CHAPTER 9

19.1K 2.5K 32
                                    

#9

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Itulah yang tengah Elzi rasakan sekarang. Andai saja beberapa jam lalu ia mampu mengendalikan kantuknya, pasti ia tak akan terjebak dengan situasi menyebalkan seperti ini.

Bagaimana tidak, kala kelopak matanya terbuka sosok yang pertama ia lihat adalah Nata. Dengan tampang sok kerennya-- ia bersandar ditembok sembari memegang buku. Lalu, mata tajamnya terus memandang Elzi dengan lekat.

Untuk beberapa saat, Elzi terpana dengan manik elang Nata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk beberapa saat, Elzi terpana dengan manik elang Nata. Tetapi, untung saja ia mahir mengendalikan dirinya. Jika terus berpandangan dengan Nata, bisa-bisa sebuah api akan muncul dari mata Nata dan membakarnya hidup-hidup. Baiklah, lupakan pemikiran aneh Elzi.

Elzi terperanjat kaget, kala sebuah benda bulat di dinding sudah menunjukan pukul 7 malam. Elzi panik dan mulai mengemasi barang-barangnya di meja bagian depan. Setelah tertata rapi di dalam tas biru mudanya, Elzi segera menggendong tasnya itu dan berniat untuk pulang.

Namun kedua kakinya tertahan kala ingatannya berputar kepada Nata. Akhirnya ia mengurungkan niatnya sebentar untuk keluar, dan memilih menemui Nata terlebih dahulu.

Dilihatnya Nata yang masih santai sembari membaca buku, tanpa mengubah posisinya sedikit pun.

Pemandangan tersebut sukses membuat darah Elzi melonjak naik. Ia tak habis pikir, spesies macam Nata akan mewakili sekolah ini dalam olimpiade matematika. Lihat? Betapa lemotnya dia sekarang. Siapa pun, tolong pukulkan kepala Nata dengan tiang listrik sekarang juga!

"Heh! Lo mau nginep disini?!" tanya Elzi dengan berkacak pinggang.

Nata sama sekali tak melirik Elzi, justru ia terlihat semakin asik menggulirkan tiap lembar buku ditangannya.

Sabar. Orang sabar jidatnya lebar!

"Ya udah nginep aja di sini! Gue mah ogah!" tukas Elzi. Ia lalu berjalan sembari menghentak-hentakan kakinya kesal.

Nata masih acuh, ia meletakkan buku-nya itu ke meja. Lalu tangannya mulai meraba-raba buku di dalam rak. Berniat membaca buku lain.

Gadis berperawakan mungil itu sesekali melirik Nata melalui ekor matanya. Dan-- pria itu terlihat semakin santai sekarang. Elzi semakin mendengus sebal, dasar cowok sinting! Diputarnya knop pintu bercat putih, namun ada yang aneh. Pintu tidak bisa terbuka sama sekali. Apakah mereka berdua, terkunci?

Elzi terus mencoba membuka pintu itu, mengetuknya keras dan sesekali berteriak dengan harapan ada orang yang dapat mendengarnya.

10 menit menyaksikan tingkah Elzi membuat Nata merotasikan matanya. Dan tanpa sadar dengusan kesal lolos dari bibirnya. Kenapa bisa gadis sepertinya ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam olimpiade matematika? Ck, gadis lemot.

Elzi menghampiri Nata dengan langkah lebar, lalu ia berkacak pinggang dihadapan Nata. "Heh! Cari jalan keluar kek!"

"Lo pikir gue bangun duluan ngapain aja?" jawab Nata jengah.

NATA [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang