Changbin mematung kala melihat seseorang yang begitu ia rindukan kini tengah tersenyum lebar padanya dengan sebuah kue ditangannya.
"Beneran nih nggak kangen? Yah padahal gue kangen loh", Hyunjin, pemuda itu dengan entengnya mendekat pada Changbin. Namun, yang lebih tua memilih mundur dan hampir menabrak Minho yang berdiri dibelakangnya.
"Gimana prank ultah nya? Keren nggak?", Hyunjin meletakkan kue tersebut diatas nakas, lalu kembali menghampiri Changbin. Ia tahu, Changbin pasti sedang marah padanya.
"Jadi lo yang ngerencanain ini semua? Nggak lucu tau nggak", Changbin kembali ingin menghindari Hyunjin, namun yang lebih muda dengan cepat membawa yang lebih tua ke dalam dekapannya.
Changbin memberontak walau sebenarnya sebagian hatinya nya merasa lega ternyata semua yang ia lalui hanyalah tindakan gila dari pemuda berbibir tebal itu semata. Namun, ia masih marah karena sungguh candaan Hyunjin tidak ada yang lucu bagi Changbin.
"Bangsat!", Changbin bersumpah ingin sekali ia memaki Hyunjin yang kini tengah terkekeh sambil mengelus kepala nya tanpa dosa.
"Brengsek!", Lagi-lagi umpatan terdengar dari bibir Changbin, tak bisa ia pungkiri ia begitu bahagia walaupun ia masih merasa kesal. Sedangkan Hyunjin makin mengeratkan pelukannya tanpa berniat membalas umpatan Changbin.
"Anj---"
"happy birthday sayang..", Changbin terdiam kala Changbin mengucapkan selamat ulangtahun padanya, dan hal membuat dirinya semakin sensitif.
"Wish all the best for you, baby. Makasih karena udah jadi bagian dari hidup gue. Makasih karena udah kasih gue kebahagiaan yang sebenarnya, makasih karena lo udah biarin gue buat masuk ke kehidupan lo. Makasih buat semuanya, buat perasaan yang lo punya buat gue. Maafin gue karena bikin lo banyak nangis kayak gini, tapi gue gak tega liat lo kayak gini. Walaupun sebenarnya lucu sih, liat lo nangis. Masa ngakunya suka dark tapi doyan nangis-awww", padahal Changbin sudah menangis sejak Hyunjin mengatakan semua hal manis padanya, dan pada kalimat terakhir itu Changbin mencubit perut Hyunjin kesal.
"Kurang ajar!", Ujarnya kesal, dan lagi-lagi Hyunjin terkekeh. Dan sepertinya kedua manusia itu melupakan kalau mereka sedang tidak berdua diruangan itu.
"Mohon maaf sebelumnya, tapi kita laper belum makan dari pagi. Mesra-mesranya nanti dulu,habis potong kue", Jisung sebenarnya iri dengan kemesraan kedua manusia itu, namun ia sebenarnya ikut merasa kan bahagia yang amat sangat melihat keluarga nya kembali. Walaupun, salah seorang yang tak ada disana terngiang-ngiang dikepalanya.
Changbin dan Hyunjin akhirnya melepas pelukan mereka, dan Changbin menatap tak suka pada Jisung. Pemuda itu telah merusak acara temu kangen nya dengan Hyunjin.
Sedangkan, Hyunjin memandangi Jisung aneh. Membuat Jisung mendelik tak suka padanya.
"Apa lo liat-liat? Ini gara-gara lo ya bikin kak Changbin jadi kurus gini, awas lo habis ini", dengan galaknya Jisung menatap Hyunjin, ia bercanda sebenarnya. Namun, Hyunjin tetap melakukan hal yang sama.
"Lo kangen si burik nggak?", Pertanyaan yang terlontar dari bibir Hyunjin itu membuat Jisung terdiam. Changbin tak paham kenapa Hyunjin tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Begitupun yang lain, kecuali orang tua Changbin.
"Apasih lo, nggak usah ngerusak suasana deh. Itu orang paling lagi seneng-seneng di habitatnya", tak bisa dipungkiri Jisung begitu merindukan kekasihnya itu, namun ia masih marah karena Felix tak memberikan alasan signifikan atas kepergian nya.
"Hilih, bilang aja kangen. Sok banget sih lo. Heh, burik buruan kesini lo!!! Kasian, Jisung doang yang jomblo disini!!!", teriak Hyunjin dengan tidak tahu malunya. Dan hal itu membuahkan tatapan bingung dari yang lainnya, termasuk Minho. Namun pemuda itu lebih memilih menatap Hyunjin datar.
Saat Hyunjin menoleh, matanya bersitatap dengan Minho. Hyunjin hanya menyengir tanpa dosa saat menyadari arti tatapan datar dari Minho.
"Lupa, lo juga jomblo ya! Kasian", ingin sekali rasanya Minho mengambil kue yang ada di atas nakas lalu melemparkannya pada Hyunjin, namun ia ingat ia lapar. Minho lebih memilih bersabar.
Tak lama, dari luar muncul satu orang dengan senyum yang membuat kedua sisi matanya berkerut. Dan pemuda itu adalah Jinyoung, Changbin yang melihat itu langsung membelalakkan matanya.
Ternyata, dibelakang Jinyoung ada seorang lainnya. Dengan rambut pirangnya, juga senyum lebarnya ia masuk kedalam ruangan itu. Matanya langsung tertuju pada pemuda tupai yang kini sedang terdiam tanpa dapat bereaksi apa-apa.
"Hai Peter, apa kabar? Yongbok kangen", tanpa mempedulikan yang lain, Yongbok atau Felix berjalan mendekat pada Jisung yang masih membeku ditempat.
"Lix, kok bisa? Kamu?", Saking banyaknya pertanyaan yang terlintas di otaknya, Jisung tak tahu harus yang mana dulu ia lontarkan pada orang yang begitu ia rindukan itu.
"Jangan-jangan lo juga ya Jin, yang nyuruh Felix pulang buat ngeprank gue?!!", Tuduh Changbin pada Hyunjin, dan pemuda yang lebih muda menggeleng tak terima.
"Enggak lah, ribet banget bawa-bawa orang tua Felix segala. Lagian, bonyoknya Felix nggak nyeremin apa. Tanya sama Papa Mama tuh, urusan orang tua gue sama Felix mereka yang punya rencana", Minho menatap jijik pada Hyunjin saat pemuda itu memanggil orang tua Changbin dengan sebutan 'Papa' 'Mama'.
Kini seluruh mata tertuju pada Papa juga Mama Changbin, merasa tak nyaman dipandang banyak pasang mata Papa Seo berdehem, lalu ia mulai menjelaskan tanpa diminta.
"Papa emang sengaja minta tolong ke orang tua Felix sama Hyunjin buat pura-pura bawa mereka pulang, sebelumnya papa juga udah omongin ini sama Hyunjin dan Hyunjin setuju. Cuma katanya Felix jangan dikasih tau, soalnya dia lenjeh. Nah, kalo buat prank-prank ini Papa serahin semuanya ke Hyunjin. Tugas Papa cuma dukung rencana Hyunjin, sama ini Papa minta Jinyoung pulang ke Korea. Papa minta maaf dulu pindahin kamu sama Jinyoung, kamu jangan benci Jinyoung. Ini semua karena Papa", Changbin mengangguk mengerti. Ia tersenyum karena baru kali ini ayahnya begitu antusias akan ulang tahunnya.
"Mama juga ikutan?", Dan Mama Changbin mengangguk. Dan lagi Changbin tersenyum lebar.
Ia lalu menatap Hyunjin yang juga tengah menatap nya, lalu beralih pada Chan dan Woojin yang tak beda jauh dengan Woojin. Setelah itu dia menatap pada Jeongin dan Seungmin, juga pada Jisung dan Felix. Semuanya tersenyum padanya, setelah itu ia beralih pada Minho yang juga balas tersenyum padanya. Dan terakhir, ia menatap Jinyoung.
"Selamat ulang tahun Changbin, wish you all the best. Maafin kakak ya, kakak bersyukur kamu udah bahagia sekarang", Jinyoung menghampiri Changbin, lalu membawa pemuda pendek itu pada pelukannya. Akhirnya, ada waktunya ia bisa meminta maaf secara resmi pada Changbin. Setelah sekian lama ia dilanda rasa bersalah yang amat sangat.
"Kamu kan udah sama Hyunjin, bisa dong nanti datang ke pernikahan kakak", ucap Jinyoung saat melepas pelukan nya pada Changbin.
"Loh, kakak mau nikah?", Jinyoung menjawab dengan menunjukkan cincin yang terpasang di jari manisnya.
"Iya, bulan depan. Kalian semua saya undang secara resmi. Tapi, diharapkan membawa pasangan ya", Minho yang tadinya merasa antusias bisa datang ke pesta pernikahan yang pastinya ada banyak makanan, mendadak mengurung kan niatnya saat Jinyoung menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Saya juga secara resmi menolak undangan anda!", Minho berujar kesal, dan hal itu mengundang tawa renyah dari semuanya.
"Gue gak masalah kok kak bawa dua pasangan", Perkataan Changbin membuat Hyunjin melotot sempurna.
"Berani poliandri, leher Minho gue tebas!", Changbin hanya tertawa mendengar ancaman Hyunjin itu, Hyunjin pun melakukan hal yang samaa saat Minho kembali ingin melontarkan protesnya.
"Gue lagi gue lagi, salah terus perasaan orang ganteng",
"Tapi jomblo!", Sahut Felix dan lagi-lagi mereka tertawa renyah bersama.
Hari itu mereka habiskan untuk saling menyalurkan kasih sayang yang sempat tertunda, saling mengucap syukur kepada Tuhan. Saling tertawa juga tersenyum akan apapun yang membuat perasaan mereka bahagia.
Mau dijadikan satu chapter kepanjangan :')
Jadi satu chapter lagi beneran end sumpah :')
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]I Am You (Changjin) [✔]
FanfictionHidup Hyunjin itu cuma 3 Changbin Changbin Changbin Sesederhana itu, tapi keduanya saling terhubung satu sama lain. Ikatan sebatas sahabat hanya sebagai kedok yang menutupi bagaimana sebenarnya mereka bahkan terlihat lebih dari hubungan persahabata...