Changjin - Mirror

3.3K 381 193
                                    

Dari balik kaca transparan sebuah kafe favoritnya, ia melihat hiruk pikuk kota kecil tempat tinggal nya di sore hari ditemani vanilla latte nya.

Ia cukup kelelahan, mahasiswa semester tiga sepertinya bisa dibilang cukup sibuk, mengingat banyak kegiatan juga seminar yang harus ia hadiri. Dan kafein mungkin dapat membantu menghilangkan lelahnya. Ia menyesap kopi itu tenang, dan benar saja secara berangsur lelahnya berkurang. Ia tersenyum.

Lima menit setelahnya, pintu transparan kafe tersebut terbuka. Seorang pemuda tampan masuk kedalamnya. Changbin melihat pemuda itu, pemuda yang tak asing baginya.

Sama dengan pemuda yang baru saja masuk itu, ia pun memandang Changbin. Bukan sebuah kebetulan ia masuk kedalam kafe, ia sengaja ingin bertemu dengan pemuda yang duduk dimeja paling dekat dengan kaca transparan yang berhadapan langsung dengan jalanan. Ia menghela nafasnya, mencoba menetralkan degup jantung nya yang tiba-tiba saja tak terkendali saat melihat mata itu.

"Bin", panggil pemuda yang baru saja masuk itu

"Kak Minho?", Changbin juga balik memanggil pemuda yang kini berjalan ke arah mejanya.

"Udah lama disini? Sendirian aja", Minho, ia langsung duduk didepan Changbin. Mencoba bersikap seperti biasanya.

"Lumayan kak, enggak sendirian kok. Kan ini ditemenin lo kak", Minho tertawa mendengar jawaban Changbin, setidaknya rasa gugupnya yang tanpa alasan datang itu sedikit teratasi.

"Habis darimana kak?", Lanjutnya lagi.

"Oh, ini tadi abis ketemu dosen. Ngumpulin skripsi", Changbin mengangguk mengerti.

"Terus gimana katanya?", Changbin kembali menyesap vanilla latte nya. Minho yang melihat cara minum pemuda itu sedikit gemas.

"Masih harus direvisi lagi", jawab Minho dengan memasang wajah lesunya, membuat Changbin merasa kasihan.

"Emang apanya yang salah?", Minho menatap Changbin, lalu wajah lesunya berubah.

"Salah jurusan, hehehe", dengan cengiran bodoh ala Minho membuat Changbin menyesal karena sempat bersimpati.

"Minta banget di tampol ya kak?", Changbin ingin sekali melempar vanilla latte nya, namun ia masih sayang kafein itu. Jadi ia mengurungkan niatnya.

Drttt..Drrtttt....

Ponsel Changbin yang ada diatas meja bergetar, sebuah panggilan dari orang yang ia tunggu-tunggu sedari tadi. Dengan senyum sumringah, ia menggeser ikon berwarna hijau itu lalu mengangguk ponselnya ke telinga.

"Lagi dimana?"

"Blue Rose"

"Sama siapa? Sendirian?"

"Enggak, sama kak Minho"

"Cepet balik!"

"Jangan mulai jin"

"Sekarang!!"

"Terserah"

Changbin memutuskan sambungan telepon itu secara sepihak, mood nya hancur. Padahal tadi ia begitu menunggu orang yang baru saja menelepon nya.

"Hyunjin ya? Dia nggak suka gue deket sama lo kan?", Minho paham, ia tahu apa alasannya. Hyunjin pun tahu apa alasannya.

"Gak tau kak, tuh orang nggak waras kali. Semuanya aja nggak boleh deket-deket gue, sampe punya temen aja enggak", Changbin menggerutu, ia menatap kesal pada ponselnya yang sebenarnya tak punya salah apa-apa.

Minho tersenyum tipis, ia menatap Changbin dalam. Dibalik wajah tenangnya, hatinya sedang berkecamuk sekarang.

"Bin, I want to make sure of something. Could you help me?", Tanyanya sedikit ragu, tapi ia harus melakukan nya.

[1]I Am You (Changjin) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang