12#

523 73 1
                                    

"Aku menerima tantanganmu kemarin. Tapi kita ubah hadiahnya," ucap Darpa membelakangi, ia bersedekap dan berlalu pergi.

Vineet menggigit bibir. "Apa dia sedang mengejekku?"

Ia menyusul Darpa yang sudah meninggalkannya jauh.
Ia mencari ke setiap sudut sekolah dengan rasa kesal yang semakin menumpuk. 


Tepat, dia berada beberapa meter dari Vineet.

"Ayo ikut aku!" seru Vineet yang langsung menarik tangan Darpa tanpa melihat sekelilingnya.

Semua orang terdiam.


"Apa yang kau lakukan?" tanya Darpa yang mencoba untuk menahan Vineet.

"Berhentilah bicara dan ikut aku!" teriak Vineet yang membuat Darpa berdecih.

Darpa melepaskan secara paksa genggaman Vineet. "Kau tidak punya hak untuk menarikku!"
"Bukankah kau menerima tantanganku? Ayo kita lakukan di sini!"

"Bukan sekarang maksudku, tapi na-"
"Kapan?! Kau tahu bagaimana perasaan ku dengannya, tapi kau tidak membiarkanku selangkah pun dekat dengannya."

Darpa kesal, dia menarik kerah Vineet. "Jika aku bilang nanti, itu artinya nanti."

"Bertengkar?"

"Aku tidak menyangka Vineet sekasar itu."

"Kenapa orang itu melawan Vineet?"


Semua orang di sekitar mereka berbisik,

"Berisik!" bentak Darpa yang menatap sekeliling dan pergi meninggalkan Vineet.

Aga yang melihat dari jauh hanya bisa diam, ia merasa bersalah pada keduanya.
Bahkan ia belum bicara dengan Darpa ataupun Vineet.

___________

"Yo." Darpa melambaikan tangan pada Vineet, Vineet berlalu.
"Untuk apa kau muncul di hadapanku?"

"Kau tadi bertanya kapan kita akan bertanding, bukan?"
Vineet berhenti. "Ha ... sebenarnya aku menolak permintaanmu."

"Lalu kenapa kau bilang kau menerimanya?"
"Karena kau menyebalkan."

Vineet mengalihkan pandangannya. "Jika kau tidak memperbolehkanku dekat dengannya. Aku akan meninggalkannya."

Darpa mengejar Vineet. "Ayo ikut aku."

_____________

(Di Rumah)


"Aku pulang."
Aga merebahkan badannya di kursi. Ia melepaskan dengan malas sepatu sekolahnya dan terduduk lesu- ia memandang langit rumah dengan tatapan kosong.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Tidak ada."

"Benarkah?"
"Iya."


"Adena?" panggil Aga pelan.
"Apa?"

Adena menghela nafas dan membuat teh.
"Bagaimana perasaanmu dengan Darpa?" tanya Aga yang menutupi wajahnya dengan bantal.

Adena tersenyum. Ia meletakkan 2 cangkir teh diatas meja.
"Minumlah, maka kau akan tenang." Adena mencium kening Aga.

"Kau curang ... kau dan Darpa sama curangnya!" ucap Aga dengan nada suara sedikit tinggi.

"Apa yang curang?"
"Kau menciumku secara tiba-tiba."

Adena mengangkat alisnya. "Ho oh, apa jangan-jangan Darpa juga menciummu secara tiba-tiba?"
Aga kembali diam.

Adena merangkul Aga. "Ah ... sudah lama aku tidak duduk disampingmu. Sudah berapa lama? Satu tahun? Dua tahun ... haha itu sungguh lam ..."

Adena diam.
Bibirnya telah dikunci oleh Aga.

"Hangat sekali."

Adena menutup matanya dan perlahan melepaskan ciuman itu.

"Kau terlihat sangat bingung."

Aga diam.
Air matanya mengalir.
"Yosh ... Yosh ... jangan menangis lagi."

Aga menyeka air matanya.

"Siapa yang akan kau pilih, Darpa atau orang itu."

"Orang itu? Siapa yang kau maksud?" jawab Aga dengan suara sesengukan.

Adena memeluk Aga. "Darpa juga akan pindah setelah ujian nanti."

"Jadi, bagaimana pendapatmu tentang orang itu?"
"Siapa?"
"Vineet."

Adena melirik ke arah cermin di dinding. "Kami tidak menyukainya."

Lirikkan sinis itu sampai pada Vineet, Aga tampak berpikir.
"Aku tidak merasakan apapun darinya."
Vineet pucat pasi. Dia melangkah mundur.

Darpa hanya diam tak bergeming, diliriknya Adena yang masih saja memperhatikan Vineet dari pantulan cermin.

Vineet berbalik dan meninggalkan rumah Aga tanpa mengatakan apapun.

Sedangkan Adena- dia hanya diam melihat Darpa berdiri menatap sinis dirinya dari pantulan cermin.

.
"SIALL!!" Vineet berlari dengan sangat kencang.

Hatinya hancur.

Hold My Hand - Αγαπώ τον άνθρωπο μουTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang