14#

516 69 4
                                    

"Apa kalian lupa jalan pulang?" Adena bersedekap dan mulai mengintrogasi mereka. "Halo!!"

"M-maaf," ucap Aga yang sedikit terbata.

Adena pun menyipitkan matanya.

"Jangan marah, aku bisa jelaskan," kata Darpa yang mendekati Adena.

"Jadi?"
"Jadi ... kami ..."

"Iya?"
"Mampir ke perpustakaan."

"Lalu?"
"Ha ... lupa pulang." Darpa menundukkan kepalanya.

Adena mendekatkan wajahnya, ditariknya kerah baju Darpa. "Darpa?!"

"He I-iya."
"AGA BELUM SEMBUH TOTAAAALLLLLLLLLL.," teriak Adena yang terlihat sangat marah.

"S-sudah Adena, aku yang- "

"Apa?!"

"T-tidak."



Adena menghela nafas. "Sebagai hukumannya kalian yang masak makan malam sampai ibumu pulang." Adena meninggalkan mereka di depan pintu.

"Kau belum makan?"
"Bagaimana mungkin bisa aku makan jika kalian belum pulang. Aku akan menunggu di atas."

Adena sedikit menggerutu kecil.

"Dia tidak berubah." Aga tersenyum.

"Iya, tidak ada yang berubah darinya. Ayo kita masak yang enak untuk nyonya besar kita.," ajak Darpa yang langsung merangkul Aga dan bersiap untuk masak.


------

"Terima kasih atas makanannya."
Adena memegang perutnya. "Uahhh... tidak sia-sia aku punya dua sahabat seperti kalian."

"Kau mulai memuji. Aku tersanjung."

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Vineet?" tanya Adena yang membuat Aga menyemburkan minumannya.

Adena menyeringai, sepertinya ia sudah menebak ekspresi Aga dengan pertanyaannya.

"A-apa yang k-kau katakan?!" tanya Aga gugup.

"Apa kau tidak mendengarnya? HU-BU-NGAN-MU DE-NGAN VI-NEET."

Darpa menghela nafas. "Adena, kau membuat dia malu."


Aga menutup wajahnya dengan bantal. "A-Aku tadi menolaknya."

"Heee?" Adena menelengkan kepalanya. "Kenapa kau tolak?"

Pertanyaan Adena membuat Darpa berhenti beberapa detik.

"Apa kau ingin mencoba berpacaran dengan kami berdua?" tanya Adena dengan sedikit menggoda.

"Heh?"

Adena memegang pundak Aga. "Jadi bagaimana?"

Aga menyipitkan matanya. "Berhentilah menggodaku."

"Haha ... Baguslah jika kau tidak tergoda," tawa Adena membuat Aga semakin melipat wajahnya.

"Ajak dia untuk makan malam di sini."

Aga terkejut. "Heh? Apa maksudmu?"

"Kau tidak dengar? Baiklah Darpa, ajak laki-laki tampan itu makan malam di sini."

Darpa tampak berpikir. "Aku tidak akan mengajaknya."

"Ada apa denganmu, Darpa?" Adena mengangkat alisnya.

Darpa hanya diam lalu meletakkan cangkir teh nya dan pergi, Adena hanya diam- Dia ingin tahu apa yang membuat Darpa berkata seperti itu.

"Apa kau menyukainya?"

"Kau mulai meng-"
"Tidak, aku serius," kata Adena yang menatap Aga dengan tajam.

"Aku tidak tahu. Itulah jawabanku."


"Heee." Adena tidak menambahkan satu kata pun.


Aga sudah tertidur, sedangkan Darpa masih memainkan ponselnya di lantai bawah.

SRETTT
Adena menggeser bangku meja makan dan duduk meringkuk. "Apa maksudmu tadi, Darpa?"

"Yang mana?"
"Menolak permintaanku?"


Darpa menghela nafas, diletakkannya ponsel itu dan berbalik melihat Adena. "Adena, apa yang sebenarnya kau inginkan dari Aga?"

Adena menopang dagu lalu menyeringai. "Aku hanya ingin Aga bahagia."

"Dengan cara seperti itu?"

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku tidak ingin Aga salah dalam menilai seseorang."

Darpa mengangkat dagunya, dia tersenyum sinis dan berjalan mendekati Adena. "Aga tidak akan salah dalam menilai orang, justru kau yang membuatnya berpikir bahwa Vineet adalah orang yang salah."

"Aku tidak pernah memaksa Aga untuk menolak Vineet."
"Tidak pernah? Lalu bagaimana dengan ucapanmu yang mengatakan bahwa kami tidak menyukai Vineet?"
"Kau ada di sana juga?"

Darpa semakin menatap tajam Adena, diujung lidahnya sudah terbentuk sebuah kalimat kasar yang ingin ia tujukan kepada Adena. "Tentu aku di sana. Aku yang membawa dia kemari saat itu."
"Jaa, itu artinya kau juga sependapat denganku bukan? Vineet itu tidak baik untuk Aga."

"Kau salah, Adena. Justru aku rasa Vineet orang yang tepat untuknya."

Adena langsung berdiri, tatapan matanya mendadak berubah. "Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku salah? Apa kau tahu t-"

"Tentu aku tahu." Darpa tiba-tiba memotong ucapan Adena.

"Tentu aku tahu bahwa kau salah dalam menilai Vineet. Dia jauh lebih baik dan sabar daripada yang kau duga. Aku sudah satu sekolah dengannya dari kelas 1. Tentu aku sedikit tahu banyak tentangnya. Jika menurutmu apa yang dilakukan Vineet itu salah- Bukankah dia pasti mengorbankan banyak hal untuk mempertahankan apa yang menurutmu salah?"

Darpa mengacak rambutnya. "Adena, aku mohon ... berhentilah untuk membuat Aga tidak menyukai Vineet."

Adena terdiam, kali ini dia tidak menemukan sanggahan atas penjelasan Darpa.

"Aku tahu jika kau khawatir dengannya, kau khawatir jika Aga salah dalam hal jatuh cinta. Tapi sebagai sahabat, kita harus mendukung Aga."

Darpa membelai rambut Adena. "Aku akan mengajaknya besok untuk makan malam."

Perdebatan yang sedikit emosional itu ditutup dengan Adena yang merasa kalah.



Dan juga Aga, yang berdiri di balik dinding.



Hold My Hand - Αγαπώ τον άνθρωπο μουTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang