#23
Seperti dua hari yang lalu, sore ini Kota Jakarta kembali diguyur hujan. Bedanya, hujan kali ini tak membawa kilat dan petir. Hanya ada linangan bening yang terus berjatuhan. Membangkitkan potongan-potongan kejadian manis. Memori singkat yang mengusik ketenangan. Seperti yang di rasakan oleh gadis berkucir kuda di meja sudut kafe; Elzi. Menatap linangan air yang terpampang jelas dari balik kaca besar. Otot-otot bibirnya mulai tergerak, membentuk lengkungan di sana. Elzi tersenyum.
Entah mengapa, ia teringat anak kecil yang dulu memberinya permen jahe. Sosok yang ia rindukan hingga detik ini. Anak kecil yang membuatnya memiliki semangat hidup. Konyol memang. Tapi, itulah kenyataannya. Dulu, Elzi benar-benar rapuh. Bisa dikatakan ia jatuh terjerembab ke titik paling rendah. Sangat rendah hingga rasa-rasanya Elzi ingin ikut pergi bersama Ayahnya.
Elzi tersenyum kecut. Kilasan manis tadi terendam oleh memori pahit di hidupnya. Gadis itu teringat sang Ayah. Kenangan tentang Ayahnya masih sama. Membawa luka jiwa dalam dirinya. Rasanya menyakitkan. Sesak. Seakan rasa itu telah membeku dalam jiwa Elzi. Tertanam sedari Elzi kecil, menyiksa batin.
Dulu Ayah Elzi mengalami kecelakaan mobil. Bukan, bukan di mobil Ayah, melainkan di mobil milik seorang wanita seumuran dengan Bundanya. Elzi masih mengingat jelas. Di rumah sakit itu, bukan hanya ada mayat Ayahnya. Masih ada dua mayat lagi. Seorang wanita dan anak perempuan kecil sepertinya.
Jeritan histeris dari Bunda masih bisa Elzi dengar hingga saat ini. Jeritan pilu itu sungguh terasa menyakitkan dan melukai Elzi. Luka basah itu semakin menganga lebar kala sosok pria menyeramkan datang menghampirinya dan Bunda yang masih menangis pilu.
Lelehan air mata akhirnya lolos kala Elzi mengingat kata-kata pria menyeramkan itu.
"Semua gara-gara suami kamu! Karena dia, saya kehilangan istri dan anak saya!"
"Kamu tau! Lelaki bajingan itu telah berselingkuh dengan istri saya. Itu semua pasti karena kamu tidak becus mengurus suami! Dasar keluarga pembawa sial!"
Berbagai cacian dan bentakan terus dilayangkan lelaki itu. Bahkan suara kasar itu terus berdengung di telinga Elzi. Menyusup masuk dan menghunuskan belati tajam ke hati Elzi. Kata-katanya sangat kasar dan menakutkan hingga membuat kepala Elzi terasa akan pecah. Benar-benar menyiksa batin Elzi.
Elzi yang kala itu tak terima karena Bundanya dibentak, akhirnya mencoba mendorong pria itu. Berharap dia segera enyah dan tak membentak Bundanya lagi. Tapi yang terjadi, pria itu justru menampar Elzi dengan keras. Bahkan tubuh ringkihnya sampai terhempas jauh. Pria itu sangat kasar. Elzi membencinya. Sekarang pun perasaan benci itu masih ada. Walau Elzi juga tak bisa berbohong bahwa dirinya masih trauma atas perlakuan buruk pria itu. Pertama kalinya dalam hidup Elzi, ada seseorang yang berani memukulnya. Bermain tangan kepadanya. Dan itu pun oleh orang yang tak Elzi kenal. Rasa benci dan takut begitu kental dan nyata dalam diri Elzi kala mengingat semua itu.
Dulu Elzi tak mengerti apa maksud ucapan pria yang seumuran dengan almarhum Ayahnya itu. Sebelum akhirnya, Elzi tau makna semuanya dari kejadian pahit yang kembali menimpanya. Setelah pemakaman Ayah, Elzi melihat Bundanya terkapar di kamar dengan obat-obatan yang sudah berserakan. Bundanya mencoba mengakhiri hidupnya sendiri kala itu. Beruntung Bunda masih bisa diselamatkan, walau harus terbaring di rumah sakit cukup lama.
Sejak saat itu Elzi tau. Pria menyeramkan di rumah sakit adalah monster. Dia membawa luka yang begitu dalam untuk Bunda lewat kata-katanya, yang saat itu Elzi kecil tak mengerti akan maknanya. Kata-kata iblisnya hampir membuat Elzi kehilangan lagi sosok penting dalam hidupnya. Sosok Bunda. Wanita yang paling ia sayangi.
Selama Bundanya memejamkan mata di rumah sakit. Elzi selalu datang menemui makam Ayahnya. Elzi takut. Elzi kecil sangat takut kala itu. Elzi tak mau Bundanya pergi. Gadis kecil itu tak mau mimpi buruknya datang lagi. Ia hanya bisa menangis tersedu. Terus berfikir, apakah Bunda tak sayang lagi padanya? Hingga berniat pergi meninggalkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATA [Selesai]✓
أدب المراهقينVersi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengeksperesikan perasaannya. Ia memiliki pribadi yang sangat dingin dan irit bicara. Dimana ternyata semua itu karena masa lalu kelam dan kerasny...