Changbin rasanya ingin menangis saja ketika ia bangun dan menyadari ia sedang tak berada di kamarnya. Ya, dia memang sedang berada dalam sebuah kamar namun bukan kamarnya yang berada di dirumah Chan dan Woojin, melainkan kamarnya dulu. Kamarnya yang ada di rumah yang selama hampir beberapa tahun belakangan tak pernah ia tempati.
Ia mencari ponselnya, mencoba mencoba menghubungi siapapun yang bisa membawanya pergi dari tempat yang entah sejak kapan dia berada disana. Ruangan itu gelap, bahkan tak ada satu cahaya pun ada didalam sana.
Namun, benda pipih itu tak diketahui keberadaannya karena ruangan yang begitu gelap, ia tak tahu pukul berapa saat itu yang dia ingat hanyalah ia tertidur dan tiba-tiba bangun di tempat yang paling ia benci tanpa tahu siapa yang membawanya.
Changbin dengan perasaan takutnya berjalan bermodalkan meraba nakasnya juga dinding menuju pintu kamarnya berharap ia bisa keluar dari tempat gelap yang menurutnya menakutkan itu.
"Anjing!", Makinya saat ia mencoba membuka handle pintu yang ternyata terkunci itu.
"Papa!! Buka pintunya!!!", Teriaknya tanpa peduli apakah orang yang 'masih' ia panggil Ayah itu mendengar atau tidak.
"Papa belum puas apa bikin Changbin kayak gini, hah?!!", Changbin tau yang ia tanyakan itu tak akan pernah mendapat jawaban. Dan itu makin membuatnya terluka sekaligus malu, ia terluka karena Papa nya memang tak pernah peduli padanya, dan ia malu karena ia begitu lemah. Ia seorang laki-laki, tak seharusnya terus menangis dan bergantung pada orang lain yang bahkan tega meninggalkan nya apapun alasannya. Dan bodohnya, ia masih berharap jika orang tersebut kembali setidaknya untuk mengucapkan selamat tinggal dengan benar.
Changbin berjalan mundur kala mendengar tabrakan antara hak sepatu dengan lantai. Namun, saat ia berjalan tak sengaja kakinya menendang sesuatu, benda yang begitu ringan seperti balon mungkin. Changbin mengernyitkan dahinya kala kakinya mencoba mencari kembali benda tersebut dan benar saja. Benda itu tersebar dimana-mana dan hal itu membuat Changbin bingung, benda apa sebenarnya itu.
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat fokus Changbin kembali tertuju pada pintu yang perlahan terbuka itu, menampakkan dua sosok yang tak asing baginya. Changbin memicing matanya mencoba mencari siapa gerangan dua orang berbeda jenis kelamin yang masuk kedalam kamarnya.
"Bin..sayang...", Suara lembut dari yang berjenis kelamin wanita terasa menusuk ditelinga Changbin. Matanya yang tadinya menyipit kini melebar kala suara yang sudah lama tak ia dengar itu memenuhi telinganya.
"Ma?", Tenggorokan Changbin terasa tercekat kala memanggil wanita tersebut dengan sebutan Mama untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
"Bin, anak Mama...", Bersamaan dengan itu wanita paruh baya tersebut berhambur memeluk Changbin. Sedangkan Changbin, masih mematung dan berpikir apa yang terjadi barusan adalah mimpi.
"Kok bisa, Ma? Pa?", Masih dalam ruangan gelap itu Changbin mencoba menatap pancaran mata Papanya yang masih berdiri diambang pintu.
"Selamat ulang tahun, nak", tepat setelah Papa Changbin mengatakan itu lampu di dalam kamar Changbin menyala. Dan suara teriakan juga tepuk tangan terdengar begitu nyaring.
"HAPPY BIRTHDAY SEO CHANGBIN!!!", Sorakan yang tak asing di telinga Changbin membuat pemuda itu terkejut dan segera melepas pelukan Mamanya.
Mata Changbin membelalak kala ia melihat Jisung, Minho, Jeongin, Seungmin, Chan dan Woojin lengkap dengan topi ulang tahun juga balon-balon bertebaran dimana-mana dan jangan lupakan suara balon peluit dari Minho, Jisung, Jeongin dan Seungmin.
"Loh, kalian?", Masih belum bisa mencerna apapun yang terjadi padanya, ia bahkan hanya diam mematung saat Mamanya kembali memeluk nya, begitupun Papa nya ikut memeluk Changbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]I Am You (Changjin) [✔]
FanfictionHidup Hyunjin itu cuma 3 Changbin Changbin Changbin Sesederhana itu, tapi keduanya saling terhubung satu sama lain. Ikatan sebatas sahabat hanya sebagai kedok yang menutupi bagaimana sebenarnya mereka bahkan terlihat lebih dari hubungan persahabata...