Kisah yang manis namun berakhir tragis.
***
"Udah rapih gini tapi jalan kaki!" Keluh Hana.
Sementara Tyas hanya fokus menghisap rokoknya itu. Dan Rara hanya fokus pada Buku yang sedari tadi ia baca.
"Lo nyaman Ra baca buku sambil jalan gitu?" Tanya Hana. Mendengar itu Rara menutup bukunya usai selesai membaca. "Salah satu bakat gue" Jawabnya membuat Hana heran Sementara Tyas yang mendengar itu hanya tertawa kecil.
Mereka berjalan beberapa langkah dari titik percakapan tadi, membawa mereka pada gerbang merah tinggi namun terbuka lebar itu. Keadaan yang begitu ramai membuat mereka menghentikan langkahnya tepat didepan gerbang.
"Lo udah hubungi Ridho?" Tanya Hana.
"Buat apa? tinggal masuk ke dalam kan?" Jawab Tyas.
"Lo berdua masuk duluan aja ya, gue mau ke cafe kopi bentar. Selesain Baca, Tanggung dipenanda buku gue" Ujar Rara sembari menunjukkan penanda buku yang ia maksud.
"Yauda kalo gitu" Jawab Tyas.
Sementara Rara menyebrang jalan dan memasuki cafe kopi yang tak jauh dari jangkauan sekolah SMA Nusa. Sementara Tyas dan Hana sudah lebih dulu masuk. Kali ini Rara memesan kopi caramel yang begitu sempurna untuk dijadikan teman membacanya. Gadis itu menelusuri sudut ruangan cafe dan menghampiri tempat yang ia rasa sangat nyaman untuk dirinya duduki. Ia meletakkan bukunya diatas meja bundar coklat tua itu, mengeluarkan ponselnya dan mendapati beberapa pesan yang membuatnya Lesuh. Namun dengan begitu Rara mengabaikan pesannya dan kembali memasukkan ponselnya kedalam tas selempang ungu hologram dan kembali membaca buku.
"Pesan aku gak dibaca Ra?"
Tiba-tiba kehadiran seseorang mengejutkan Rara. Mendengar itu Rara hanya menutup kembali bukunya perlahan dan menatap sosok pria yang kini berdiri tepat dihadapannya. Pria tinggi dengan crewneck putih dan jeans hitam selutut itu berhasil membuat Rara tak henti menatap.
"Tatapan kamu kenapa aneh gitu?" Tanya pria itu.
Rara hanya memutar bola matanya malas dan menjawab dengan ketus "Apa urusan lo?".
Pria itu hanya tersenyum dengan respon Rara yang amat tegas terhadapnya, Namun demikian pria itu tidak mempedulikannya dan justru duduk dihadapan Rara serta mengambil alih buku yang ada ditangan Rara.
"Human" Baca pria itu sembari melihat judul buku milik Rara. Sementara Rara hanya berdiam diri tanpa merespon sedikitpun yang pria itu lakukan dan katakan.
"Kamu masih suka baca buku tentang manusia ya Ra?"
"Kamu kenapa menghindar dari Aku Ra?"
"Kamu benci sama aku?"
Rara kembali mengambil alih bukunya dan berdiri seraya mempersiapkan dirinya. Melihat itu, Pria tersebut tak berdiam diri. Ia meraih pergelangan Rara dan kembali berdiri dihadapan Rara, Dan itu membuat Rara jenuh dan jengkel.
"Tadi lo nanya apa? Gue benci sama lo? Gini ya, Mana ada yang suka sama cowok tukang selingkuh kayak lo!" Jawab Rara dengan ketus.
"Tapi Aku gak selingkuh Ra"
"Tapi lo bagi hati. Gak ada bedanya buat gue. Sama-sama mengkhianati" Ujar Rara sembari melepaskan tangannya dari Pria itu.
"Ra..."
"Udah stop, jangan terus berusaha seolah lo yang paling berjuang. Kita udah selesai dari lama dan itu lo sendiri yang bikin semuanya selesai. Jangan egois dengan maksa kembali ke hidup gue seakan lo menyesal, Gibran" Rara pergi meninggalkan kopi caramelnya itu yang bahkan belum ia teguk. Sedangkan Pria itu hanya berdiri dititik yang sama meratapi kepergian Rara yang terus saja mengacuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Re)toris [SEDANG DALAM REVISI]
Teen FictionSatu hal yang ingin aku lakukan, Mengajarimu bagaimana cara merespon cerita orang dengan baik.