AR : 3

386 26 8
                                    

"Lu pada gak mau pulang?"

Semua pasang mata tertuju pada gue, ternyata di kelas masih terdapat guru dan ketiga teman gue sepertinya dihukum. Guru bersanggul donat itu menatap ke arah gue dengan tatapan tajam, mampus! bakalan kena hukuman juga!.

"Eh bu guru cantik." ucap gue cengengesan.

"Nakal ya!" Guru itu menjewer telinga gue dengan kencang.

Guru itu bernama Bu Meri, guru galak nomer dua setelah Bu Ike. Bu Meri adalah 'monster' nya anak anak XI IPS.

"Aduuuhh sakit buu!" ucap gue kesakitan, sepertinya gue harus mengontrol ke dokter.

"Kalian berempat push up 50 kali, sekarang!" tegas Bu Meri.

Gue dan ketiganya terus menjalankan hukuman yang diberikan guru itu, sedangkan para siswa sudah meninggalkan sekolah. Hingga akhirnya sampai ke hitungan ke lima puluh.

"Huft!" ujar Aldi mengelap keringatnya.

"Capek njir!." ucap Danis tak kalah capeknya.

"Bu jadi kita boleh pulang ... kan?" ucap gue dengan melihat sekitarnya, ternyata udah tidak ada orang, yang berarti kita dikerjain oleh Bu Meri.

"Wah kita dikerjain sama Bu Montok." Arshaka berdecak kesal, cowok itu tidak suka mengeluarkan keringat terlalu lebih, katanya, udah badannya kerempeng kalau mengeluarkan keringat terlalu banyak makin kerempeng kayak lidi. Padahal gue yang dijuluki 'tengkorak hidup' biasa saja.

Kemudian kita berempat berjalan beriringan menuju tempat parkir, tersisa motor gue dan motor Danis seorang berjejer rapi bersandingan dengan Mobil Rajendra.

"Kayak ada yang ketinggalan ya?" ucap Aldi mencoba mengingat ingat.

Semuanya termasuk gue ikut berfikir.

"Rajendra!" ucap kita berempat secara bersamaan setelah ingat Rajendra belum kembali juga.

Dengan cepat kita melucur kembali ke tempat di mana Rajendra dihukum. Ternyata Rajendra dengan indahnya tidur di wastafel toilet dengan sapu masih setia digenggamannya. Gue dan yang lainnya menepuk jidat masing masing, mengingat jika Rajendra adalah 'raja kebo'

"Kebo!" ucap kita bersamaan.

•••

Rintik hujan mengiringi perjalanan gue ke SMP Richel, pasti gadis itu telah lama menunggu gue datang. dan pastinya dia akan marah besar ke gue.

Akhirnya gue sampai di SMP Richel. Sekolahnya sudah kosong, menandakan sudah tidak ada lagi siswa di sana. Richel duduk sendirian di halte sambil memoyongkan bibirnya.

"Yuk pulang dek." ucap gue mendekati Richel, gadis itu sama sekali tidak menatap gue sedikitpun.

Richel tidak menjawab.

"Itu es krim siapa ya? ah mungkin punya dede Richel, yaudah abang ambil aja." ucap gue membujuk gadis mungil ini, kalau tidak begini bakalan ngambek ber hari hari. Dan gue gak mau itu terjadi.

"Mana es krim nya mana?" Richel langsung menangkap tangan gue dan menarik narik seragam yang gue pakek.

"Nanti kita mampir ke supermarket, yuk buruan naik." sepertinya gue salah ucap, bukannya senang adik gue malah makin cemberut. Dia awalnya gak mau naik tapi setelah gue bujuk berulang kali akhirnya dia mau. Dasar anak kecil.

•••

"Bundaa" Richel berlari kecil ke arah bunda yang sedari tadi menunggu kita pulang. Richel juga menunjukkan kantong plastik berisikan berbagai jenis es krim. Tunggu saja Rafly, pasti lu bakalan kena omel bunda.

About RaflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang