#5
Mendapatkan jam olahraga pada siang hari merupakan wujud kutukan bagi siswa kelas XII IPA 5, kelas Elzi. Seperti sekarang ini, mereka baru saja menyelesaikan sesi olahraga yang terbilang ekstrem itu. Apalagi cuaca siang ini amat sangat panas. Bisa dibayangkan betapa menyiksanya olahraga di jam-jam seperti ini. Ingin rasanya Elzi sungkem kepada guru yang mengatur jadwal pelajarannya. Hebat! Karena memilihkan jam olahraga yang sangat menantang, pikirnya. Menantang iman Elzi maksudnya.
Belum selesai mencak-mencak pasal olahraga, Elzi kembali dibuat kesal ketika menyaksikan kantin dalam keadaan ramai. Oke! Sepertinya Elzi memang harus sungkem dengan guru pembuat jadwal KBM-nya. Lihat saja, setiap kali ia ke kantin setelah olahraga, maka keadaan kantin selalu ramai. Itu karena jam istirahat ke dua bertepatan dengan selesainya jam olahraga kelasnya. Sungguh perencanaan yang sempurna.
Tiba-tiba Elzi merasakan tubuhnya ditarik oleh seseorang. Ralat, bukan ditarik, lebih tepatnya di pindahkan seperti seekor kucing. Ia merasakan sebuah tangan tengah memincing kerah baju bagian belakangnya, lalu menggeser pelan tubuh Elzi ke samping. Mirip sekali seperti bundanya saat memicing Jujun, si kucing tetangganya.
"Lo ngalangin jalan gue." Ucap sang pelaku.
Emosi Elzi seketika kembali naik begitu melihat wajah sang pelaku. Dia... Si Narto yang dibuntuti oleh kawan-kawan astralnya. Ck! Manusia ini lagi, batin Elzi jengah.
"Lo kira gue kucing dipicing-picing kayak gitu!"
"Nggak bisa ngomong permisi lo?!" lanjut Elzi dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Udah pernah." Sahut Nata yang kemudian memilih pergi-- tak mau menghiraukan gadis aneh di hadapannya itu.
"Eh... eh mau kemana lo?! Urusan kita belum selesai, ya!
Nelly yang sempat memijit pelipisnya pusing, akhirnya memegang bahu Elzi, memberinya pengertian. "Udah El! Ributnya pending dulu elah. Perut gue udah pada demo ini."
Elzi menghela nafas panjang, berharap emosinya mereda. "Ya udah, lo cari tempat duduk. Biar gue yang pesenin makanan." Ucap Elzi yang disambut sumringah oleh Nelly.
Terhitung dari mulai berjalan menuju stand bakso Mpok Leha, bakso favoritnya. Sampai mengantri bakso yang panjangnya sudah seperti puisi cinta milik Darwen-- teman sekelasnya. Elzi sama sekali belum mengalihkan tatapannya dari Nata. Gadis itu terus menerus memberi tatapan mematikan kepada Nata. Seolah berkata Nata akan segera habis ditangannya. Lihat saja!
"Enggak takut juling tuh mata?"
Elzi terlonjak kaget begitu Diki muncul dihadapannya. "Brisik lo makhluk astral!" sewotnya.
"Ngeliatinnya biasa aja kali. Sampai mau loncat itu mata." Kelakar Diki.
"Wah! Ini ceritanya lo ngajak ribut?!" sisi tempramen Elzi kembali keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATA [Selesai]✓
Roman pour AdolescentsVersi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengeksperesikan perasaannya. Ia memiliki pribadi yang sangat dingin dan irit bicara. Dimana ternyata semua itu karena masa lalu kelam dan kerasny...