Bohong jika Changbin akan tetap baik-baik saja bahkan ketika banyak yang menjaganya. Ia sama sekali tak baik-baik saja, ia tak akan merasa baik-baik saja setelah Hyunjin pergi tanpa alasan yang masuk akal.
Oh ayolah, apakah Hyunjin lupa jika ia pernah berkata kalau ia tak akan meninggalkan Changbin walaupun orang tuanya meminta? Apakah Hyunjin lupa kalau ia mengatakan begitu menyayangi Changbin? Changbin tidak ingin egois, ia tak punya hak apa-apa terhadap Hyunjin. Hyunjin adalah seorang anak yang masih harus mematuhi orang tua sekejam apapun mereka, namun setidaknya bisakah Hyunjin mengatakan hal yang lebih baik padanya. Agar ia merasa sedikit lebih tenang dan bisa memutuskan. Tetap menunggu Hyunjin kembali atau memilih untuk melupakan.
Changbin menatap ponselnya nanar, sejak tadi benda pipih itu berbunyi. Ia baru saja menghidupkan ponselnya yang kemarin seharian penuh ia matikan. Dan menyesali perbuatannya itu kala melihat ratusan dan puluhan panggilan juga chat masuk dari Hyunjin.
Tak seharusnya ia memikirkan dirinya sendiri, tak seharusnya ia mengurung diri dari masa lalunya dan memilih mengabaikan Hyunjin yang pasti mengkhawatirkan nya. Changbin menyesal, dan tak ada yang bisa ia lakukan selain mengusap kasar cairan bening yang terus turun bahkan sejak pagi. Sejak ia tahu Hyunjin pergi.
Ia ingin menelepon Hyunjin, namun ia harus mengigit bibir bawahnya kala ingat perkataan Jeongin tadi pagi saat ia masing menangis dan meminta untuk segera menghubungi Hyunjin. Jeongin mengatakan kalau ponsel Hyunjin telah dihancurkan oleh ayahnya saat mereka menyeret Hyunjin pulang.
Sama seperti malam sebelumnya, ia lebih memilih mengurung diri. Ia tak tahu apa yang bisa membuatnya tenang, namun yang ia tahu ia harus menyendiri dulu.
Tak lama, ponselnya bergetar. Ia menoleh pada ponsel yang ada ditangannya, dan Changbin menghela nafas kala melihat nama si penelepon. Dengan berat hati ia menggeser ikon hijau di ponselnya itu.
"Halo...", Ucapnya lemah
"Changbin, besok papa jemput. Kita makan malam sama mama kamu", suara berat diseberang sana membuat Changbin lagi-lagi mengusap air matanya. Apalagi saat seorang laki-laki paruh baya di seberang sana mengatakan 'mama kamu'.
"Maaf Pa, Changbin sibuk kuliah. Lain kali aja", Changbin berusaha menetralkan suaranya yang serak dan bergetar itu.
"Bin, jangan menghindar lagi. Mama pengen ketemu kamu!", Suara diseberang sana mulai meninggi, selalu saja seperti itu.
"Maaf Pa, yang Papa maksud Mama yang mana? Lagian aku nggak bisa Pa, aku beneran sibuk", terdengar helaan nafas kasar diseberang sana.
"Hyunjin ya yang ngajarin kamu bohong ke papa? Nggak salah kalo papa minta orang tua mereka bawa anak kurang ajar itu jauh dari kamu. Dia sama aja kayak Jinyoung, selalu kasih pengaruh buruk ke kamu", ucapan seseorang berkedok 'Papa' dari Changbin itu membuat matanya membelalak. Akhirnya, kejadian yang sama terulang kembali.
"Pa...", Panggil Changbin lemah.
"Papa tau nggak udah berapa kali Changbin hampir coba bunuh diri gara-gara semua ini? Papa tau nggak berapa banyak bekas luka sayat di tangan Changbin? Papa tau berapa banyak dosis yang Changbin minum buat obat tidur? Enggak kan! Disaat Changbin berusaha buat mati, ada kak Jinyoung yang selalu ada buat Changbin. Yang nyemangatin Changbin disaat papa lebih sibuk dengan keluarga dan harta Papa. Dan disaat aku udah nyaman, papa seenaknya buat kak Jinyoung ninggalin aku. Dan itu bikin aku jatuh lagi, untuk yang kesekian kalinya yang bahkan lebih sakit Pa", Changbin menepuk dadanya yang entah kenapa terasa sesak. Sulit baginya untuk mengatakan semua beban yang ia rasakan semenjak orang tuanya memutuskan untuk berpisah dan memilih tak mau bertanggung jawab atas dirinya yang masih berstatus anak mereka.
"Dan sekarang, papa ngelakuin hal yang sama ke Hyunjin. Papa kenapa nggak sekalian bunuh aku aja sih? Kan lebih gampang, papa nggak punya tanggungan apa-apa lagi. Aku lebih baik pilih mata daripada harus hidup kayak mayat hidup yang perasaan nya udah mati", Changbin menyelesaikan kalimatnya dengan tegas, berharap jika papanya itu setidaknya mengerti dirinya.
"Papa nggak peduli, besok kamu ikut papa!", Dan untuk kesekian kalinya Changbin rasanya seperti terjun dari lantai paling tinggi dari gedung pencakar langit. Ia hancur saat itu juga.
"Changbin sayang papa", dan dengan segera panggilan itu Changbin putus sepihak. Ia tahu tak akan ada lagi harapan akan ayahnya.
Changbin ingin sekali tertidur dan menganggap semua hal yang menyakitinya hanyalah mimpi semata atau hanyalah sebuah kejutan gila dari Tuhan untuk dirinya. Ia berharap Tuhan hanya bermain-main dengannya akan semua yang terjadi padanya sejak dulu.
Namun Changbin tak bisa, segalanya terlalu menyakitkan untuk di bawa kedalam mimpinya.
Seungmin kini sedang menyilangkan kedua tangannya sambil menatap penuh intimidasi pada pemuda yang lebih muda darinya.
"Ayo cerita, kamu tadi habis telponan sama Hyunjin kan? Kalian ngerencanain apa?", Tanya Seungmin dengan tajam membuat Jeongin mengigit jarinya takut. Ini sibuk memaki Hyunjin dalam hati akibat ulah pemuda berbibir tebal itu.
"Enggak kok, itu bukan Kak Hyunjin. Itu...emmm....itu Park Woojin! Iya Park Woojin,, temennya kak Changbin. Tadi nanyain kenapa kak Changbin nggak kuliah", dengan tergagap Jeongin menjawab apapun yang ada otaknya, dan itu makin membuat Seungmin curiga.
"Jangan bohong deh, kamu sama Hyunjin sengaja ngerjain kak Changbin kan?!!", Jeongin membelalak tak setuju karena tuduhan dari kekasihnya itu. Dengan cepat ia menggeleng.
"Enggak! Ini tuh rencananya kak Hyunjin. Kok kamu nuduh yang enggak-enggak sih yang",ujar Jeongin tak terima. Dan Seungmin tersenyum menang.
"Tuh kan, beneran telponan sama Hyunjin. Mau bohong lagi kamu? Kasih tau nggak Hyunjin mau apaain kak Changbin, atau nggak ada peluk-peluk satu bulan penuh?!", Ancam Seungmin dengan tidak manusiawi nya, sedangkan Jeongin ingin sekali membenturkan kepalanya yang terasa pusing hanya karena rencana gila dari Hyunjin.
Jeongin mengacak rambutnya frustasi, ingatkan dirinya untuk segera mengkremasi Hyunjin apabila mereka bertemu nanti.
"Oke-oke, aku kasih tau. Tapi semuanya harus ngumpul dulu tanpa kak Changbin oke?! Nanti biar di anjing dower aja yang jelasin. Astaga!! Aku gak tau apa-apa yang", akhirnya Jeongin menyerah. Ia tahu ia tak bisa menyembunyikan rahasia antara dirinya dan Hyunjin lagi. Toh, rencana gila Hyunjin akan terungkap besok harinya.
Tak peduli jika Hyunjin akan memarahinya, karena tak bisa menjaga rahasia. Setidaknya dia tak sendirian jika harus menjaga rahasia dari Changbin.
Chapter selanjutnya adalh chapter terakhir :')
Jadi maaf kalo gaje :')
Sorry for typo :')
30 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]I Am You (Changjin) [✔]
FanfictionHidup Hyunjin itu cuma 3 Changbin Changbin Changbin Sesederhana itu, tapi keduanya saling terhubung satu sama lain. Ikatan sebatas sahabat hanya sebagai kedok yang menutupi bagaimana sebenarnya mereka bahkan terlihat lebih dari hubungan persahabata...