20#

327 63 0
                                    

Aga berdiri dengan tatapan kesal. Dia sama sekali tidak bicara sejak kejadian malam itu. Sedangkan Adena, tidak perlu ditanya- Dia tetap bertingkah seperti biasanya.
"Kau ingin membawa bekal apa?"

Tidak ada jawaban.

Darpa sedikit berjalan cepat, "aku terlambat." Dia mengambil beberapa potong roti lalu menyelipkannya ke mulut Aga. "Jangan sampai kau kurus karena memikirkan hal semalam."

Aga memakan sedikit roti yang diberikan Darpa, "aku pergi."
"Heh? Bekalmu bagaimana?"
"Tidak perlu memperdulikan aku. Kau urus saja urusanmu sendiri." Aga membanting pintu depan dan segera berlari meninggalkan rumah. Adena hanya diam terduduk- ditutupinya wajahnya yang akn mulai menangis.

"Nah, Adena."
"Hm?"
"Mau minta maaf?"

Adena terkejut, Darpa sudah berdiri di depannya. dia membelai lembut rambut Adena yang kecoklatan. "Semuanya mungkin masih bisa diperbaiki. Jika pun tidak, kau harus mengulang semuanya dari awal."

Adena mengangguk kecil, dia menghapus air matanya yang sudah keluar sedikit.

______
(Di kelas)
________

"Waktunya habis. Silahkan yang paling belakang mengumpulkan kertas jawabannya." kata Pak Deka yang sudah merapikan buku bawaannya.

Ah letih sekali ...

Apa yang kau pelajari masuk semua?

"Bagaimana setelah ini kita karaoke?"

[Bisik ... bisik]


"Sebentar lagi, kah?"
Aga hanya diam melihat kalender kelas yang tertempel di papan belakang, dia melirik ke arah bangku Vineet.

"Kau baik-baik saja?" tanya Yuza yang memberikannya beberapa lembar tugas.

"Hm, iya. Aku baik-baik saja."

"Vineet, bisa kau bantu bawakan ini?" panggil Pak Deka, dia menunjuk ke arah tumpukan buku yang ada di sudut meja.

"Baiklah." Vineet bergegas, "mau dibawa kemana?"

"Perpustakaan saja."

Vineet mengangguk,lalu mempersilahkan Pak Deka untuk berjalan terlebih dahulu.

Aga memperhatikan Vineet.
Sedari awal, Vineet sudah terlihat berbeda- bukanlah Vineet yang selama ini selalu saja menyatakan cinta padanya ataupun Vineet yang bersikap baik setiap kali ingin mengajaknya bicara.

"Yuza, bukankah hari ini Vineet sedikit aneh?"
"Ha kau benar, setelah dia selesai bicara dengan Darpa-"

"Darpa?" Aga sedikit menaikkan nada bicaranya, "Mereka bertemu?"
"Iya, semalam kami bermain di batting centre dan Darpa tiba-tiba muncul di sana."

Aga tampak berpikir, dia meninggalkan kelas tanpa bicara sepatah kata pun.

"Bukankah Aga juga aneh hari ini?"
"Kau ini Taki, semua orang kau bilang aneh." Yuza menjentikk telinga Taki.

Beberapa belas menit kemudian Vineet kembali.

"Osuu."
"Hm."
"Pemurung sekali kau hari ini."
"Aku sedang sakit gigi."
"Pembohong ... kau pembohong."

Yuza menarik tangan Taki. "Dia sama sekali tidak menoleh," kata Yuza yang sedikit berjarak dari Vineet.

"Ada apa dengan mereka?"
"Apa ini ada hubungannya dengan musim gugur?"
"Yuza, terkadang aku tidak mengerti dengan ucapanmu."
Yuza sedikit mengangguk, "aku memang sulit dimengerti."

___________

"Aku ingin bicara denganmu." Aga sudah berdiri di hadapan Vineet.
"Aku sedang sibuk."
"Vineet, aku mohon." Aga membungkukkan tubuhnya. Vineet berdecih- lalu mengikuti Aga. Dia membawanya ke atap sekolah.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Kau bersikap aneh hari ini. Apa yang terjadi saat kau ... bersama Darpa?"

Vineet mengernyitkan dahinya, "dia cerita?"
"Taki dan Yuza yang bilang tadi."
"Mereka berdua."

Aga berusaha untuk berjalan mendekati Vineet, "Vineet, apa y-"
"Cukup Aga, jangan mendekat." Vineet berbalik, "tidak perlu kau paksakan lagi untuk dekat dengan ku."

Untuk pertama kalinya, Aga melihat sebuah senyum yang tak ingin dilihatnya ... Senyum menahan rasa sakit yang dikeluarkan Vineet.

"Kau tidak perlu peduli dengan apa yang sudah terjadi.  Tidak terjadi apa-apa diantara kami. Dan juga, kami berdua tidak membicarakan hal yang penting."
"Kau bohong."
"Hari ini aku sudah dibilang dua kali bilang pembohong. Tidak masalah kau ingin percaya atau tidak."

Aga menggigit bibirnya, "Bukan ini yang ingin aku dengar. Bukan ini yang ingin aku dengar Vineet."
"Lalu apa yang ingin kau dengar?"
"Kembalilah seperti biasanya."

"Kau tidak mengerti, Aga."

"Bagaimana aku bisa mengerti jika semuanya saja terjadi begitu cepat?!"
"Maaf."
"Vineet!!"

Vineet menghela nafasnya dengan berat. "Terima kasih, Aga. Kau memberikan beberapa kenangan indah, aku senang mengejarmu sendirian."

"Jangan membuatmu semakin merasa bersalah."

"Kau ingat saat kita bicara di sini berdua? Kau mengatakan dengan mudah akan melupakan semuanya?"

"Kau berpikir aku-"

"Waktu itu aku sempat berpikir bahwa aku egois. Memaksakan perasaan ku yang sebenarnya tidak akan pernah kau terima."

Vineet tersenyum, lalu berbalik. "Walaupun seperti itu, aku tetap bersyukur. Aku bersyukur bahwa orang egois sepertiku  tidak bersatu denganmu."

"Vineet, kau menangis."

Vineet perlahan menjauhi Aga, ia tetap mempertahankan senyumnya. "Sebelumnya aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Tapi semenjak Taki membahas tentang dirimu, aku baru sadar bahwa aku sudah mulai menyukaimu."

"Saat Adena menyuruhku menjauhimu, aku sadar beberapa hal. Aku sadar bahwa selama ini aku memaksamu untuk menerima hati ku ... dan sadar jika selama ini, hanya aku yang merasakannya sendirian."


Vineet menutupi wajahnya, "Maaf Aga, aku putuskan untuk tidak mengejarmu lagi."




Hold My Hand - Αγαπώ τον άνθρωπο μουTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang