Bagian 3

10K 1.4K 147
                                    

Terima kasih sudah menunggu bagian ini. Cerita ini sudah di revisi kembali jadi ada sedikit perbedaan. Semoga kalian suka.

Jangan lupa:

Vote dan komment

Follow My instagram

Putri Maheta

Thank you

Balikpapan 04 Desember 2019

Rabu 09:58 Wita

**

Pria bertubuh sempurna menghempaskan badannya di sofa. Ia melepas masker dan juga kancing baju yang menyekak lehernya.

"Kak, tadi habis ketemu Mba Zee ya?" Tanya Abiel secara tiba- tiba.

Zein menaikan alisnya sebelah setelah itu mengangguk pelan.

"Iya." Jawab lelaki itu tanpa mengubah ekspresinya, Ia menelan air liur membuat jakunnya bergerak pelan.

"Ih, ngapain coba kalau ketahuan gimana? aku gak mau pernikahan ini batal ya." Kata Abiel kesal.

"Ya ya ya, pergilah kekamarmu dan istirahat besok kamu menikah." Jawab Zein sambil mengusir Abiel dari hadapannya.

''Kesel banget. Awas aja ya.'' Abiel kemudian pergi ke kamarnya.

"Dari mana? Anak- anak mencarimu." kata Rahma. Rahma duduk di samping Zein dan menata suaminya.

''Kerja, di mana mereka?'' tanya Zein.

''Dalem, ku dengar Zee datang dari Indonesia? Apa tadi kamu menemuinya?'' tanya Rahma lagi. Zein menggeleng tidak.

''Enggak, Aku tidak peduli.'' Zein bangkit dari tempat duduknya dan segera mencari anak- anak.

Anak yang dimaksud adalah Renna 9 tahun dan Zulfan 6 tahun, mereka anak tiri Zein. Sedangkan Hiqab 7 tahun adalah anak kandungnya.

Zein mengambil Hiqab padahal tidak memiliki hak asuh dari pengadilan. Zein mengambil Hiqab agar Zee mau kembali dengannya.

''Papah'' Seru Renna, gadis dengan rambut lurus berkuncir ekor kuda dan poni di dahi. Ia memeluk Zein lalu datang Zulfan pria dengan rambut kriting gondrong.

''Hm.'' Jawab Zein sambil membalas pelukan mereka.

Terakhir Hiqab datang namun tidak mendekati Zein. Zein memanggil Hiqab namun anak berusia tujuh tahun itu menggeleng dan memilih pergi ke kamarnya.

Hiqab menyentuh dinding dengan tangan mungilnya ia telusuri jalan menuju kamarnya.

''Mamah.'' Panggil Hiqab penuh dengan nada kerindungan.

**

Sekitar jam sepuluh malam, Zein mendatangi kamar Hiqab. Hiqab tidur di kamarnya sendiri lebih tepatnya kamar dirinya dan Zee dulu.

Clek...

Zein membuka pintu pelan lalu melihat ke atas ranjang. Suara tangis begitu terdengar menggelitik hatinya. Hiqab bersembunyi di bawah selimut putih lalu menangis.

''Mamah...Mamah...Mamah.'' panggil Hiqab. ''Mamah kapan jemput Iqab hiks.''

Zein mengepalkan tangannya menahan rasa sakit di hatinya karena tangisan Hiqab.

Zein membuka pintu lebar membiarka dirinya masuk lalu menutup pintu kembali. Zein berdehem sambil berjalan ke arah Hiqab.

''Abang sudah bobo? Mau papah temanin?'' Zein menyingkai selimut Hiqab dan terlihatlah anaknya. Hiqab menghapus air matanya dan menggeleng.

''Gak.'' Jawab Hiqab. Zein berbaring di samping anaknya dan tersenyum.

''Besok Aunty Abiel menikah, Mamah datang. Bagaimana kalau kita kasih kejutan? Hiqab mau ketemu mamah?''

Hiqab melihat Zein melebarkan matanya seperti di berikan power.

''Mau.'' Jawab Hiqab sambil duduk dan menatap Zein. Tatapan Hiqab persis seperti dirinya sedangkan bulu mata yang panjang milik Zaeline

''Kalau gitu jangan nangis dan tidur. Papah peluk sini.'' Zein membaringkan Hiqab di lengannya kemudian mengusap punggung lelaki itu.

''Papah, promise to meet mom tomorrow''

''Yeah, Sekarang ayo tidur.'' Zein menutup mata dan Hiqab mengikutinya sambi tersenyum.

**

Hari yang ditunggu tiba. Zee menarik nafasnya sambil bercermin di tempat rias. Lama ia duduk disitu tanpa melakukan apa- apa. Ia sedang mempersiapkan hatinya untuk bertemu dengan keluarga besar Zein terutama mantan suaminya.

Keluarga Zein sangat menyayangkan perpisahan mereka karena menurut anggota keluarga, Zein mendapatkan pasangan yang sempurna.

Zee adalah menantu kesayangan karena baik, pandai masak, memberesi rumah terlebih menganggap Ummah dan Abbah adalah orang tua sendiri.

Sangat jarang kan menantu dan mertua akur bahkan sampai tidak ada batasan lagi. Seperti kamu menantu jadi selayaknya menantu bukan anak kandung.

''Ok, Rileks Zee. Kalian Cuma bertemu setelah itu pulang. Oke'' kata Zee ke diri sendiri.

Zee sedikit berdandan dan terakhir memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun panjang bewarna bewarna abu- abu sudah terpasang ditubuh idealnya, rambutnya di cepol asal aagar terkesan lebih seksi. Ia akan membuat mata tamu terpana terutama mantan suaminya. Zee berdiri setelah selesai, Ia mengambil tas kecil setelah itu keluar dari apartemen. Tempat acara Abiel tidak jauh hanya dua gedung dari tempat tinggalnya.

Zee segera keluar dari gedung lalu langsung masuk ke mobil yang telah di siapkan, Ia akan membuat pelakor laknat itu terpukau dengan dirinya yang terlihat elegant ini.

**

Setelah sampai Ia langsung di sambut wartawan, Zee hanya tersenyum dengan pandangan ke mereka.

''Mba Zee, bagaimana kabarnya setelah tidak ada kabar selama ini?

''Mba Zee bagaimana perasaan anda saat bercerai?

''Mba Zee...''

Diatas red karpet Zee hanya melambaikan tangannya setelah itu ia dibawa masuk oleh bodyguard yang berjaga disana. Zee terus tersenyum hingga ia masuk ke dalam. Saat sampai di dalam semua mata tertuju kepanya termasuk keluarga inti Zein.

Zaeline melihat ke Abiel yang kini berdiri di depannya sambil tersenyum karena kedatangannya. Abiel menghampiri Zee dan memeluknya

"Mba datang." Katanya. Zaeline mengelus punggung Abiel dan sesekali menepuk.

"Aku datang untukmu, selamat menempuh hidup baru Abiel." Zaeline melepas pelukannya dan menghapus air mata Abiel.

"Jangan nangis nanti maskaramu luntur." Zaeline mengusap pipinya dan Abiel langsung tertawa. Bukan Cuma Abiel yang senang melainkan Ummah, Abbah, kakak- kakak Zein dan juga sepupu mereka terlihat tertawa Zee seperti matahari di dalam kedelapan di keluarga ini.

"Maaf, Ibu negara tolong duduk karena ijabnya akan di mulai." Suara mc yang tak lain adalah sepupu dekat mantan suaminya.

Zaeline menengok dan melambaikan tangan "Ibu negara bebas." Jawabnya sambil mengantarkan Abiel duduk di samping Akhtar calon suaminya.

"Milikmu, tapi kalau kamu menyakitinya aku akan membunuhmu." Ujar Zaeline walaupun senyuman lembutnya tidak hilang di wajahnya. Akhtar mengangguk sambil mengerlingkan tangan.

"Gak akan kak." Janji Akhtar. Zaeline mengangguk setelah itu melihat ke sekelilingnya yang terus melihatnya tanpa henti. Mata mereka terpukai dengan kecantikan Zee.

Ibu negara adalahjulukan Zee ketika masih bersama Zein. Zein seorang direktur di perusahaannyasendiri dan CEO di perusaan keluarga, setiap tugas Zaeline selalu ikut keberbagai negara. Maka dari itu ia dipanggil ibu negara ck.

Mantan suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang