AR : 6

221 18 1
                                    

Gue menggeplak kepala keempat sahabat gue secara bergantian setelah berhasil menyelesaikan hukuman  gara gara gue telat masuk kelas. Cuma telat setengah jam udah dikasih hukuman apalagi kalau gue bolos full satu jam pelajaran, bisa bisa gue di depak begitu aja. Posisi gue dan keempat anak curut itu sekarang berada di kantin, bangku paling pojok di dekat stan Mang Bejo.

"Sakit nyed!" ujar Arshaka mengelus elus kepalanya.

"Ogeb!" tambah Aldi seraya memoyongkan bibirnya.

"Tayi!" Danis meninju kasar punggung gue sebagai balasannya.

"Lagian, kalau gak punya duit jangan mengatas nama kan gue dong! udah tau bunda gue suka motong duit jajan, lu berempat masih aja morotin gue" ucap gue kesal seraya melipat kedua tangan di depan dada.

"Santai bos, gitu aja marah" ucap Arshaka mengelus elus pundak gue, tapi gue menepis dengan kasar.

"Yaelah kasar banget sih pak? habis makan orang ya?" tambah Danis tidak ada gunanya.

"Noh, adeknya ketos cantik juga ya, embat jangan?" ucap Rajendra saat melihat objek yang dimaksud tanpa ingin mengedipkan matanya. Gini nih kalau temen temen gue lihat yang bening sekali aja, udah lupa sama sekitar.

Cepat cepat gue melihat apa yang dimaksud Rajendra, nyatanya gue pun juga gak berkedip.

"Giliran cewek aja pada melek" ujar Aldi, seseorang yang belum mengenal cinta.

Rajendra langsung menghampiri gadis yang dimaksudnya tadi. Dari kejauhan terlihat dia yang berbicara pada gadis itu, namun entah kenapa cowok itu malah ditampar membuat suasana kantin menjadi menegang. Sedangkan dimeja tengah--meja gue dan keempat anak curut, malah mengeluarkan tawa terbahak bahak.

Berasa liat drama korea.

Cinta tak terbalaskan si Raja Kebo.

"Shit! Rajendra ditolak oii" gue tertawa paling keras sambil memegang perut,

"Beuhhh! Parah si Rajendra, lagian singa kok dilawan" Danis juga ikut ikutan tertawa dan sesekali menggebrak meja saking gregetnya.

"Breaking news!" sahut Arshaka sambil bersiul siul ria.

"Pengen boker ih lihatnya" Aldi dan lelucon recehnya.

Rajendra kembali dengan memegangi pipi yang memerah, gue dan yang lainnya tetap saja tertawa tanpa ingin menghentikan tawa masing masing.

"Seneng dah tuh, seneng!" ujar Rajendra mengambrukkan dirinya ke kursi samping Danis.

"Congo ya, bro" Danis menepuk nepuk pundak si Raja Kebo itu.

"Kata Ayah gue mah, perjuangin sampai pelaminan!" gue kembali tertawa tanpa ada rasa iba.

"Sabar sabar" ucap Arshaka mengelus elus pundak kiri Rajendra.
Hanya cowok itu yang antusias dengan keadaan si Raja Kebo, sedangkan gue, Danis, dan Aldi malah sibuk dengan konser tawa kami masing masing

•••

Gue and the gangs, sebut saja The Cogan Squad atau lebih simpelnya TC beriringan menuju kelas masing masing. Kita berpisah di lapangan basket. Koridor XI IPS belok kiri sedangkan koridor kelas gue dan Rajendra belok kanan. Perpaduan yang pas.

Tapi berhubung Danis, Arshaka, Aldi tidak mau pergi ke kelasnya, alhasil mereka ikut gue ke kelas IPA.

Beberapa langkah lagi menuju kelas XI- IPA 9, seseorang memegang pundak gue dan pada saat itu gue menoleh. Tiba tiba cowok yang sering disapa Andi--PHO dihubungan gue dan Vika memukul rahang gue, bahkan gue sempat tersungkur ke lantai.

Tak terima, keempat sahabat gue bersorak riuh membela gue.

"Apa apaan ini woi?!" ucap Arshaka mendorong tubuh Andi.

"Apa lu hah!" Andi menjawab dengan ketus.

"Lu ya ..." Arshaka hendak meledak, namun gue menghentikan aksi brutal cowok itu.

"Biar gue yang urus!" dengan sisa kekuatan gue, satu pukulan mendarat mulus di perut Andi.

Andi jatuh terkapar, ini saatnya gue menjadi Rafly yang sesungguhnya.

Gue menindih Andi dan melayangkan beberapa pukulan pada pipi cowok itu, semakin banyak darah yang keluar, semakin brutal gue menghajar cowok brengsek ini!

"Sekali lu mengusik hidup gue, kelar hidup lu!" tegas gue menarik kerah baju Andi dan menyudutkannya ke tembok.

"Ini buat lu yang suka sebarin berita hoax tentang Vika!" gue memukul pipi kanan Andi.

"Ini buat lu yang suka bikin Vika nangis!" gue memukul pipi kiri Andi(lagi)

"Dan ini buat lu yang udah bikin gue sama Vika pisah!"

Satu mendarat pada perutnya lagi, sekarang Andi benar benar seperti mandi darah!

Puas gue!

"Eh ada apa ini?!" ucap Bu Mayang saat melihat gue menghajar Andi sampai babak belur.

Gue melepas cengkraman dari kerah baju cowok brengsek itu, dan sekarang pasti gue bakalan di sidang kembali di ruang BK.

Mampus, Raf!

"Dia yang salah bu!" ucap gue ketika Bu Mayang menarik paksa tangan gue.

"Sudah sudah, sekarang ikut ibu ke kantor!"

Kantor, yang berarti jumlah point negatif gue bertambah semakin banyak.

•••

Gue keluar dari ruang kantor dengan sebuah surat panggilan orang tua, untung saja teman teman gue dengan setia mau menunggu.

"Gimana?" tanya Danis membuka percakapan.

Gue memberikan surat itu kepada Danis dan duduk di kursi samping Arshaka.

Apa yang harus gue katakan kepada Ayah, Bunda?

Ekspetasi gue berkata, pasti Ayah bakalan ngamuk 7 hari 8malam tanpa ada jeda sedikitpun. Semoga saja Ayah gak menyuruh gue pindah sekolah.

"Huft! bokap nyokap gue pasti marah besar ini" ucap gue dengan nada serak.

"Tenang bro, lu bicarain baik baik aja ke mereka, ya?" ucap Arshaka mengelus elus pundak gue.

Arshaka, dan jiwa kebapak-annya.

•••

Hayiii semuanya:)
Part ini pendek banget ya?
Sengaja wle😜
Soalnya ada something yang harus kita kelarin dulu:'v
Part ini banyak typonya ya?
Koreksi sndiri ya :v
Namanya juga Kesyara, no typo no life, haha
Kasih saran dan kritiknya donk biar cerita AR lebih wow gitu.
Sehabis membaca please tinggalin vommentnya ya😁 *maksa secara halus*
Dah ah segitu dulu yak,
Babay

-RanniKesyara-

About RaflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang