I. KECELAKAAN PERTAMA

2 0 0
                                    

Awal semester baru sudah tiba, banyak mahasiswa yang tidak sabar untuk bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu. Berbeda dengan seorang laki-laki ini. Ia sangat tidak antusias untuk masuk kuliah. Pada hari pertama, ia bangun kesiangan dan buru-buru menuju kampus. Dikarenakan tempat kos yang dekat dengan kampus, ia selalu naik kendaraan umum ke kampus. Sebenarnya bisa saja ia menggunakan kendaraan pribadi seperti motor, tapi Jakarta sering macet. Oleh karena itu, ia naik kendaraan umum.

"Apes banget hari ini, bangun kesiangan, mana busnya ga dateng-dateng lagi," ujarnya.

Setelah 15 menit menunggu, bus yang mengantarkan ia menuju kampus sampai saat ini juga belum datang. Memang saat itu, di halte hanya ada Ia dan kakak beradik yang ingin berangkat sekolah. Akhirnya, ia pun memustuskan untuk berjalan kaki saja ke kampus karena busnya belum datang juga. Kakak beradik yang ikut menunggu bus bersamanya juga berjalan kaki dan hendak menyebrang jalan. Akan tetapi, dari arah yang berlawanan sebuah motor yang berkecepatan penuh menuju kakak beradik tersebut dengan situasi sang adik berada di depan sang kakak dan mereka pun tertabrak. Tetapi, yang mengalami luka hanyalah sang adik. Saat terjadi kecelakaan, si pengendara motor langsung kabur dari tempat kejadian. Ia yang saat itu persis melihat kecelakaan tersebut langsung menuju kedua kakak beradik tersebut untuk membantu mereka.

"Kak, tangan aku sakit, ini ada darahnya." ucap sang adik dengan menangis menahan rasa sakit sembari memperlihatkan luka yang ada di tangannya.

"Udah lah kamu jangan cengeng cuma luka dikit. Ini kakak lebih sakit tau." ucap sang kakak yang terdengar sinis.

Ia mendengar percakapan itu yang tadinya ia hanya ingin membantu. Setelah mendengar percakapan tersebut, ia juga ingin memarahi sang kakak.

"Adek, ini kakak punya obat buat ngobatin luka tangan kamu, sini kakak bantuin bersihin luka kamu ya," ujarnya kepada sang adik.

Saat ia hendak membersihkan luka di tangan anak kecil tersebut. Ia tidak sengaja melihat jam kehidupan anak perempuan tersebut yang berada di lengannya. Sisa waktunya adalah 00 hari: 00 jam: 00 menit: 45 detik. Yang artinya hanya 45 detik sisa hidup anak kecil tersebut.

"Kamu minta maaf sama adik kamu, dia udah kesakitan karena ketabrak, tapi kamu malah ngomong kayak gitu. Kakak juga ga liat luka di badan kamu," ujarnya dengan marah.

"Kakak jangan marah-marah ya. Ini salah ku kok. Aku seharusnya dengerin kata kakakku tapi aku ga mau dengerin jadinya aku yang ketabrak." bela sang adik.

"Tapi tetep aja kamu minta maaf sama adik kamu, kamu udah marahin adikmu," ujarnya dengan tegas.

Dengan malas sang kakak berkata, "Maafin kakak ya dek, kakak ga sengaja."

"Iya kak, aku maafin kok." ucap sang adik.

Tepat saat sang adik selesai berkata jamnya menunjukkan 00 hari: 00 jam: 00 menit: 00 detik. Sang adik pun langsung terjatuh badannya ke aspal. Sang kakak pun panik, karena sang adik tiba-tiba terjatuh tanpa sebab. Sang kakak pun menggoyangkan badan adiknya dan berkata, "Maafin kakak, Dek. Kakak gak marah kok sama adek. Adek jangan bercanda ya, kakak udah minta maaf sama adek. Adek bangun, adek jangan bercanda."

Ia pun melihat kejadian tadi langsung menghampiri sang kakak dan berkata, "Kamu yang sabar ya dek, kakak tau ini berat tapi kamu harus tetap sabar. Dan kamu jangan menyesali apa yang sudah terjadi memang ini sudah takdir Sang Maha Pencipta."

"Kak, seharusnya aku tadi ga ngajak adik aku bolos sekolah, seharusnya aku dan adik aku menunggu di halte, ini semua gara-gara aku. Kalau saja aku ga ngajak adek aku bolos dia masih hidup kak." sesal sang kakak.

"Kamu ga boleh gitu, ini sudah diatur. Kamu ga boleh menyalahkan dirimu sendiri atas kematian adikmu. Sekarang, kita bawa adikmu ke rumah sakit, kamu telepon orang tuamu terlebih dulu. Kakak telepon ambulans."

"Kak, aku takut dimarahin papa sama mama gara-gara ini."

"Kamu ngomongnya baik-baik, jelasin satu-satu, biar papa sama mama mu ga panik. Oh iya, nanti polisi datang, kamu juga harus jelasin sejujur-jujurnya kejadian tadi agar polisi bisa memproses yang bawa motor tadi."

Sang kakak mematuhi ucapannya dan langsung menelepon orang tuanya untuk memberi tahu kejadian yang menimpanya. Setelah menunggu beberapa lama, mobil ambulans dan orang tua dari kakak beradik tersebut datang ke tempat kecelakaan. Pada saat itu, kondisi jalan sangat ramai dimana ada beberapa mobil polisi dan orang-orang yang melewati jalan tersebut langsung berkerumun di sekitar tempat terjadinya kecelakaan.

Karena keadaannya sudah sangat ramai, polisi pun bertanya kepada orang-orang disitu untuk mencari tahu sebab meninggalnya sang adik, termasuk sang kakak. Karena ia tidak mau terlibat dalam proses tersebut, ia pun pergi dari tempat kecelakaan tersebut untuk pergi ke kampus. Walaupun, bisa dibilang Ia sangat telat datang ke kampus. Dalam dua minggu mungkin 2 sampai 3 kali ia melihat langsung kematian orang-orang yang tidak Ia kenali, tapi ia membantu mereka untuk detik-detik terakhir sebelum mereka meninggal dunia. Menurutnya, kemampuan itulah yang membuat ia harus membantu orang lain sebelum meninggal dunia.

About TimeWhere stories live. Discover now