sesekali aku mencoba untuk mencuri pandangnya dengan merapikan rak buku di dekat dia duduk.

"Dia tidak bergeming."
Sepertinya dia sudah masuk dalam level expert dalam baca buku.

Selama itu, aku mulai diam-diam meperhatikannya. Tapi ingat, aku bukan stalker. Aku hanya memperhatikannya jika di sekolah.

Hingga akhirnya, hari pertama festival sekolah.
Aku mendadak beku, seorang siswi menyatakan cintanya pada Aga. Terhitung yang ini- sudah 7 siswi yang menyatakan cinta padanya.

"Sial, seandainya aku wanita."

Jika aku wanita pun dia juga tak mungkin menerima ku.

Biarlah aku menyukainya dalam diam, itu lebih baik.
Meskipun aku harus menghela nafas setiap kali menyadari bahwa jarak kami tidak mendekat satu centi pun.


"Ah Hujan."

SIal, aku lupa jika payung lipatku tidak ku bawa. Terlalu deras untuk aku lewati, dan akhirnya aku memilih untuk berdiam di perpustakaan. Bukan berarti aku suka baca buku. Tapi di sini sangat tenang, aku tak perlu repot-repot melirik sana-sini sebagai pertanda aku terganggu.


Hujan yang indah.

Aku melihat orang ingin sekali ku lihat.


Aga di sampingku, dengan buku menutupi wajahnya.

"Dia tidur?"
Aku mencoba untuk melihatnya dari dekat. "Dia terlalu manis."

Aku mengambil sweater sekolahku dan menyelimutinya, tubuhnya sedikit gemetar. "Apa harus ku bilang untuk kecilkan pendingin ruangan?"

Ku urungkan saja, akhirnya aku hanya menunggu sambil membaca sebuah buku puisi sajak yang sedikit usang.

Hujan di musim panas.
Rindu terpendam di sudut hati
.


"Are ... Aku ketiduran."


AAAAAAAAA!!! Sial, dia sangat manis dengan wajah seperti itu.
Aga terkejut dan langsung meninggalkan perpustakaan tanpa memberikanku kesempatan untuk bicara.

"Sweater." Aku hanya menghela nafas. "Biar saja."

Meskipun hujan masih sedikit deras. Aku memutuskan untuk pulang dalam keadaan bahagia.
Andai saja jika kami selangkah lebih dekat, maka aku akan bahagia tiap harinya.


[Apa lagi yang membuatku semakin jatuh cinta padanya?]


Setelah beberapa minggu, kami mulai masuk ke kelas musim gugur. Beberapa siswa di sibukkan dengan ujian kelas.
Tiba-tiba Aga datang ke kelasku.

"Vineeeeet. Ada yang mencarimu."

Saat itu aku sedang bermain kartu Uno dengan yang lainnya. "Ah kau-"
Aku saat itu langsung memalingkan wajah dan membersihkan coretan yang ada di wajahku. Aku menarik nafas dalam dan berjalan menuju Aga.

"Aku mau kembalikan ini."

Ha ... Suara ini menggetarkan hatiku.

"Baiklah, aku menerimanya."
"Kau pasti kedinginan saat hujan waktu itu. Aku minta maaf."
"Ah tidak perlu minta maaf. Waktu itu aku melihatmu seperti kedinginan. Jadi aku secara spontan menyelimutimu. Maaf jika tidak sopan."
"Tidak apa-apa. Baiklah terima kasih sekali lagi."

Percakapan pertama kali, dalam beberapa bulan jatuh cinta sendirian.
Aku bersyukur jika kali ini aku bisa semakin dekat dengannya karena satu kelas. Meskipun aku akan ditolak berpuluh kali, aku akan tetap berusaha- aku sempat berpikir seperti itu.

Tapi karena kejadian kemarin membuatku semakin yakin.
Bahwa aku akan kembali mencintainya dalam diam.

Dan di sinilah aku.


Meringkuk sendirian sambil menangisi sebuah keputusan yang ku buat dengan terpaksa.

Tidak mengapa, aku baik-baik saja.
Aku harus melakukannya jika itu membuat orang yang aku cintai bahagia.

Hold My Hand - Αγαπώ τον άνθρωπο μουTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang