CHAPTER 24

15.8K 2.2K 324
                                    

#24

Elzi menghembuskan nafas panjang kala mobil yang di kendarai Nata keluar dari halaman apartemen. Nata yang mengantarkannya pulang sekarang. Sungguh, sedari tadi Elzi tak bisa menghirup udara dengan bebas, dan itu karena Nata. Karena ucapan konyolnya itu, Elzi pun di ledek habis-habisan oleh Omah dan Marsha. Elzi jamin, pipinya masih merah sampai sekarang. Atau bahkan sampai esok lusa. Sedangkan Nata, cowok itu justru menulikan pendengarannya. Terus menikmati makanannya seakan tak ada kehebohan yang diciptakan oleh Omah dan Marsha. Nata sialan!

"Lo sengaja 'kan?!" Elzi memukul lengan Nata.

"Apa?"

"Ngomong kayak tadi biar gue dinistain! Iya 'kan?!"

Nata terkekeh. "Hm. Salah siapa jelekin gue di depan Omah." Celetuk Nata.

Sebenarnya bukan itulah alasan utama Nata melontarkan kalimat tadi. Faktanya Nata sama sekali tak tersinggung, lebih tepatnya tak peduli apa dan bagaimana Elzi menjelekkan namanya. Ia hanya tak mau menyia-nyiakan kesempatannya untuk meledek Elzi. Saat Nata melihat Elzi ketakutan tadi, jujur Nata ingin tertawa. Karena dirasa tanggung, sekalian saja ia membuat Elzi semakin mati kutu. Melihat pipi Elzi memerah sungguh membangun mood Nata. Elzi sangat menggemaskan ketika merona. Ya, Nata menyukai aksinya tadi.

"Iiihh Nata! Gue 'kan nggak tau kalo itu Omah lo!"

"Terus, kalo lo tau, lo bakal muji-muji gue?" tanya Nata tanpa mengalihkan arah pandangnya dari jalanan.

"Ya nggak lah! Ogah amat!" celetuk Elzi.

Kontan jawaban Elzi pun mengundang dengusan kesal dari Nata. Namun tak berselang lama, terlihat cowok itu menjulurkan tangannya, mengambil sebungkus roti di dashboard. Kemudian memberikannya kepada Elzi. "Dimakan. Tadi lo makan dikit." Ucapnya dengan bola mata terfokus ke jalanan padat.

"Ya iya lah! Mana bisa gue makan banyak kalo di bully terus-terusan!" sungut Elzi seraya melahap roti isi coklat dengan rakus.

Nata terkekeh tanpa suara. Sepertinya Elzi memang sangat kesal dengan dirinya. Ditambah, gadis itu sepertinya memang sudah kelaparan sejak tadi. Alhasil ia semakin mencak-mencak tak jelas kepada Nata. Dasar cewek! Terlalu berbelit-belit.

Tangan Nata terulur, mengusap pelan puncak kepala Elzi. "Kalo masih laper bilang. Entar kita nepi dulu, beli makan."

Elzi merasa tubuhnya seolah tersengat aliran listrik. Tubuhnya langsung kaku seperti patung. Niatnya untuk menyuapkan roti lagi ke mulutnya akhirnya ia urungkan. Nata manarik kembali tangannya dan fokus menyetir. Sedangkan bola mata Elzi seakan berotasi secara otomatis. Memandangi tiap inci pahatan wajah Nata. Roti agaknya sudah tidak menggoda lagi, karena Nata jauh lebih menarik perhatian Elzi sekarang.

Merasa di perhatikan, Nata pun menatap Elzi. "Beli makan?" tanyanya. Melihat Elzi yang menatapnya sedari tadi membuat Nata berpikir, mungkin Elzi lapar tapi takut untuk mengatakannya. Jadi, Nata berusaha mengalah dengan bertanya terlebih dahulu.

"Masih laper, hmm?" ulang Nata karena tak kunjung mendapatkan respon dari Elzi.

Elzi menggeleng pelan, kemudian memilih menatap jalanan dan kembali menikmati rotinya. Gadis itu sama sekali tak bersuara. Seolah otot-otot bibirnya tak berfungsi lagi. Mulutnya benar-benar kaku. Aneh. Kenapa ia mendadak kalem begini si?!

Nata menepikan mobilnya. Pria itu melepas sealtbet yang melekat di tubuhnya. "Tunggu bentar."

Cowok itu langsung keluar tanpa mau menunggu jawaban Elzi. Gadis itu pun mendengus. Nata selalu semaunya sendiri! Menyebalkan.

NATA [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang