[07] Kita adalah kerangka berpikir yang berbeda namun berkesinambungan

328 140 1
                                    

Tyas menggenggam erat tangan Ridho yang kini berjalan berdampingan dengannya. Sesekali ia menatap sang pacar, dan kembali menikmati suasana keramaian di tengah pasar malam di pinggiran kota. Wahana yang menjadi pusat kerumunan dan para pedagang yang menghidupi suasana pasar malam.

"Kamu liat teman aku yang tadi?" Tanya Tyas.

"Yang mana?"

"Itu lho si Rara, yang dulu pernah sekolah juga di sekolah kamu" Jawab Tyas.

Tatapan Ridho terhenti pada tempat makan yang tak begitu ramai "Kita makan atau minum dulu yuk, biar ngobrolnya enak" Tawar Ridho sementara Tyas mengangguk setuju.

"Jadi aku sama Rara itu udah kenal sebelum kamu kenalin kita tadi" Ridho menjelaskan setelah minuman dan makanan yang mereka pesan telah datang.

"Okey.. terus"

"Ya dulu teman kamu itu pacaran sama teman aku, namanya Gibran. Tapi yang aku tau Rara pindah sekolah karena Mira" Ucap Ridho.

"Mira? oh tadi aku juga ketemu sama Mira Mira itu" Celah Tyas.

"Dimana?" Heran Ridho.

"Di sekolah kamu. Ya tiba tiba dia dateng gitu sama temannya dua orang tapi langsung cabut gitu aja abis berantem kecil sama temannya sendiri" Ucap Tyas.

"Mishka sama Lisa?" Tanya Ridho.

"Mungkin"

"Oh ya, teman kamu Rara kenal sama Revy?" Celah Ridho.

"Ya gitu deh mereka ketemu di lomba debat dan kayanya ada masalah kecil yang bikin dua duanya jadi saling anggap musuh satu sama lain" Jelas Tyas.

"Soalnya, agak rumit juga kalau tiba tiba teman kamu deket sama Revy"

"Maksudnya, Rumit gimana?"

"Ya gak habis pikir sih aku, dua duanya kan gak mau kalah berdebat" Lelucon Ridho yang membuat Tyas menghela napasnya.

"Coba aja kamu bayangin, kalau Revy ngajak Rara nonton bioskop terus justru Rara malah jawab Kenapa nonton film itu ? Faktor apa saja yang ada di film itu sampai harus kita tonton?" Ridho meniru karakter Rara yang membuat Tyas tertawa lepas.

"Bukan gitu sayang, Rara tuh gini Gue bisa nonton film apapun yang mau gue tonton, jadi gak perlu maksa karena gak ada untungnya buat gue nonton bareng lo!" Tyas meniru seolah mimik wajah yang cuek layaknya Rara dan itu membuat Ridho lebih semangat lagi roasting temannya.

"Kalo Revy pas ngajak nonton bioskop ke Rara gini Kalau bioskop permanen di Amerika pertama lahir pada Oktober 1896, di Indonesia pada 5 Desember 1900, yaitu saat film mulai masuk ke Hindia Belanda. Bulan ini ada film seru, nonton bareng yuk? " Ridho sampai berdiri meniru karakter Revy yang dingin dan tidak ekspresif.

"Terus Rara jawab Untungnya buat gue apa? ada gak? jangan buang waktu gue " Sambung Tyas dengan antuias.

"Dibayangin aja rumit aku udah pusing duluan" Ucap Ridho sambil kembali duduk.

"Oh iya, Kalau Mira itu siapa? Kenapa dia kayaknya kesel banget sama Rara?" Tanya Tyas.

"Mira itu selalu berusaha buat bikin Gibran terus terusan sama dia, dengan cara apapun" Ujar Ridho.

"Jadi Mira itu mantannya Gibran?"

Ridho mengangguk sambil meneguk minumnya. Semantara Tyas memahami kerumitan yang selama ini Rara rasakan. Sudah memiliki bukan berarti siapapun tidak bisa mengambil alih, Karena yang harus dilakukan itu perjuangan bukan hanya pertahanan.

Di sisi lain, Seorang Pria kini hanya berdiri dengan malas disatu titik yang sama. Gibran hanya memandangi kosong Mira yang sedang sibuk melukis disudut ruangan yang di hiasi lampu lampu kecil. Sesekali Mira menatap ke arah Gibran dan tersenyum kecil. Lukisan telah selesai, Gadis itu meletakkan berbagai macam pertalatannya tepat di meja bundar yang tak jauh dari posisinya, dan berjalan menghampiri Gibran.

"Makan yuk!?" Tanya Mira dengan antusias.

Gibran mengangguk pelan dan menyetujui ajakan Mira.

Malam ini adalah malam yang sangat Membuat dilema bagi Gibran. Pasalnya Gadis yang kini ia lihat di sudut  kafe lagi lagi membuatnya merasa gelisah, dan itu membuat Mira ikut melihat ke sudut kafe. Rara yang fokus dengan buku nya tanpa menyadari kehadiran Gibran dan Mira di kafe itu hanya menikmati waktu membacanya.

Mira memegang Tangan Gibran dan mengajaknya duduk ditempat yang tak jauh dari Rara.

Perasaan memang tidak bisa berbohong, Tatapan Gibran memangg tidak bisa berpura pura seolah melupakan Rara. Mira yang sibuk membuka buku menu sampai akhirnya kembali menoleh menatap Rara yang masih sibuk dengan kegiatan membacanya.

"Ran, lo masih gak bisa lupa sama Rara?" Tanya Mira yang kehilangan nafsu memilih menu makan.

"Emang gue pernah bilang ke lo gue bakal lupain Rara? gak pernah kan Mir?" Gibran bertanya balik dengan nada sedikit tinggi.

"Ran, lo sebenernya sayang gak sih sama gue?" Mira meminta pertegasan. Sementara Gibran hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

"Ya, ya-sayang Mir, tapi-"

"See? Lo bilang lo gak pernah selingkuh, lo gak bagi hati, tapi kenyataannya? Rasa sayang itu emang sifatnya mengejutkan, tapi jadi sesuatu yang paling menyakitkan kalau ada perasaan yang merasa di mainkan. Dan lo Mir, Juga harus hati hati sama cowok yang gampang sayang ke cewek lain" Rara hadir dengan rasa muaknya, membuat Gibran dan Mira sama sama terkejut.

"Ra, maksud aku ga gitu-"

"Dan lo Gibran, gue baru aja mau kasih lo kesempatan, tapi nyata nya lo rusak bahkan sebelum kesempatan itu gue ajukan" Sambung Rara.

Gibran berdiri menghadap Rara yang kini menatapnya dengan dalam.  Hanya menggelengkan kepala nya sebagai pertanda bahwa apa yang Rara katakan tidak benar. "Ra, nanti aku jelasin ya. Angkat telpon aku kalau kamu nanti belum tidur" Ucap Gibran.

"Terus? tujuannya apa?" Tanya Rara.

"Ya aku mau lurusin ini semua Ra, aku mau kamu paham"

"Yauda lo bisa jelasin sekarang di sini"

"Gak bisa Ra, Mira gak bisa makan kalau kaya gini, mood makannya udah gak ada" Ujar Gibran.

Rara hanya menggelengkan kepalanya kecewa, tidak percaya terhadap apa yang di ucapkan Gibran. Halus, namun kenapa terasa menyakitkan? sedangkan Mira hanya berdiam diri menyaksikan berdebatan dengan posisi duduknya. 

Apa pindah sekolah merupakan hal yang sia-sia jika Rara kembali terjebak pada permasalahan yang sama? Apa upayanya akan gagal untuk melupakan masa lalu yang menyakitkan itu? 

"Lupain aja! lupain kalau kita pernah ketemu lagi" Ujar Rara dengan segala kekesalannya.

"Gak bisa Ra, selama ini aku nunggu bisa ketemu lagi sama kamu. Sekarang aku harus antar Mira pulang karena udah semakin malam, please? Permohonan Gibran.

"Please? Lo memohon sama gue demi dia?" Rara semakin tak habis pikir.

"Sorry permisi, urusan kalian udah selesai belum ya? Gue ada urusan sama cewe gak jelas ini" Kehadiran Revy membuat semuanya terkejut heran.

"Revy?" Mira berdiri dari posisi duduknya.

"Gue pinjem dulu" Ujar Revy dan langsung menarik pergelangan tangan Rara.

Gibran dan Mira hanya saling bertukar tatapan herannya satu sama lain.








(Re)toris [SEDANG DALAM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang