AR : 15

122 6 0
                                    

Hari ini Vika sudah bersekolah kembali dan cewek itu meminta gue untuk menjemputnya di rumah. Tentu, kesempatan emas tidak gue sia-siakan. Kapan lagi bisa berdamai dengan mantan?

"Selamat pagi calon pacarku" ucap gue menggoda Vika. Dandanannya sangat simpel hari ini, pita unyu warna putih melingkar dikepalanya.

"Apaan sih Raf" Vika menepuk pundak gue dengan kasar, salting dah tuh anak.

"Pagi-pagi enak ya jahilin mantan"

"Mau aku tabok hah?! Udah ayo jalan keburu telat, dan aku gak mau ya dihukum hormat ditiang bendera" ucap Vika dengan mulut cemberut dan berpaling dari gue.

"Kalau gue sih, mau-mau aja dihukum, asal di sebelah gue ada lu" ucap gue menaik-turunkan alis. Asal kalian tahu, gue belum pernah lihat Vika dihukum karena kesalahannya sendiri. Oh bukan, kejadian lari dulu itu karena ulah gue.

"Tapi maaf ya Tuan Alfarizi kecil, sayangnya Vika bukan tipe orang yang suka dihukum seperti Anda ini," ucap dia sok formal. Jadi gemes kan gue, pengen gue tabok pakek kaki gajah rasanya. Btw, tumben Vika ungkit-ungkit soal nama bokap gue. Pertanda dia mau jadi menantunya? Ngaco lu Raf.

"Oh gitu, jadi dedek Vika bukan satu spesies dengan Tuan Alfarizi kecil?"

"Ayo buruan Raf!"

"Kok malah ketawa sih Raf?" kesal Vika saat melihat gue tertawa memegangi perut, cewek itu menabok perut gue saking kesalnya.

"Lu bego atau bodo sih Vik? sekarang masih jam enam kurang sepuluh menit dan lu nyuruh gue cepet pergi ke sekolah? telat enggak, sepi iya" gue masih ngakak sedangkan cewek itu semakin cemberut, lagian juga sampe di sekolah masih sepi belum ada orang. Kecuali kalau mau bantuin tukang kebun bersihin sekolah baru boleh datang pagi--subuh pun juga boleh.

"Lu udah lama kan gak diboncengin sama tukang ojek ganteng kayak gue ini?" ucap gue dengan pedenya.

"Kumat deh pedenya" ucap Vika mencibir.

"Udah ayo naik sini, abang anterin neng Vika sampai tujuan" gue menepuk nepuk jok belakang, memperingati Vika agar segera naik.

•••

"Gila ya kamu Raf, ngebut-ngebutan di jalan" ucap Vika dengan dandanan acak-acakan, cewek itu melepas helm nya dan buru-buru jalan.

"Harusnya lu nungguin gue tadi, bukannya jalan duluan gitu"

"Please deh Raf, kamu jangan salah mengartikan aku minta dijemput tadi, aku pengen kita damai. Kita seharusnya damai kan? dan soal balikan atau enggak, aku gak mau bahas ini dulu!" Vika meninggalkan gue sendiri di koridor, perkataannya memang halus tapi kata temen temen gue "nylekit dihati".

"Iya kita damai Vik" ucap gue entah ke siapa.

•••

"Kusut amat tuh muka kayak belum di seterika aja" ledek Arshaka. Kita sekarang sudah berkumpul di kantin, dengan meja yang sama dari dulu. dan kita sudah berencana membolos di empat jam terakhir.

"Kemarin malam Vika chat gue, katanya dia minta dianter ke se--"

"Uwowwww!" teriak Rajendra dan Aldi bersamaan, dua manusia aneh itu menggebrak meja dan mengeluarkan ekspresi kaget yang berlebihan.

Sial, omongan gue dipotong.

Danis menjitak kepala Rajendra dan Aldi bergantian, "bisa diem kagak lu! Lanjut Raf"

"Gak, udah gak mood gue cerita" ucap gue lesu, nyesel gue curhat ke mereka.

"Lu balikan sama Vika, Raf?" tanya Aldi dengan polosnya, gue menatap cowok itu sendu. Mengisyaratkan untuk diam.

About RaflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang