Tiga

5.7K 642 54
                                    

Dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Semenjak kematian istrinya dua puluh tahun lalu. Guntur hidup sendirian di sebuah rumah yang terletak di pinggiran hutan. Hidup sendirian dilalui dengan tidak mudah, rasa sepi kadang menggerogoti seakan membuatnya mati.

“Dia pasti sudah tumbuh dewasa sekarang,” ucapnya dengan mata menerawang.

Pikirannya tertuju pada gadis pengganti yang seharusnya sudah berada di sini sejak tiga tahun lalu untuk menemaninya. Namun sampai sekarang Guntur tak kunjung menjemput gadis itu, alasannya hanya satu Ayah gadis itu sudah membunuh istrinya. Meski balasan setimpal sudah diterima, gadis itu terkutuk sepanjang hidupnya.

Hanya Guntur sendirilah yang bisa melepaskan kutukan itu. Lamunan Guntur pecah saat mendengar suara benda jatuh dari ruang tengah. Guntur berdecak, ia melangkah dengan malas menuju ruang tengah untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

“Ayah.... Kenapa tidak memberitahuku jika ingin kemari?” Guntur nampak menghormati pria tua berjanggut putih yang ia panggil Ayah itu.

“Anggap saja ini kejutan,” ucap Hari yang tak lain ayah angkatnya Guntur.

“Sampai kapan kamu terus sendirian seperti ini? Anak pria itu dia pasti sudah dewasa. Kamu sudah bisa membawanya kesini untuk kamu jadikan sebagai istri.” Guntur tersenyum miris, sanggupkah ia memperlakukan gadis itu dengan baik sedang ayah gadis itu sudah membunuh belahan jiwanya.

Seolah dapat membaca apa yang dipikirkan Guntur. Hari menepuk pundak Guntur seakan dirinya ingin menenangkan perasaan Guntur yang kini bergejolak.

“Gadis itu terkutuk. Fisiknya keseluruhan merupakan gambaran dari Mauren.” Mata Guntur membulat mendengar fakta yang baru ia ketahui.

“Mauren memang sudah mati. Sebenci apa pun kamu dengan manusia yang sudah menghabisi nyawa istrimu. Itu tidak akan membuat Mauren istrimu hidup kembali, maka dari itu ambillah anak pria itu. Dengan begitu kamu akan merasa Mauren tetap hidup menemanimu dalam bentuk manusia bernama Arumi....”

*****

Arumi menunggu kedatangan Ibunya, kemarin Ibunya tidak datang untuk mengantarkan makanan untuknya. Jadinya hari ini Arumi sangat berharap Ibunya akan datang, perutnya sudah sangat lapar.

Apa yang ditunggu Arumi akhirnya tiba. Ibunya datang dengan membawa banyak makanan untuknya. Arumi menyambutnya dengan sangat antusias.

"Ibu kenapa kemarin tidak datang? Aku lapar Bu." Rengek Arumi. Seruni hanya tersenyum miris kemarin ia tidak mengantarkan makanan untuk Arumi karena dilarang suaminya penyebabnya Arya marah karena ia terus-terusan membujuk pria itu untuk mengeluarkan Arumi dari tempat pengasingannya.

"Maafkan Ibu sayang, sekarang kamu makan yang banyak," ucapnya. Arumi mengangguk.

Seruni memperhatikan anaknya. Arumi sebenarnya memiliki fisik yang sangat berbeda darinya. Arumi memiliki rambut berwarna merah bata, kulitnya seputih susu dan mata yang berwarna biru. Padahal ia dan suaminya tidak seperti itu. Arumi seperti seorang gadis yang berasal dari negeri dongeng.

Seruni teringat pesan suaminya kalau ia tidak boleh berlama-lama di kamar Arumi karena suaminya tadi minta dipijitkan.

"Arumi Ibu pergi sebentar, nanti Ibu akan kesini lagi." Arumi hanya mengangguk. Seruni akhirnya pergi meninggalkan kamar anaknya. Tanpa Seruni sadari ia sudah berbuat kesalahan fatal, ia lupa mengunci kembali kamar Arumi.

Arumi hanya mampu menatap kepergian Ibunya dengan sedih, tanpa bisa menahan Ibunya lebih lama untuk menemaninya. Ia lalu melangkah menuju pintu, biasanya Arumi akan memutar ganggang pintu meski ia tahu kalau pintunya pasti sudah dikunci Seruni dari luar.

Arumi melakukan kebiasaannya, namun kali berbeda. Pintu kamarnya terbuka, matanya berbinar-binar. Arumi begitu kagum melihat pemandangan di luar pondoknya.

Arumi melangkahkan kakinya, ia ingin sekali merasakan kakinya menginjak tanah. Betapa indahnya dunia luar, Arumi tersenyum lebar ia merentangkan kedua tangannya merasakan semelir angin  yang berembus seolah membelai kulitnya dengan lembut.






Cinta Dua Dunia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang