Sepuluh

5.9K 656 72
                                    

Arumi mengambil sebuah keranjang yang terbuat dari anyaman rotan dan sebuah payung warna kuning dengan motif bunga-bunga yang bermekaran. Wanita itu melangkah dengan semangat keluar dari rumah. Arumi tersenyum mendapati Guntur sedang membuatkan rumah untuk sepasang kelinci peliharaan mereka yang baru dibeli dari penduduk desa kemarin.

“Aku mau mengambil bunga dipinggiran hutan,” kata Arumi.

“Ya, hati-hatilah. Jangan terlalu jauh nanti aku akan menyusul mu,” ucap Guntur. Arumi sekarang sudah tidak takut lagi ketika diajak bermain-main ke hutan, bahkan kini wanita itu sudah berani pergi ke hutan sendirian untuk mengambil bibit bunga yang biasanya akan Arumi tanam di halaman rumah Guntur.

Tanpa ada beban di hati, Arumi bersenandung dengan riang, ia sengaja membawa payung karena sekarang sedang gerimis. Saat ini Arumi sudah tahu area mana saja yang aman untuknya, yang pasti ia tidak boleh terlalu jauh masuk ke dalam hutan jika tidak ingin tersesat.

Rambut merah bata dan kulit yang berwarna putih pucat, membuat Arumi layaknya bidadari yang baru saja turun dari kahyangan. Mata birunya memancarkan sinar penuh rasa kagum terhadap keindahan alam yang mengelilinginya. Arumi bersemangat mengambil bibit bunga yang menurutnya sangat cantik. Guntur tentu tak akan keberatan jika halaman rumahnya dipenuhi oleh tanaman bunga.

Dua orang pemuda dari desa Tembaga yang sedang berburu rusa terkesima dengan apa yang ditangkap oleh indra penglihatan mereka. Sesosok wanita cantik layaknya bidadari tengah dengan santainya melangkah menyusuri jalan setapak di hutan tanpa terlihat memiliki rasa takut.

“Siapa dia?” tanya pemuda berkulit sawo matang pada temannya.

“Tidak tahu. Tapi dia cantik sekali. Apa mungkin dia hantu penunggu hutan ini yang sedang menyamar?” ucap pemuda satunya.

“Tidak mungkin dia hantu, lihat kakinya dengan lincah menapaki tanah.” Pemuda berkulit sawo matang itu menyanggah kesimpulan temannya.

Mereka dengan mengendap-endap, mengintip Arumi. Pikir keduanya berkenalan dengan wanita cantik itu atau membawanya langsung pulang ke rumah untuk dijadikan pendamping hidup.

Langkah kedua pemuda desa itu terhenti saat melihat sosok bertubuh tegap menghampiri wanita cantik yang sedang mereka intip. Mereka mengenalinya, sosok bertubuh tegap itu Guntur. Pria yang rumahnya terletak di pinggiran hutan sini.

Pria yang menjadi bahan obrolan gadis-gadis desa karena ketampanannya, dan mereka berharap bisa menjadi istri dari pria tampan itu. Guntur nampak sangat dekat dengan wanita cantik itu. Mereka berbicara lalu kemudian melangkah meninggalkan hutan.

“Ada hubungan apa Guntur dengan wanita cantik itu?” gumam pemuda itu.

“Entahlah, apa hubungan mereka. Tapi aku menyukai wanita cantik itu,” ucap pemuda berkulit sawo matang sambil mengusap dagunya. Bayangkan Arumi yang memiliki kulit putih sebening susu dan rambut merah bata yang bergelombang itu menari indah dalam kepalanya.

*****

Di kamarnya, Guntur sedang memeluk istrinya manusianya yang tertidur lelap usai percintaan panas mereka. Tangan kekar milik Guntur mengusap perut Arumi yang masih rata, ia berharap calon bayinya sedang tumbuh di sana.

Tak masalah besar untuk Guntur memiliki keturunan bersama manusia, tapi hal ini tentu akan bermasalah bagi Arumi yang seorang manusia. Tapi masa bodoh, Guntur sangat menginginkan seorang keturunan.

Seharusnya ia sudah memiliki anak dari dua puluh tahun lalu, jika saja istrinya Mauren tidak mati terbunuh oleh Ayah Arumi yang pada saat itu tengah berburu. Guntur memandangi wajah Arumi dengan intens. Entah karena Arumi memiliki gambaran persis dengan Mauren wanita yang teramat dicintainya. Yang pasti secara perlahan Guntur merasa kehadiran Arumi berarti untuknya.

Ia ingin wanita itu tinggal bersamanya, menemani sepinya selama ini. Meski Guntur tahu betul mereka berbeda. Ia telah hidup selama ratusan tahun dan tak pernah menua. Dirinya seorang siluman yang ditakdirkan memiliki usia yang lebih panjang. Sementara Arumi dia manusia biasa yang lemah. Suatu saat, pasti akan terjadi dimana kematian akan lebih dulu mengambil Arumi dari sisinya.


*****

Arya termenung di tempat duduknya, memikirkan apa yang sudah ia lakukan selama ini. Keputusannya menyingkirkan putri pertamanya tidak membuat sedikit pun terbersit rasa penyesalan. Masalah istrinya Seruni yang terus-terusan berkata akan meninggalkan nya sampai sekarang pun tidak terbukti.

Keluarga wanita itu banyak memiliki hutang jasa kepadanya dimasa lalu. Bagaimana mungkin Seruni mampu melangkahkan kaki untuk meninggalkannya. Sebenarnya Arya mencintai istrinya itu, hanya saja hatinya terkadang sedikit jengkel jika mengingat Seruni sudah melahirkan keturunan seperti Arumi. Gadis terkutuk itu.

Untung semua terbayar setelah putri keduanya lahir, Kejora putri kecil yang membuatnya jatuh hati sejak pertama kali melihatnya. Arya sangat menyayangi putri keduanya itu, apa pun akan ia berikan untuk kebahagiaan Kejora termasuk jika harus memberikan nyawanya sekali pun.

Arya memejamkan matanya sejenak, mencoba mengistirahatkan pikirannya yang sedang kalut akibat sering bertengkar dengan istrinya. Semilir angin merebus membelai kulitnya dengan halus, memunculkan rasa kantuk yang tertahankan. Arya hampir saja terlelap ke dunia mimpi yang indah. Namun entah mengapa kejadian dua puluh tahun silam dimana saat ia membunuh seekor ular jadi-jadian menyergap alam sadarnya.

“Keturunanmu terkutuk.....”






Cinta Dua Dunia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang