#22
Di pagi yang cerah ini, nampak seorang gadis dengan wajah yang terus berseri tengah membonceng sebuah motor matic. Ya, gadis itu adalah Elzi. Pagi ini, ia kembali membonceng motor butut Nelly. Jujur, dari hati Elzi yang paling dalam, ia sangat berharap motor butut Nelly tak membuat ulah lagi. Sungguh, itu melelahkan.
Traffic Light tengah menunjukan warna merah. Jadilah motor yang tadinya tengah melaju, kini mulai berhenti hingga membentuk deretan yang cukup padat.
Biasanya jika Elzi mendapati lampu merah seperti ini, gadis itu pasti akan mencak-mencak tidak jelas. Tapi tidak dengan sekarang. Yang terlihat justru penampakan Elzi yang kini tengah senyum-senyum sendiri.
Entah apa yang terjadi pada dirinya, yang jelas ingatan Elzi terus berputar mengenai tindakan Nata kemarin. Malu? Tentu. Tapi, bukan itu yang kini mendominasi. Lebih tepatnya, ia sedikit terbuai oleh tindakan Nata yang terkesan-- manis. Eh? Plakkk! Tuman!
Elzi menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu memukul kepalanya sendiri yang terlapisi helm.
Nelly bergidik ngeri melihat tingkah Elzi. Sedari tadi Nelly memang mengamati Elzi dari kaca spion si butut. Dan itu membuat Nelly, khawatir.
Nelly menengadahkan tangannya. "Ya Allah, Ya Rabb. Lindungi Nelly dari arwah kocheng oyen di tubuh Elzi, Ya Rabb. Nelly cuma mau menjemput ilmu, bukan menjemput maut sama Elzi. Aamiin."
Gadis yang tadi berdoa kembali melirik kaca spion, dan masih terlihat Elzi yang terus memukuli permukaan helmnya.
Nelly memutar tubuhnya, lalu memegang helm Elzi. "Saha ieu? Maung hah? Kamu teh maung, si kocheng oyen? Kaluar! Allahu Akbar!" Nelly mendramatisir suasana.
Pluk!
Elzi menampol helm Nelly. "Busettttt, napa sih lo? Kocheng oyen, kocheng oyen. Lo kira gue emaknya!" omel Elzi.
"Alhamdulillah, sadar juga lo, El. Gimana? Pusing? Lo tadi tuh habis kerasukan arwah gentayangan si kocheng oyen tau nggak." Ujar Nelly dengan penuh keseriusan.
Mau tak mau Elzi hanya bisa mengusap dadanya, sabar. Bagaimanapun Elzi sadar diri, kalo Nelly memang gila ketika bersamanya. Lebih tepatnya, mereka berdua sama-sama gila.
"Eh, El!" panggil Nelly seraya menepuk-nepuk paha sahabatnya.
"Apa lagi, sih? Kagak ada maung." Ketusnya.
"Itu."
Elzi mengikuti telunjuk Nelly. Bola mata Elzi dapat menangkap sosok yang sangat tak asing baginya. Itu Nata. Jarak keduanya kini hanya terpisah oleh dua motor saja, yakni sebuah vespa kuning dan matic biru. Apakah Nata tak melihatnya? Bukan, sebenarnya bukan itu yang akan menjadi putaran topik di benak Elzi.
Tapi,
Nata bersama siapa?
Nata tak sendiri. Dia tengah berboncengan dengan seorang perempuan yang Elzi yakin, dia bukanlah anak Citra Bangsa. Seragamnya berbeda. Elzi tak dapat melihat wajahnya, karena cewek itu pun memakai helm. Tapi, Elzi yakin, dia perempuan yang cantik. Entahlah, ini hanya feeling dadakannya saja. Yang jelas, Elzi yakin perempuan itu cantik
Tin tin tiiinnnn!
Bunyi klakson yang terus bersahutan berhasil memecahkan buntalan spekulasi di benak Elzi. Entah menguap kemana Elzi pun tak ambil pusing, yang jelas penampakan di sekitarnya seketika menjadi horor sekarang. Bahkan, sensasi ini lebih menakutkan ketimbang saat Elzi menghilangkan Tupperware milik bundanya. Para pengendara di belakang Elzi kini tengah mencak-mencak. Bukan hanya satu. Mereka, banyak. Ini menegangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATA [Selesai]✓
Novela JuvenilVersi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengeksperesikan perasaannya. Ia memiliki pribadi yang sangat dingin dan irit bicara. Dimana ternyata semua itu karena masa lalu kelam dan kerasny...