Delapan

5.8K 684 33
                                    

Arumi membuka matanya dengan diiringi cicitan burung-burung. Lokasi rumah Guntur yang berada di pinggiran hutan membuat hewan-hewan itu sering mampir ke mari terlebih di halaman rumah Guntur banyak terdapat biji-bijian yang biasanya menjadi santapan burung-burung itu.

Arumi menatap sekujur tubuhnya, sisik ular itu tidak ada lagi. Dan memang ini sudah pagi, tentu saja sisik itu akan hilang dengan sendirinya. Tapi, apakah Guntur tadi malam melihat kondisinya? Pertanyaan itu menggelayuti batin Arumi.

Arumi berusaha untuk tetap tenang, gadis itu memijakkan kakinya ke lantai yang dingin. Arumi melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar mandi, saat membuka pintu kamar mandi Arumi menjerit ketakutan. Gadis itu melihat sosok ular yang sangat besar, kakinya seketika lemas.

Jeritan Arumi, terdengar oleh telinga Guntur. Pria itu segera berlari menemui Arumi, ia terkejut melihat seekor ular jenis king kobra dengan kilatan mata berwarna kuning mendesis di depan Arumi. Guntur yang berasal dari bangsa siluman ular, sadar kalau ular itu bukanlah ancaman bahaya. Dia seseorang yang sangat Guntur kenali.

Guntur memilih menggendong Arumi, membawa gadis itu pergi meninggalkan ular kobra itu ketimbang mengusir si ular. Lewat batinnya Guntur berkomunikasi dengan makhluk sebangsanya agar merubah wujud menjadi manusia biasa.

“Kenapa ada ular di kamar mandimu? Aku takut sekali, bagaimana jika ular itu membunuhku!” mata Arumi melotot ngeri.

“Tenanglah dia tidak akan menyakitimu,” ujar Guntur, ia mengelus lengan Arumi yang nampak gemetaran.

Sosok yang tadi sudah membuat Arumi takut menampakkan dirinya dalam wujud manusia. Hari, ayah angkat Guntur. Pria berjanggut putih itu tersenyum penuh wibawa, ia menatap gadis manusia yang kini bersama Guntur. Penampakan gadis itu membuatnya sempat merasakan haru, Arumi keseluruhan mewarisi fisik Mauren siluman ular wanita yang dikenal baik hati.

“Ayah.” Guntur menyapa pria itu.

“Oh Guntur? Kelihatannya keadaanmu sekarang lebih baik. Kamu tidak terlihat kacau seperti terakhir kali kita bertemu,” canda Hari. Wajah Guntur berubah kecut.

“Ayah datang hanya ingin mengingatkanmu. Pada malam Selasa Kliwon nanti kamu harus segera melangsungkan pernikahan di telaga pancawarna dengan gadis ini. Kamu tentu tahu tata cara pernikahan bangsa kita bukan?”

“Tentu Ayah. Terima kasih sudah mengingatkan,” ujar Guntur, ia melirik Arumi yang beringsut, ketakutan melihat sosok Hari yang wajahnya dipenuhi jenggot warna putih.

“Dia Ayahku Arumi. Ayah baik, kamu tidak perlu takut padanya,” kata Guntur memberi penjelasan pada gadis polos itu. Hari lalu menatap Arumi, gadis yang sebentar lagi akan menjadi istri anak angkatnya.

“Benar apa yang dikatakan Guntur. Kamu tidak perlu takut padaku. Dan kamu juga bisa memanggil aku Ayah seperti Guntur,” ucap Hari, meski bicara dengan nada lembut dia tetap tidak kehilangan wibawa yang dimilikinya.

*****

Para dayang-dayang dari siluman ular datang ke kediaman Guntur untuk merias Arumi. Atas permintaan Hari dan Guntur mereka diharuskan untuk merubah wujud menjadi manusia. Arumi dirias dengan cantik, mengenakan kebaya berwarna hijau dan kain batik. Kepalanya dihiasi mahkota, Arumi terlihat seperti seorang ratu pada zaman dahulu.

Guntur sampai tidak dapat memberikan komentar apa pun, melihat kecantikan calon istrinya yang begitu terpancar malam ini. Ya, malam Selasa Kliwon, dimana dua insan yang berasal dari bangsa yang berbeda dipersatukan dalam pernikahan.

“Sangat cantik.” Guntur bergumam pelan, merasa riasan Arumi sudah sempurna ia mengamit lengan gadis itu. Mereka bersiap menuju telaga pancawarna, tempat akan dilangsungkannya pernikahan dimana disitu merupakan pusat kerjaan siluman ular.

Iring-iringan pengantin, berjalan masuk ke hutan di temani lentera layaknya segerombolan kunang-kunang di tengah malam. Iring-iringan itu nampak normal jika dilihat dengan mata manusia biasa, hanya yang membedakan pernikahan dilangsungkan pada tengah malam dimana manusia normal lebih memilih tidur di kasur empuk mereka ketimbang kelayapan di tengah hutan yang berbahaya.

Kisah siluman ular, sebagian orang di zaman sekarang hanya memandangnya sebagai legenda atau bahkan dongeng belaka. Mereka tak tahu kalau siluman yang menghuni hutan di dekat desa Tembaga benar-benar ada bahkan masih hidup sampai sekarang.

Rombongan pengantin siluman itu telah tiba di telaga pancawarna, mereka mulai mengadakan beberapa ritual yang nampak asing bagi Arumi. Gadis polos itu tak mau melepaskan genggaman tangannya pada Guntur. Mereka kemudian bersumpah untuk sehidup semati.

“Guntur, sekarang lakukan tugas terakhirmu dan kalian akan benar-benar sah menjadi suami istri,” ucap Hari. Guntur mengangguk, ia menatap pengantinnya tajam. Pria itu mendekatkan wajahnya ke leher Arumi, tanpa diketahui oleh gadis itu sepasang taring muncul dari mulut Guntur dan tanpa aba-aba taring yang tajam itu menancap di lehernya.

Arumi sempat memekik, dirinya yang hanya manusia biasa pingsan ketika Guntur menghisap darahnya. Mereka telah sah menjadi suami istri dan dengan begitu kutukan yang terjadi pada Arumi telah sepenuhnya hilang.

Tubuh Arumi terlihat membiru, Guntur membopong gadisnya itu untuk dibawa pulang ke kediamannya. Para siluman ular yang menjelma menjadi manusia kini telah berubah wujud menjadi sosok asli mereka. Dengan kekuatan yang tak dimiliki manusia biasanya, secepat kilat Guntur sudah berada di kediamannya.

Pria itu membaringkan tubuh pengantinnya di ranjang besar yang terbuat dari emas, kamar mereka telah dipenuhi bunga-bunga selayaknya kamar pengantin pada umumnya. Sudut bibir Guntur tertarik membentuk sebuah senyuman, Arumi telah resmi menjadi istrinya. Sekarang ia tinggal melakukan tugas terakhirnya, mengubah status Arumi yang semula seorang gadis menjadi wanita seutuhnya. Ya, Guntur akan melakukan malam pertama mereka meski sang istri tengah tak sadarkan diri.






Cinta Dua Dunia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang