Jangan lupa download ebook author yang lain di google play, ya.
semua sudah tersedia kecuali yang ongoing.
Ayo di download dan baca kisah yang lain.
jangan lupa setiap beli kasih rate sama kommen,oke.
Balikpapan 04/12/2019
Rabu 16:20 wita
**
"Zee," tegur Ummah dengan suara lembut yang khas. Zee menoleh dan tersenyum kecil, menyembunyikan gelombang emosi yang belum benar-benar tenang dalam hatinya.
"Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Ummah sambil menggenggam tangan Zee dengan penuh kehangatan.
"Alhamdulillah, baik, Ummah. Ummah sendiri bagaimana kabarnya? Abbi juga sehat, kan?" balas Zee dengan nada ramah meski suaranya sedikit menurun di akhir kalimat.
"Alhamdulillah, kami baik. Terima kasih sudah datang ke pernikahan Abiel. Dia benar-benar senang kau hadir hari ini," ucap Ummah sambil tersenyum, memandangi Zee dengan tatapan sayang seorang ibu.
Yuforia ruangan seolah menyelimuti semuanya dengan kehangatan dan kebahagiaan. Namun, tak semua yang hadir merasa nyaman dalam kemeriahan itu. Ketegangan merayap ketika Zein, Rahma, dan kedua anak mereka melangkah masuk ke ruangan. Kamera-kamera mulai berbunyi bersahutan, mengabadikan potret keluarga harmonis yang tampak dari luar. Mereka terlihat begitu sempurna—setidaknya di mata banyak tamu.
Namun, di mata Zee, hanya ada satu pertanyaan yang berputar: di mana Hiqab?
Senyum di wajah Zee memudar. Ada getir yang tertahan di ujung bibirnya. Ia berniat pamit.
"Ummah, sepertinya Zee pamit dulu ya. Ada urusan yang harus diselesaikan," katanya lembut.
Namun Ummah menggenggam tangannya lebih erat, seolah tak rela membiarkannya pergi begitu saja.
"Tidak apa-apa, Nak. Ummah pastikan dia tidak akan mendekatimu," kata Ummah pelan namun penuh ketegasan, lalu mengajak Zee duduk kembali di sampingnya.
"Hiqab... di mana, Ummah?" tanya Zee pelan, nyaris seperti bisikan yang hanya ingin didengar oleh satu orang.
"Mungkin bersama Zein. Bahkan Ummah sendiri sulit menemuinya akhir-akhir ini. Dia terlalu menyayangi anak itu," jawab Ummah sambil menghela napas panjang, seolah turut menanggung berat yang dipikul Zee.
Zee hanya mengangguk kecil. Ia memilih diam, tak ingin menjatuhkan air mata di tengah pesta. Dari kejauhan, ia melihat Abiel mengangkat dua jempol ke arahnya, memberikan semangat, lalu tertawa kecil. Zaeline membalas tawa itu dengan senyum tipis dan anggukan pelan.
---
Zein berdiri di sudut ruangan, matanya mengikuti gerak tubuh Zaeline yang sedang duduk di samping Ummah. Ia nampak begitu cantik dalam balutan kebaya lembut yang menonjolkan keanggunannya. Tawa kecilnya bersama Abiel menciptakan percik bahagia yang justru menghantam dada Zein.
"Dia bisa tertawa... tanpa beban," gumamnya lirih. Ia beranjak menuju meja minuman, mengambil segelas wine untuk menetralisasi kegelisahan yang mengganggu.
Zein memang menanggung banyak hal. Ia adalah kakak tertua, dan atas namanya lah pesta ini digelar. Dialah yang membiayai pernikahan Abiel dan Akhtar, meski Akhtar sebenarnya mampu mengurusnya sendiri.
"Sayang," panggil Rahma sambil menyentuh lengan Zein, membuatnya menoleh.
"Ada apa, Ma?" tanyanya tanpa semangat, sementara tangannya meraih gelas minuman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan suamiku
Storie d'amore"To love is nothing. To be loved is something. But to love and be loved, that's everything" *** Perceraian bukan akhir dari segalanya Tuhan punya cara untuk mengembalikan rumah tangga yang retak bahkan hancur bagaikan debu. Apa yang zaelin inginkan...