Dua

5.5K 630 40
                                    

"Kamu sudah membunuh istriku, sebagai gantinya anakmu yang akan menanggung akibatnya."

Arya terbangun dengan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Meski sudah dua puluh tahun berlalu, mimpi itu masih tetap menghantui dirinya ketika tidur. Arya menghela napas kasar, ia teringat dengan anaknya Arumi yang kini sengaja ia asingkan agar tidak menjadi aib. Gadis malang itu menghuni pondok kecil yang ada di belakang rumahnya. Pondok itu selalu terkunci rapat, menghindari kemungkinan Arumi akan mengacau.

Arumi dari kecil tidak pernah merasakan kebahagiaan, ia diasingkan oleh orang tuanya sendiri. Tidak ada yang mengetahui keberadaan Arumi selain Arya dan Seruni, kerabat mengira anak pertama yang dilahirkan Seruni dulu mati ketika dilahirkan.

Orang-orang hanya tahu, kalau keluarga Arya hanya memiliki satu orang putri yaitu Kejora, putri kedua yang dilahirkan Seruni. Arumi tidak tahu seperti apa itu dunia luar, dari kecil hidupnya terkurung.

Ia hanya mengenal sinar matahari melewati celah kecil yang masuk melewati ventilasi pondok kecil ini. Arumi hanya tahu dunia luar melewati buku-buku dongeng yang ia baca sewaktu kecil. Arumi selalu bermimpi kelak akan ada pangeran berkuda putih yang datang menolongnya.

Ibunya setiap sore akan datang mengantarkan makanan untuknya. Ibunya juga lah yang mengajari ia membaca. Untuk Ayah dan adiknya Arumi tidak mengetahui rupa mereka, ia hanya kenal mereka dari cerita Ibunya.

Dari ia lahir sampai sekarang, satu-satunya orang yang Arumi kenal hanya Ibunya. Kadang Arumi bertanya pada Ibunya mengapa ia tidak pernah diperbolehkan keluar dari kamar ini. Ibunya hanya diam membisu tanpa menjawab sepatah kata pun.

Malam sebentar lagi akan tiba, sebentar lagi akan terjadi perubahan pada kulit Arumi. Sekujur tubuhnya akan bersisik, dimana pada saat terjadinya perubahan itu, ia akan mengalami rasa sakit yang teramat sangat.

*****

"Ayah, aku kasihan dengan Arumi. Dari kecil ia terkurung di tempat itu," ucap Seruni, saat ini ia dan suaminya Arya sedang beristirahat di kamar mereka.

"Arumi itu anak siluman Bu, masih untung dia kita rawat. Kalau ada orang yang mengetahui keberadaan dia nama baik keluarga kita akan tercoreng. Arumi itu aib, seharusnya dia dari dulu kita buang saja," kata Arya.

Seruni tersayat hatinya, Ibu mana yang tidak terluka melihat putrinya diperlakukan dengan tidak adil. Namun ia tak kuasa membantah perkataan suaminya saat Arya membuat keputusan untuk mengasingkan Arumi di kamar itu.

"Arumi itu anak kita," lirih Seruni.

"Anak kita hanya Kejora Bu. Arumi itu siluman. Ibu tidak usah pikirkan Arumi, kita punya Kejora yang cantik, lihat dia. Kejora selalu bisa membuat kita bangga."

Selang dua tahun setelah Arumi lahir, lahirlah Kejora. Kejora gadis yang begitu cantik, ia selalu bisa membuat orang tuanya bangga. Kejora gadis yang cerdas dan berprestasi, sebab itu Arya begitu bangga memiliki Kejora sebagai putrinya.

*****

Tengah malam Seruni keluar dari kamarnya, ia ingin mengunjungi kamar Arumi. Dengan melangkah pelan, supaya tidak membangunkan orang rumah yang saat ini sudah tidur.

Kejora putrinya tidak mengetahui keberadaan sang Kakak. Seruni menghela napas panjang melihat Arumi kini tengah terlelap di atas tempat tidurnya, sekujur tubuh putri tertuanya itu kini dipenuhi sisik seperti ular.

Arya dulu mengakui perbuatannya pada Seruni kalau ia pernah membunuh seekor ular kobra, dan Seruni yakin kalau perbuatan Arya itulah yang membuat Arumi menjadi seperti ini.

Saat ini tepat perayaan ulang tahun Arumi yang kedua puluh, sebab itu Seruni kini membawakan kue dengan sebuah lilin yang sudah menyala. Ia membangunkan Arumi dengan lembut, seperti apa pun keadaan Arumi dia tetap anak kandungnya.

Arumi membuka matanya perlahan, ia melihat sang Ibu tengah tersenyum padanya. Wajah Arumi begitu cerah, ia pikir Ibunya akan melupakan hal ini. Dari dulu Seruni selalu rutin merayakan ulang tahunnya, dengan begini Seruni berharap ia bisa memberi sedikit kebahagiaan untuk putrinya yang tidak pernah mendapat keadilan.

"Selamat ulang tahun sayang," ucap Seruni.

"Ibu!" Pekik Arumi tertahan, ia tersenyum lebar. Ia memang selalu senang jika melihat Ibunya, satu-satunya orang yang ia kenal.

Seruni lalu meminta Arumi untuk meniup lilinnya, dengan antusias Arumi melakukan itu. Hal yang hanya dapat ia lakukan setahun sekali.

"Kamu sudah semakin dewasa," ujar Seruni, sambil mengusap kepala putri tertuanya itu.

"Ibu aku ingin keluar dari tempat ini Bu. Aku ingin melihat dunia luar." Pinta Arumi lirih, ia menatap sedih sekujur tubuhnya yang kini bersisik.

"Kamu berbeda Arumi. Kamu harus tetap berada di kamar ini," ucap Seruni sambil menahan air matanya.

"Kenapa Bu?" Tanya Arumi dengan mata berkaca-kaca. Seruni menutup mulutnya tanpa menjawab pertanyaan Arumi ia langsung pergi.

Seruni tak lupa mengunci pintu. Supaya Arumi tidak bisa keluar, dibalik pintu Seruni menangis terisak. Hatinya perih melihat keadaan putrinya.

Setelah kepergian Ibunya. Arumi hanya mampu meratapi kesedihannya seorang diri. Ia menatap kue ulang tahunnya barusan, batin Arumi merintih mengapa ia harus terlahir dengan keadaan yang seperti ini.






Cinta Dua Dunia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang